Triana Dewi

Triana Dewi adalah seorang guru di SMPN 1 Kembangbahu Lamongan yang sedang senang belajar menulis. Artikel pertamanya yang dimuat di Jawa Pos membuatnya sem...

Selengkapnya
Navigasi Web

KUMISKU HILANG

Matahari sudah tinggi, aku masih bermalas-malasan di rumah. Padahal banyak yang harus kukerjakan. Bengkel motorku lagi sepi. Ada dua motor yang belum selesai kukerjakan. Satu remnya macet dan satunya aku harus mengganti olinya. Tetapi rasanya malas melakukan semua itu.

“Praaassss, ayo cepetan dikerjakan motornya, ntar keburu diambil orangnya. Pak Eko itu paling nggak suka kalau kamu molor-molor mengerjakannya” Ibu udah teriak-teriak mengingatkanku. Tetapi aku males banget. Aku membuka handphoneku, kulihat whatsappku ramai penuh unread messages. Aku tidak tertarik. Aku hanya menunggu japri dari Jamilah, pujaan hatiku. Tak disangka aku menemukan Jamilah di facebook. Jamilah pujaan hatiku yang telah lama menghilang.

Sejak lulus SMA aku tidak pernah bertemu dengannya. Jamilah kuliah di luar kota. Aku ingat dulu pernah menyatakan cinta kepadanya, sayang Jamilah menolak untuk berpacaran. Bukan karena dia tidak suka denganku, tetapi lebih karena dia ingin konsentrasi kuliah. Karena belum ada handphone, maka aku kehilangan kontaknya. Aku menjaga cintaku hanya untuk Jamilah. Aku tidak menjalin hubungan dengan siapapun. Hanya jamilah pujaan hatiku. Takdir baik berpihak padaku. Ternyata Jamilah juga masih single ketika kami bertemu kembali.

Untunglah aku beruntung bisa menemukannya lagi. Maka hari-hari ini aku dejavu mengingat semua kenanganku dulu. Aku ingat Jamilah selalu bilang dia selalu berdebar-debar kalau melihat kumisku. Itulah mengapa aku tidak pernah mencukur kumisku sejak saat itu. Padahal ibuku bilang aku akan tampak lebih muda bila tanpa kumis. Tapi demi ingat ucapan Jamilah itu, aku selalu mengelak untuk mencukurnya. Bahkan kemarin ketika bertemu pertama kali di facebook, Jamilah mengatakan aku tampak semakin cakep dengan kumis tipisku. Oh tiba-tiba aku merasa bersyukur menjadi lelaki yang berkumis. Jamilah berharap dia bisa segera bertemu denganku lagi, ingin segera merasakan sensasi kumis tipisku. Aduh, aku semakin tidak sabar rasanya untuk bertemu dengannya.

Kuliah Jamilah memang belum selesai, tinggal menyelesaikan skripsinya saja. Tetapi dia telah bersedia kulamar, makanya kami berencana untuk membahas hal itu di whatssapp. Aku berjanji untuk datang melamarnya bulan depan. Karena menunggu pesan Jamilah yang tidak juga masuk, aku memutuskan menuju bengkelku. Aku baru saja masuk ke bengkelku, ketika tiba-tiba pesan dari Jamilah masuk. Bukannya malah senang karena Jamilah mengajakku bertemu berdua di taman kota besok pagi, aku justru ingin pingsan. Karena sebetulnya aku berharap bertemu dengannya sebulan lagi ketika lebaran tiba. Tetapi ternyata Jamilah sudah di rumahnya sejak kemarin dan ingin segera bertemu denganku. Aku bengong tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak akan percaya diri untuk bertemu dengan Jamilah. Aku bingung memandang wajahku di kaca spion sepeda motor di sampingku. Cerminnya memantulkan wajahku yang bersih, kumisku hilang, baru saja kucukur kemarin karena aku harus berdandan rapi di pernikahan kakakku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post