Cerita Dedek, Bunda & Ayah
DARAH BIRU
******
Seseorang : Nimas Ayu …..
Tiba-tiba seseorang memanggil, ketika Dedek, Bunda, dan Ayah jalan-jalan pagi di Taman Kota pada hari Minggu.
Bunda pun menoleh pada asal suara panggilan tersebut.
Bunda : Hey. Erni kamu …!
Ternyata seseorang yang memanggil dengan sebutan Nimas Ayu adalah seorang wanita cantik bernama Erni yang juga jalan pagi Bersama keluarganya.
Erni : Gimana kabarnya…? Nimas Ayu, makin cantik saja …
Bunda : Heh. Ngapain memanggilku begitu. Biasa saja lah. Aku tidak suka disebut begitu.
Erni : Kan, memang begitu mengapa harus ditutup-tutupi.
Bunda : Wis gak jamane (sudah bukan masanya lagi). Jaman sekarang udah nggak usah begitu-begituan. Biasa ajalah memangilnya.
Erni hanya tersenyum tipis, begitu Bunda memberikan warning. Erni hanya mengangguk. Setelah berbincang beberapa waktu Erni dan suaminya pun beranjak meninggalkan Bunda.
Ayah : Nimas Ayu. Bagus juga ya …!
Bunda : Hush ….
Bunda segera menutup mulut ayah ketika memanggil nama dirinya. Ayah hanya tersenyum tipis dengan kelakuan Bunda.
Ayah : Emang kenapa Bun. Kan benar itu …?
Bunda : Ayah. Sudah. Nggak usah bicara tentang hal itu ya…? Awas …!
Bunda berkata kali ini dengan ancaman dan ancaman itu tidak main-main. Karena memang Bunda dari dulu tidak suka dipanggil nama gelar kebangsawanannya.
Sebenarnya keluarga Bunda dikenal sebagai keluarga darah biru, tetapi mereka tidak suka dengan gelar tersebut. Bapak, Ibu, dan juga saudara-saudara Bunda telah menanggalkan semua gelar kebangsaan tersebut sejak lahir. Bunda teringat, Bapak pada suatu saat pernah berpesan kepada bunda dan saudara-saudaranya.
Bapak : Wis gak jamane (sudah bukan waktunya lagi). Sekarang yang akan dikenal dan dikenang orang itu bukan gelarnya. Apakah dia seorang bangsawan atau pun rakyat semua sama. Tetapi yang akan dikenal adalah sejauh mana karya kita. Apa yang telah kita perbuat dan sumbangsih terhadap lingkungan masyarakat, bangsa, dan negara ini. Meski dia bangsawan bergelar Raden pun tetapi jika ia seorang pengkhianat negara, seorang yang tidak memiliki karya apa-apa, maka akan semakin asor derajate (rendah derajatnya).
Bunda : Nggih Bapak.
Bunda dan saudara-saudaranya secara takdim mendengarkan apa yang dikatakan oleh Bapak. Sebuah pembelajaran yang luar biasa dari Bapak. Bagaimana beliau menanamkan prinsip dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Itulah yang akhirnya tertanam pada diri Bunda dan saudara-saudaranya. Mereka sejak kecil berbuat sesuatu bukan karena mereka adalah para darah biru, tetapi semata-mata sebagai manusia yang harus hidup berdampingan dengan sesama. Mereka suka membantu kepada siapa pun tidak pandang bulu. Mereka semua juga menanggalkan embel-embel gelar pada nama masing-masing.
Buah dari itu semua Bunda dan saudara-saudaranya saat ini menjadi sosok-sosok pemimpin dalam institusinya, dan menjadi teladan bagi temen-temennya di kantor.
Bapak sendiri berdasarkan nasab (trah) masih keturunan keraton bergelar Kanjeng Raden Tumenggung (KRT). Tetapi beliau tidak pernah menggunakan gelar tersebut dalam namanya. Bapak tetap menulis nama asli beliau tanpa embel-embel kebangsawanan, baik di kartu identitas maupun identitas-identitas yang lain – termasuk dalam SK beliau saat masih menjadi Pegawai Negara. Dengan itu pula Bapak sangat dihormati dan dihargai oleh teman-teman beliau. Bapak dianggap sebagai figur moderat di kantornya saat itu hingga sekarang saat kembali hidup dalam masyarakat sebagai pensiunan.
*****
Ayah : Kok. Ngelamun Nimas Ayu …?
Ayah kembali menggoda Bunda, saat beberapa saat Bunda melamun tentang prinsip yang pernah Bapak petuahkan kepada Bunda dan saudara-saudaranya.
Bunda : Ayah, nggak usah begituan lah …! Cukup … Cukup …! Tetapi yang membuat Bunda penasaran dari mana Ayah tahu tentang hal itu. Kan Bunda tidak pernah berkata tentang identitas itu.
Bunda sangat penasaran dari mana Ayah tahu tentang identitas lengkap Bunda, padahal hal tersebut tidak pernah Bunda katakan, dan tidak pernah ada pembicaraan tentang identitas itu.
Ayah : Lho, detektif kan bisa tahu semuanya. Hehehe ….
Bunda : Ayah curang. Awas ya…! Apa karna itu juga Ayah memberi nama Denmas Setya Pradana pada Dedek
Ayah : Memang iya.
Bunda : Maksudnya…?
Ayah : Ayah sengaja menyamarkan nama Dedek menjadi Denmas yang arti sebenarnya adalah Raden Mas. Keren dong untuk masa kini …!
Bunda : Jadi …?
Bunda semakin penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Ayah
Ayah : Jadi nama Dedek kan Denmas Satya Pradana artinya Raden Mas atau anak laki-laki darah biru yang lahir pertama sebagai buah cinta kasih dan kesetiaan antara Bunda dan Ayah
Ayah berkata sambil jari telunjuknya jail menunjuk dan menekan hidung Bunda, dengan penuh kasih.
Bunda : Oaalaaah …
Rupanya Bunda baru ngeh. Memang Ayah sengaja memberi nama Dedek begitu tanpa pernah memberikan penjelasan kepada Bunda sebelumnya.
Tiba-tiba Dedek yang dari tadi asik dengan mainan di lantai berdiri seketika, sambil berkacak pinggang menghadap ke arah Bunda dan Ayah yang masih berdiskui.
Dedek : Akulah Raden Mas Gathotkaca …. Hahahaha.
Bunda dan Ayah sejenak terdiam, dan menatap kea rah Dedek. Dedek tampak cuek saja. Tetapi ia pun melanjutkan berkata.
Dedek : Kalo Dedek Raden Mas Gathotkaca, terus Ayah dan Bunda Capa …?
Ayah : Aku Raden Mas Werkudara … hohoho
Bunda : Aku Raden Ayu Dewi Arimbi putri dari Kerajaan Pringgadani.
Mereka bertiga pun tertawa terbahak-bahak sambil berangkulan, memeluk dan mencium pipi Dedek yang menggemaskan.
*****
Senin, 24 Juni 2024
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kok naskahnya nggak muncul Mas senior. Sepertinya sedang gangguan. Sukses selalu
Hehehe ... udah tua lupa Pak Burhani. Nih baru uploadnya ... Mksh Apresiasinya
Keren pak...sehat dan sukses selalu
Terimakasih atas apresiasinya bunda
Terimakasih admin
Keren banget, sukses selalu untuk Bapak
Terimakasih apresiasinya Opa Sunin
luar biasa....sangat inspiratif pak
Terimakasih apresiasinya Pak Rochadi
Lanjut Pak. Saya ketinggalan banyak episode
Terimakasih apresiasinya bunda
Mantap ceritanya, Pak Tri. Salam sukses selalu!
Terimakasih apresiasinya bunda