Trianto Ibnu Badar at-Taubany

BAGAIMANA MENULIS ITU? Menulis merupakan pekerjaan yang begitu berat, bahkan dapat membuat orang stress, frustasi, dan kolaps. Bagaimana tidak banyak d...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cerita Dedek, Bunda dan Ayah - Bagian 34

Cerita Dedek, Bunda dan Ayah - Bagian 34

Bagian 34

BUNDA REQUEST LAGU ‘BUNGA ABADI’ KE AYAH

 

 

“BUNGA ABADI”

Kupersembahkan bunga

Abadi yang kupetik untuknya

Dalam perjalanan menuju

Keabadian hidup

Hidup tiada duka

Hidup tiada lara

Ku telah menyadari

Dirinyalah yang pantas miliki

Bunga abadi yang t'lah kusimpan

Set'lah sekian lama

Terpendam jauh dalam diriku

Di dalam hidupku

Oh

Apalah arti dari semua yang tercipta

Tanpa kehadirannya di sini

Oh-oh

Ku menembus ruang dan waktu

Terjalin gelak tawa, sedih, dan merayu

Bersanding bersama dirinya

Ho-oh

Hanya satu yang 'kan kupinta

Menjaga bunga abadi yang t'lah kuberi

Di dalam perjalanan hidupnya

Oh-oh

Ku menembus ruang dan waktu

Terjalin gelak tawa, sedih, dan merayu

Bersanding bersama dirinya

Oh-oh

Hanya satu yang 'kan kupinta

Menjaga bunga abadi yang t'lah kuberi

Satu dan selamanya

Di dalam perjalanan hidupnya

Oh-oh

Kupersembahkan bunga

Abadi yang kupetik untuknya

by Rio Clappy

Lagu karangan Rio Clappy yang saat ini tengah viral di media sosial, termasuk TikTok. Banyak orang mendengarkan lagu ini di Spotify. Tidak saja menjadi klangenan remaja putra maupun putri, tetapi juga para bapak dan ibu.

Lewat Bunga Abadi, Rio Clappy menceritakan kisah cinta yang indah, memfokuskan pada pertemuan seseorang teristimewa. Seseorang yang layak mendapatkan dan menjaga ‘Bunga Abadi’ sebagai wujud keabadian cinta mereka. Tidak saja dalam kehidupan dunia, tetapi juga kelak saat bersama-sama dalam kehidupan yang abadi.

Ayah sudah dua minggu bolak-balik membaca dan memepalajri serta menyanyikan lagi ‘Bunga Abadi” request Bunda. Bunda minta agar Ayah menyanyikan lagi tersebut saat pesta ulang tahun Bunda bulan depan. Ayah sudah beberakali mencoba menyanyikan lagi ‘Bunga Abadi’ tersebut. Meski ayah sudah terbiasa menyanyiakan beberapa lagi seperti lagu Campursari, Lagu Pop, maupun Lagu Dangdut – tetapi untuk menyanyikan lagi ‘Bunga Abadi’ Ayah merasa kesusahan. Lagi millennial dari Ceppy yang bergaya klasik itu cukup merepotkan. Sepintas lagunya seruopa dengan lagu Camelia karya Ebiet G. Ade, tetapi cengkoknya betapa amat rumitnya. Bahkan reff lagu tersebut bagi Ayah tidak beraturan. Dan lagupun dinyanyikan tanpa jeda, sebagaimana lagu umumnya ada jeda (intro) dengan instrumentalia.

Ayah           : Bun lagunya diganti ya…?

Ayah mencoba kepada Bunda, agar request lagu bunda diganti. Hal ini memang karena ayah merasa kesussahan menyanyikan lagu “Bunga Abadi”

Bunda         : Nggak. Ayah harus menyanyikan lagu itu dalam Ulahan Tahun Bunda.

Ayah           : Kan, banyak lagu bisa “Yen Ing Tawang Ono Lintang”, “Ngidamsari”, “Bunga Desa Rhoma Irama”, atau Lagu “Sephia” Shela On-7” … Bunda tinggal bilang saja.

Bunda melirik ke Ayah dengan tajam dan agak dongkol mendengar Ayah menyebut lagu “Sephia”. Ayah memahami sekali sifat Bunda, kalo sudah ada maunya. Apalagi lagu ‘Sephia”, Bunda mendengar judulnya saja sudah dongkol apalagi dinyanyikan oleh Ayah.

Bunda          : Nggak Yah … Nggak. Kalo Ayah nggak mau menyanyikan lagu “Bunga Abadi”, Bunda juga nggak mau diperingati Ultahnya.

Bunda berkata sambil memberikan isyarat jari yang hanya dipahami oleh mereka berdua. Ayah pun hanya bisa garuk-garuk kepala. Dedek dari tadi hanya bengong memperhatikan perilaku kedua orangtuanya yang saling bersikekeh. Dalam hati Dedek berkata: “Susah juga ya jadi orangtua, kalau masing-masing sudah ada maunya.”

Apa yang dipikirkan Dedek tidaklah salah. Orang tua kalau sudah kumpul dengan orang tua kembali sebagaimana komunitas anak-anak, bahkan lebih dari itu. Teringat akan kata-kata Gus Dur saat melihat kelakuan para anggota DPR waktu itu. Mereka tidak saja bertengkar mulut, tetapi sampai baku hantam satu sama lain Ketika pendapatnya ditentang. Gus Dur pun sempat berseloroh: “Seperti anak TK saja…!

Yah memang begitulah. Sama. Saat para guru berkumpul dalam sebuah workshop, seminar, diklat, dan ataupun bimtek. Mereka kembali seperti dalam komunitas saat usia sekolah dulu. Hehehe ….

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terimakasih admin

25 Aug
Balas

Terimakasih admin

25 Aug
Balas

Keren banget. Sukses selalu untuk Bapak

25 Aug
Balas

terimakasih atas apresiasinya Opa Sunin

25 Aug

Mantap paparannya Pak. Salam literasi dan sehat selalu.

26 Aug
Balas

Keren kisahnya Pak.

25 Aug
Balas

Terimakasih atas apresiasinya pak

25 Aug

Itulah kita. Haha.... Kadang bersikap seperti anak-anak. Salam sukses, Bapak.

25 Aug
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

25 Aug

Selalu bagus tulisannya, Bang

26 Aug
Balas

Terimakasih apresiasinya Pak Sultan

26 Aug



search

New Post