
MENEMBUS BATAS KEHIDUPAN TRINIL DI MASA PURBA Bagian 1
MENEMBUS BATAS KEHIDUPAN TRINIL DI MASA PURBA
Bagian 1
*******
Trinil adalah situs paleoantropologi di Indonesia yang sedikit lebih kecil dari situs Sangiran. Tempat ini terletak di Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, kira-kira 13 km di sebelah barat pusat kota Ngawi. Trinil merupakan kawasan di lembah Bengawan Solo yang menjadi hunian kehidupan purba, tepatnya zaman Pleistosen Tengah, sekitar satu juta tahun lalu.
Penelitian situs Trinil berawal ketika Eugene Dubois, warga negara Belanda, mendapat kabar penemuan tulang yang sangat besar Balung Buto, di sekitar Bengawan Solo. Upaya Dubois itu mendapat dukungan pemerintah Belanda, saat itu masih menjajah Indonesia. Selanjutnya, Dubois memanfaatkan para tahanan Benteng Pendem Ngawi, untuk menggali fosil.
Alhasil pada Agustus 1891 Eugène Dubois, yang adalah seorang ahli anatomi menemukan bekas manusia purba pertama di luar Eropa (saat itu) yaitu spesimen manusia Jawa. Pada 1893 Dubois menemukan fosil manusia purba Pithecanthropus erectus serta berbagai fosil hewan purba (gajah, badak, kibon, dan kuda nil), dan tumbuhan purba. Pada 1895, penemuan itu dibawa Dubois ke Belanda dan tak pernah dibawa kembali ke Tanah Air. Namun, sebelum pulang, Dubois membuat tugu peringatan yang menunjukkan lokasi penemuan fosil
Trinil yang berada di lembah sungai bengawan Solo diperkirakan merupakan lembah yang subur yang dihuni tidak saja oleh manusia purba Pithecanthropus erectus tetapi juga banyak flora dan fauna purba yang hidup bersama dalam satu kesatuan komunitas.
Fauna yang hidup pada masa itu meliputi fauna darat seperti gajah purba jenis Stegodon trigonocephalus, banteng purba (Bibos palaeosondaicus), kerbau purba (Bubalus Paleokarabau), badak purba (Rhinocerus sp.), harimau purba (Felis tigris), dan kijang/rusa purba (Cervus). Sedangkan fauna akuatik terdiri berbagai molusca seperti Gastropoda dan Bivalvia yaitu binatang karang, kerang-kerangan, kerang purba, penyu, kura-kura, buaya, dan berbagai jenis ikan.
Museum Trinil
Kehidupan masa Trinil Purba di lembah sungai bengawan Solo, sekarang diabadikan menjadi Museum Trinil. Museum Trinil tersebut dikelola pemerintah daerah, Departemen Pendidikan Nasional, dan Dinas Suaka Peninggalan Purbakala Trowulan.
Museum Trinil menjadi sebuah sarana pendidikan, penelitian, dan sekaligus sekadar datang untuk berwisata. Berbagai koleksi kehidupan zaman Pleistosen tengah, sekitar satu juta tahun silam, dapat ditemukan di Museum Trinil.
Beberapa fasilitas yang tersedia di dalam Museum Trinil, yaitu: (1) museum dan pendopo peristirahatan; (2) tempat cinderamata (souvenir); (3) diorama fosil purbakala lengkap dengan identitas dan dekskripsinya; (4) mushola dan arena bermain anak; (5) bumi perkemahan; dan (6) toilet dan kamar mandi.
Museum Trinil menempati area seluas 3 (tiga) hektar, dengan koleksi di antaranya fosil tengkorak Pithecantrophus erectus, fosil tulang rahang bawah macan (harimau) purba (Felis tigris), fosil gading dan gigi geraham atas gajah purba (Stegodon trigonocephalus), fosil tanduk banteng purba (Bibos palaeosondaicus), fosil kepala dan tanduk kerbau purba (Bovidae), fosil badak purba (Rhinocerus sp.), fosil antelop/kijang/rusa (Cervidae), dan fosil kerang purba. Situs ini dibangun atas prakarsa dari Prof. Teuku Jacob, ahli antropologi ragawi dari Universitas Gadjah Mada (bersambung).
Bhaktiku, Jum'at, 15 April 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen reportasenya, Pak. Salam literasi
Lengkap banget ulasannya. Salam bahagia selalu buat Mas Trianto.
Terimakasih Admin
Terimakasih Admin
Selamat sore Pak dan salam sukses
Keren selalu ulasan dan dan beragam tulisan selalu lengkap dan mengesankan pak, sukses selalu
Reportase yang menarik dan informatif pak Trianto, semoga sehat selalu
Luar biasa reportasenya p Tri. Informatif. Trmksh sdh berbagi. Sukses sllu
Kereen ulasannya,Bapak. Salam sukses selalu.
Keren mantap Ustad ulasan ttg Musium Trinil..saya sdh 2x ke lokasi ttp sdh cukup lama. Bgm perkembangan sekarang belum lihat lagi, ustad. Tulisan yg informatif n menambah pengetahuan ttg sejarah sukses sll ustad nggih
Menginspirasi sekali, semoga suatu saat saya bisa ke Trinil. Salam sukses selalu buat Bapak.
Keren sekali tayangannya, mantap, sehat dan sukses selalu pak DR
Oh, Trinil ini ada di Ngawi ya Pak. Selama ini saya pikir ada di daerah Mojoagung/Mojokerto. Ada museumnya juga ternyata. Jadi teringat sandiwara radio jaman bahula berjudul "Trinil". Hehe.... Sukses selalu Pak Tri.
Reportase yang keren dan informatif...semoga semakin sukses pak Tri
Wisata sejarah yang luar biasa dan inspiratif Pak Trianto, semoga selalu sehat bersama keluarga.
Keren reportasenya. Informatif. Semoga sehat dan sukses selalu Pak.
Ulasan yang sangat informatif pak Trianto, semoga sukses dan sehat selalu bersama keluarga tercinta
Mantap reportasenya pak, sehat dan sukses selalu