Cerita Dedek, Bunda, dan Ayah
R.A NGATINEM
TEMAN DAN GURU SPIRITUAL BUNDA
*****
Tiba-tiba dalam chats Ayah ada kiriman foto seorang wanita usia baya dari HP Bunda. Seorang Wanita anggun, tenang dan penuh wibawa. Dari guratan (gesture) wajahnya mengisyaratkan kewibawaan tinggi, dan juga kealiman.
Ayah : Foto siapa Bun.
Ayah segara WA Bunda tentang siapa gerangan Wanita paro baya yang diposting Bunda ke HP Ayah.
Bunda : Bu Nga Yah.
Ayah : Bunga…?
Ayah agak kurang paham apa yang dimaksud Bunda. Ayah mengira Bunga sinonim dari Kembang.
Bunda : Maksudnya Bu Ngatinem Yah. Dia adalah guru senior di sekolah Bunda. Meski sebenanrnya sudah purna tugas tetapi beliau tetap mengabikan diiri membantu di sekolah.
Ayah : Luar biasa. Kita yang muda-muda iri tentunya dengan beliau.
Bunda : Benar Yah. Bu Nga pure mengabdi, dan tidak mengharap apapun. Bagi beliau semuanya sudah cukup. Putra-putrinya semua sudah menjadi orang-orang penting.
Ayah : Subhanallah. Susah dicari orang-orang seperti beliau di jaman ini.
Bunda : Beliau lulusan dari Pergruuan Taman Siswa
Ayah : Pasti Darah Biru ….?
Bunda : Ayah kok tahu …?
Ayah : Ya. Tahulah. Ingat maqolah Arab kan…? “Hanya Wali yang tahu bahwa seseorang itu Wali. Maka hanya darah biru yang akrab bergaul dengan darah biru…!” Hahaha …
Bunda : Halah, Ayah pasti mengarangnya …?
Bunda tampak tersipu-sipu saat membalas WA Ayah. Ya … memang kan Bunda darah biru meski dia tidak mau mencantumkan gelar tersebut dalam namanya. Dan Bunda selalu marah-marah saat disebut tentang hal tersebut. Dan memang benar tebakan Ayah benar tentang Bu Nga.
Bunda, kemudian menceritakan siapa sebenarnya Bu Nga, yang memiliki nama lengkap Raden Ayu Ngatinem (R.A. Ngatinem). Meski seorang darah biru sebagaiamna Bunda, Bu Nga juga low profile. Beliau menanggalkan gelar RA pada namanya dan lebih suka di panggil Bu Nga saja.
Bu Nga lulusan Perguruan Taman Siswa, perguruan yang didirikan oleh Tiga Serangkai yaitu Ki Hajar Dewantara atau yang waktu mudanya memiliki nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, dr. Ernest Douwes Dekker lengkapnya Ernest François Eugène Douwes Dekker atau yang kemudian dikenal dengan nama dr. Setya Budi Danudirja seorang Indo (Belanda-Jawa), dan dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta.
Perguruan Taman Siswa ini semula berpusat di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda yang berperan untuk menghapus kebodohan anak-anak Indonesia. Tetapi keberadaan Tamansiswa terus mengalami perkembangan yang sangat signifikan karena sifatnya yang merakyat bahkan pada tahun 1922-1930. Taman Siswa berhasil memiliki semua jenjang pendidikan mulai dari Taman Indria (Taman kanak-kanak), Taman Muda (Sekolah dasar), Taman dewasa (SMP), Taman Madya (SMA), dan Taman Guru (Sarjana wiyata). Selain itu, Taman Siswa juga berhasil membuka 30 cabang di wilayah lain mulai dari Aceh hingga Indonesia Timur meski tetap berpusat di Yogyakarta.
Semula para siswa yang bersekolah di Perguruan Taman Siswa adalah para darah biru, tetapi pada perkem,bangan selanjutnya mencakup semua masyarakat umum (pribumi) yang memiliki kelebihan dan keberpihakan pada keilmuan.
Terkait dengan Bu Nga, Bunda telah menganggapnya sebagai teman, guru, dan bahkan sebagai ibu. Hal ini mengingat Bunda sejak kecil (balita) telah ditinggalkan Ibu, jadi Bunda me,lihat dalam diri Bu Nga ada figure tersebut. Sehingga segala permasalahan jika ada, Bunda selalu berkonsultasi dengan Bu Nga. Dan di antara kedunya terjalin Chemistry yaitu perasaan saling terhubung yang terbangun di antara dua orang, layaknya Ibu dan anak.
Bu Nga tidak saja sayang pada Bunda tetapi juga pada Dedek. Setiap Dedek ikut Bunda ke sekolah, Bu Nga mengajaknya bermain seperti seorang nenek kepada cucunya. Begitupun saat ini Bunda, Dedek, dan Bu Nga saat istirahat – mereka santai di Koperasi Siswa sambil minum the hangat dan beberapa camilan. Bu Nga mengelus-elus kepala Dedek yang asik ikutan duduk di meja mereka sambil asik dengan mainannya tentunya.
Bu Nga : Dedek kalau udah besar ingin menjadi apa…?
Dedek : Dokter ….!
Bu Nga : Dokter. Luar Biasa.
Bu Nga/Bunda: Aamiin
Kebiasaan anak kecil setiap ditanya ingin jadi apa, maka secara spontan akan menjawan jadi dokter, suatu profesi yang selama ini dianggap profesi yang lebih karena berperan membantu masyarakat di bidang medis, seperti menyembuhkan penyakit dan juga kesehatan secara umum.
Dedek pun menjawab pertanyaan Bu Nga dengan acuh tak acuh. Atas jawaban Dedek, Bunda dan Bu Nga secara bersamaan meng-aamiin-kan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Smg Dedek jadi dokter yaaa.... Keren, Pak
Aamiin. Terima kasih atas apresiasinya bunda
Terimakasih admin
Keren banget. Sukses selalu untuk Bapak
Terima kasih atas apresiasinya opa Sunin
Wauw...bu Nga memang bunga yg keren & patut diteladani
Seperti Bunda Siska juga yg selalu menebarkan inspirasi dengan semangat luar biasa
Cerita yang penuh inspirasi, keren Pak
Terima kasih atas apresiasinya pak Rochadi
Dedek jadi dokter? Aamiin
Aamiin Bunda...cita2 Dedek
Suka sekali baca tulisan nya pak, kisah yang menarik.
Terimakasih atas apresiasinya pak Lukman
Amin. Kisah dengan kemasan yang apik, pak. Salam sukses.
Terima kasih atas apresiasinya bunda. Sukses selalu
Kalau Gus Tri termasuk golongan darah apa? hahaha ceritanya bagus Gus
Darah merah Gus ... hahaha.
Sama berarti ya Gus hahaha
Tentu Gus Tito ...satu darah keturunan Adam ... hahaha
Kisah yang inspiratif.
Terima kasih atas apresiasinya bunda