Cerita Dedek, BUnda, dan Ayah
DEDEK & BUNDA KANGEN EYANG KAKUNG
*****
Bunda tampak ogah-ogahan makan, hal demikian diikuti Dedek. Dia juga males menyantap makanan yang ada di depannya. Padahal mereka berdua, Dedek dan Bunda sangat suka dengan menu rendang masakan khas Padang yang dibuatkan Mbok Minah. Ayah begitu kaget, padahal masakan Mbok Minah begitu lezat.
Ayah : Ada apa Bun, kok malesan makannya.
Bunda : Males, Nyebelin
Dedek : Dedek juga males. Nyebelin.
Ayah : Lah. Makan kok nyebelin. Emang nggak enak masakan Mbok Minah.
Mbok Minah yang kebetulan lewat karena hilir-mudik nyiapin menu untuk makan sore. Tamapk kaget dan salah tingkah.
Mbon Minah: Maaf Neng, dan Den jika masakan Mbok kurang berkenan,
Bunda : Nggak kok Mbok.
Bunda segera menanggapi perkataan Mbok yang salah tingkah terkait Bunda dan Dedek yang ogah-ogahan makan bikinannya.
Ayah : La terus kenapa Bunda dan Dedek males makan.
Bunda : Kangen bapak.
Dedek : Iya, Dedek juga kangen Eyang Kakung, Ayah.
Ayah : O. Begitu. Ya …. Sabar beliau kan juga masih kangen dengan putra dan cucunya yang lain.
Bunda : Nggak boleh. Bapak adalah Bapakku harus saying sama aku.
Dedek : Ya. Eyang Kakung adalah eyang Dedek. Nggak boleh yang lain.
Rupanya Dedek dan Bunda kompak setiap apa yang dikatakan Bunda tentang Eyang Kakung, Dedek pun membeo.
Memang Bunda adalah anak yang paling disayang Bapak. Sebagai anak ragil dan cewek sendiri, Bunda sejak kecil sangat dimanjakan Bapak. Semua keinginannya dituruti. Bapak tidak pernah menolak apa yang diinginkan Bunda. Wajar … Bunda adalah anak cewek sendiri dan laing ragil dari tiga bersaudara.
Hal yang sama dengan Dedek. Dedek adalah cucu dari bapak yang juga paling disayang. Bapak sudah memiliki 4 cucu, dan Dedek merupakan cucu kelima. Dan cucu terkecil. Kakak pertama memiliki dua orang putra dan sudah besar semua, bahkan putra sulung kakak pertama sudah bekerja. Sedangkan adiknya juga sudah kuliah. Sementara dari kakak kedua bapak juga memiliki dua cucu. Danputra yang paling ragil dari kakak kedua juga sudah masuk bangku SMP. Jadi tinggal Dedek yang masih kecil. Dedek merupakan cucu tersayang, dan anak tersayang bapak. Ikatan bathin di antara mereka bertiga begitu dekat. Saat Bapak sakit kapan waktu, Bapak selalu menyebut mereka berdua Dedek dan Bunda.
Saat ini Bapak sudah 2 (dua) minggu mengunjungi kakak kedua yang tugas di luar Jawa. Ayah belum pernah mengunjunginya. Biasanya kakak kedua yang mudik ke Jawa, bila hari Raya Fitri. Nggak tahu kali ini Bapak pingin berkunjung kakak kedua. Beliau ditemenin putra kedua kakak pertama yang masih kuliah. Kebetulan Kuliah keponakan tersebut sedang libur semester. Jadi dia menemai Bapak berkunjung ke kakak kedua.
Jadi angen berat Dedek dan Bunda kepada Bapak sangatlah wajar. Ayah pun merasakan hal itu. Dan mungkin Bapak sendiri juga kangen mereka berdua. Tapi beliau berlaku arif, karena belum pernah berkunjung pada cucunya yang dari kakak kedua. Maka nggak enak jika berkunjungnya hanay sebentar. Bukanlah kunjungan tersebut tidak mesti setahun sekali karena tugas kakak yang jauh.
Ayah : Coba telpon atau WA Bapak. Mungkin beliau juga sudah kangen sama Bunda dan Dedek.
Bunda : Udah Yah. Bunda udah WA Bapak kapan pulang, tapi malah dijawab pesen apa Nduk. Dan tanya kabar Dedek. Sebel
Ayah : Bapak nggak enak jika minta pulang pada kakak. Karena Bapak merasa, bukankah berkunjungnya tidak mesti setahun sekali.
Bunda : Nggak boleh. Pokoknya Bapak harus segera pulang.
Dedek : Iya. Eyang Kakung harus segera pulang.
Ayah geleng-geleng kepala dengan kelakuan Bunda dan Deedek. Rasa kangen yang mendalam mereka berdua mempengaruhi semuanya. Dedek dan Bunda hanya males-malesan sehari-harinya. Memang begitulah jika sudah terbangun ikatan yang mendalam antara orang tua, anak, dan cucuk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap kisahnya Mas senior. Kalau sudah begitu nggaka da obatnya dan nggak mempan dirayu sama Ayah,, hehe. Lanjuuut. Sukses selalu
Benar Pak Burhani. Nggak bisa dialihkan lagi .... Terimakasih atas apresiasinya
Membuat gemas, Pak kisahnya. Selamat atas aliran ceritanya. Sukses selalu.
Dedek ikut2an ngambek juga hehe.... Eyang kangen tuh
Keren pak,...sehat dan sukses selalu
Terimakasih atas apresiasinya Bunda
Kangennya sebuah keluarga memang nggak bisa diganti dengan yang lain. Saya merasakannya. Salam sehat semuanya.
Betul sekali Bunda. Keluarga adalah satu-satunya. Ingat Sinetron Keluarga Cemara ... Hehehe ... Terimakasih atas apresiasinya
Yah gantian dong eyang kakungnya... hehe...Cernak mantab...
Hehehe ... Ia Bunda. Eyang Kakung baru sekali main ke cucu jauh beliau ...
Terimakasih aDMIN
Mantap banget. Sukses selalu untuk Bapak
Terimakasih apresiasinya Opa Sunin
Waduh, bunda ngambek ky dedek ya?
Dedek dan Bunda kompak Bun ... hehehe
Oh.. itu masalahnya
Di situ letaknya Pak Rochadi ... belum ada cara lainnya. Terimakasih atas apresiasinya
Pokoknya eyang Kakung harus segera pulang kata Dedek. Kisah yang sangat menarik pak Trianto.
TERIMAKASIH APRESIASINYA PAK LUKMAN
Waduh kangennya kadung mendalam
Betul Gus. Ikatan antara ayah dan putrinya begitu kuat seperti Gus Tito juga terhadap putrinya .... hehehe