Senjata Yang Tertukar
Nicolas Hesage atau akrab disapa Nico adalah nama temanku pemain bola yang berasal dari bumi Papua. Dulu kami berdua bermain bersama untuk Club Persada Utama Ungaran Kab. Semarang dan juga Tim Persikas Kab. Semarang. Sebagai pemain Nico terkenal sebagai tukang jagal. Kenapa demikian? Karena Nico memiliki karakter bermain yang lugas, keras dan tanpa kompromi sebagai pemain belakang sehingga sering dijuluki “Si Tukang Jagal Dari Timur” oleh teman-teman sesama pemain.
Sebelum kami berteman dalam satu tim , kami sempat berlawanan dalam tim perserikatan yang berbeda pada kompetisi Divisi II Nasional Zona Grup Jawa. Saat itu aku masih bermain untuk Tim PSISa Salatiga dan Nico bermain untuk Tim Persikas Kab. Semarang. Nico mendapat tugas untuk mengawal dan mematikan pergerakanku sebagai gelandang serang di Tim PSISa Salatiga. Sepanjang pertandingan Nico selalu berada di sekitarku. Kemana pun aku bergerak Nico selalu ada. Benturan fisik antara kami berdua tak terelakkan lagi. Sebagai penyerang posisiku kurang menguntungkan. Karena aku menjadi target buruan Nico. Saat itu usiaku masih sekitar 20 tahun badanku masih atletis nggak seperti saat ini, sudah tambun he he. Dengan bekal kecepatan dan kelincahan aku selalu mampu menghindar dari terjangan Si Tukang Jagal dari Timur itu. Sampai suatu ketika aku mampu menjebak sang penjagal itu. Nico geram karena terus aku ajak berlari sepanjang pertandingan, memuncaklah emosi dan kemarahannya. Bola yang aku bawa lewat sisi tengah lapangan menempatkanku di antara dua back lawan yang salah satunya adalah Nico. Dari arah berlawanan dua back lawan itu bersamaan menerjangku dengan slidding tackle mematikan. Dengan cekatan aku menghindar lompat setinggi-tingginya. Aku berhasil meloloskan diri dan meninggalkan dua back lawan yang justru saling bertabrakan. Keduanya meringis kesakitan akibat benturan itu. Pada akhirnya tim yang aku bela PSISa Salatiga berhasil menumbangkan tim Persikas Kabupaten Semarang 2-0. PSISa Salatiga maju ke putaran Nasional saat itu.
Setahun kemudian aku pindah club dari Salatiga ke Kabupaten Semarang. Tim tempat aku singgah adalah club Persada Utama Ungaran anggota tim perserikatan Persikas Kabupaten Semarang. Di club inilah aku dipertemukan dengan Nico. Club Persada Utama adalah club semi profesional saat itu. Masih ku ingat saat aku pertama kali berlatih di club ini. Wajah-wajah sinis menyambutku di sesi latihan perdanaku. Beberapa pemain yang mungkin merasa terusik posisinya ketika aku datang memberikan sambutan sinis padaku terutama Nico. Nampaknya Nico masih menyisakan dendam di benaknya saat dia gagal menjinakkanku dalam pertandingan di kompetisi perserikatan Divisi II beberapa waktu lalu. Terlebih saat sesi latihan game ( permainan simulasi ). Kebetulan saja Nico si Tukang Jagal Dari Timur ini berbeda rompi denganku. Oh iya rompi adalah kostum pembeda saat latihan. Dengan terpaksa aku berhadapan dengan Nico lagi meskipun di sesi latihan. Dan benar saja, terjangan-terjangan keras masih saja kuterima dari Nico meskipun kami sekarang sudah berada dalam satu tim. Namun aku menerima situasi itu dengan lebih tenang. Aku sangat memahani dengan apa yang Nico lakukan padaku. Ucapan selamat datang ala Nico kuterima hampir di sepanjang latihan pada hari pertamaku.
Lambat laun semua berangsur membaik. Nico dan teman-teman lain nampak mulai bisa menerima kedatanganku. Dan peranku untuk tim Persada Utama mulai diperhitungan. Kebetulan pada tahun itu setelah aku pindah ke tim Persada Utama Uangaran, Persikas Kabupaten Semarang sebagai induk dari club Persada Utama lolos keputaran Divisi II Nasional yang tahun lalu kuperoleh bersama tim PSISa Salatiga. Dua tahun berturut-turut aku membawa 2 tim perserikatan yang berbeda menduduki peringkat 1 Jawa Tengah dan lolos ke putaran Nasional Divisi II. Di ajang antar club pun Persada Utama berkembang menjadi tim yang disegani. Kami beberapa kali menjuarai open turnament di luar daerah. Keakraban saya dengan Nico semakin membaik bahkan kami saling bersahabat pada akhirnya.
Suatu ketika kami melakukan pertandingan pada Open Turnament PTDI di wilayah Pati. Saat itu kami akan berhadapan dengan tim dari Jepara. Seperti biasa kami berangkat menuju Pati dengan canda tawa sepanjang perjalanan. Sesampai di Pati kami transit di salah satu hotel terdekat dengan stadion. Setelah beberapa saat kami beristirahat, tibalah saatnya brieffing jelang pertandingan yang disampakan coach Musarodin saat itu. Sebelum brieffing dilaksanakan ada sedikit kegaduhan di kamar Nico. Entah apa yang terjadi aku tidak paham. Yang aku lihat Nico merasa ada yang sengaja menjahilinya. Brieffing pun dimulai, Drs Musarodin membuka dengan membacakan susunan pemain yang akan diturunkan pada pertandingan nanti. Setiap pemain yang disebutkan namanya selalu menjawab “siap” sebagai jawaban atas kesempatan yang diberikan pelatih. Kami sangat serius saat itu. Tiba-tiba ketika nama Nico disebut sebagai salah satu pemain yang diturunkan Nico menjawab “tidak siap coach” jawaban yang mengejutkan kami semua. Aku sendiri heran saat itu, kok Nico mengatakan tidak siap turun. Padahal setahuku kondisinya baik-baik saja. Biasanya seorang pemain mengatakan tidak siap apabila dalam kondisi sakit atau kurang sehat. Bahkan Nico paling kenceng bercandanya tadi ketika kami melakukan perjalanan dari Ungaran menuju Pati. Disinilah kegelian itu muncul seiring dengan kemarahan coach Musarodin saat itu. Ketika Nico menyampaikan alasannya tidak siap untuk turun bermain. Dengan menunjukan sepasang sepatu bolanya yang dua-duanya kanan semua Nico mengatakan. “maaf coach sepatu bola saya kanan semua, kayaknya tertukar atau salah ambil” Semua pemain tertawa terpingkal-pingkal sementara Nico tertunduk lesu tak bisa menjawab pertanyaan coach Musarodin selanjutnya. “Kok bisa begitu Nic”? Nico hanya terdiam dan geleng-geleng kepala. Kebetulan saja ukuran sepatu Nico sangat besar dan tak satu pun dari kami yang ukurannya sama dengan sapatu Nico. Jadilah Nico sebagai penonton pada saat kami bermain. Sepatu bola adalah senjata utama seorang pemain bola. Mana mungkin Nico berperang jika senjatanya tertukar.
Sampai saat ini masih menjadi pertanyaan di benakku, saat itu memang tertukar atau memang sengaja ditukar oleh teman. Yaaaah ...begitulah pemain bola. Kadang-kadang bercandanya kelewatan. Hikmat dari cerita diatas adalah jika kita mau bertanding persiapan segala sesuatunya di rumah dengan teliti sebelum kita berangkat. Jangan ada yang tertinggal. Mulai dari sepatu bola, pelindung tulang kering, kaos kaki dan kostum pertandingan. Juga kelengkapan administrasi pendukung seperti Ijasah terakhir, KK, Akte Kelahiran dan lain-lainnya. Semoga kejadian yang seperti ini tidak akan terulang pada anak-anakku pemain SSB Gumiwang Muda. Semoga ...aamiin.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dulu saya suka main bola lho...saat SD sehabis belajar bersama menyempatkan waktu bermain bola. bolanya dari klaras daun pisang yang di buat bulatan, pemainnya cewek semua ...asyik lho. Bukunya saya tunggu, buat hadiah anak saya kalau besok lulus kuliah. Jurusan PJOK juga. Semangat terus nulis, semangat untuk berbagi