Trianto Ibnu Badar at-Taubany

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGENAL ETNIS DAN SUB ETNIS JAWA  (Bagian 1)
Suku Osing, Etnis Suku Jawa yang mendiami Wilayah di Banyuwangi-Jawa Timur

MENGENAL ETNIS DAN SUB ETNIS JAWA (Bagian 1)

MENGENAL ETNIS DAN SUB ETNIS JAWA

(Bagian 1)

***********************

Etnis Jawa merupakan suku bangsa terbesar di Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2023 diperkirakan ada 118 juta orang Jawa di seluruh dunia. Pada tahun 2010, setidaknya 40,22% penduduk Indonesia merupakan etnis Jawa. Selain itu, suku Jawa ada pula yang berada di negara Kaledonia Baru dan Suriname, karena pada masa kolonial Belanda suku ini dibawa ke sana sebagai pekerja. Saat ini suku Jawa di Suriname menjadi salah satu suku terbesar di sana dan dikenal sebagai Jawa Suriname. Ada juga sejumlah besar suku Jawa di sebagian besar provinsi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Arab Saudi, dan Belanda.

Mayoritas orang Jawa adalah umat Islam, dengan beberapa minoritas yaitu Kristen, Kejawen, Hindu, Buddha, dan Khonghucu. Meskipun demikian, peradaban orang Jawa telah dipengaruhi oleh lebih dari seribu tahun interaksi antara budaya Kejawen dan Hindu-Buddha, dan pengaruh ini masih terlihat dalam sejarah, budaya, tradisi, dan bentuk kesenian Jawa. Dengan populasi global yang cukup besar, suku Jawa menjadi kelompok etnis terbesar keempat di antara umat Islam di seluruh dunia, setelah bangsa Arab di Timur Tengah dan Afrika, suku Bengali di Banglades dan India, dan suku Punjabi di Pakistan dan India. Suku Jawa juga memiliki cabang-cabang suku lain atau Sub suku antara lain suku Osing, suku Tengger, suku Samin, Penginyongan, Cirebon-Dermayon, Jawa Arek, Jawa Medalungan, Jawa Mataraman, Jawa Pesisir Utara, dan Jawa Banten.

Suku Jawa kenyataannya memiliki banyak sub etnis atau sub suku yaitu:

1. Jawa Ngapak atau Panginyongan

Orang Penginyongan atau oleh sebagaian orang Jawa lainnya dikenal sebagai Jawa Ngapak, Orang Ngapak, atau Wong Ngapak karena Bahasa Jawa mereka berlogat Ngapak. Disebut masyarakat panginyongan, karena mereka menggunakan kata ‘inyong’ yang artinya aku. Mereka juga dikenal sebagai Masyarakat Banyumasan karena mendiami wilayah yang luas dan besar Kabupaten Banyumasan. Orang Panginyongan umumnya berdiam di sekeliling Gunung Slamet Jawa Tengah yang meliputi Tegal, Brebes, Pemalang bagian Barat, Bumiayu, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen bagian Barat, sebagian Wonosobo, dan Pekalongan.

Masyarakat Panganyongan memiliki sedikit perbedaan budaya bahasa, dan karakter dari etnis Jawa pada umumnya. Logat ngapak sangat khas bagi mereka dan mereka memiliki slogan Ora Ngapak, Ora Kepenak. Karakter mereka lebih egalitar dari Masyarakat Jawa lainnya dan dikenal sebagai Cablaka atau Blakasuta (apa adanya). Konon Bahasa Ngapak merupakan bahasa asli Jawa Kuno, Dimana mereka tetap mnggunakan akhiran vokal a’ bukan ‘o’ yang baru dikembangkan Masyarakat Jawa pada masa pemerintahan Mataram Islam.

Masyarakat Panginyongan dikenal teguh memegang agama Islam, dan patuh pada para kyai dan ulama’.

2. Jawa Samin

Suku Samin atau Wong Sikep dikenal sebagai masyarakat pengikut dan keturunan Raden Mas Samin Surosentika seorang tokoh pada jaman penjajahan Belanda yang mengajarkan sedulur sikep yang mengobarkan perjuangan terhadap Belanda di luar kekerasan (sikap noncooperative terhadap penjajah) seperti menolak pembayaran pajak dan juga menolak semua model peraturan yang dibuat oleh penjajah.

Masyarakat Samin merupakan komunitas yang begitu polos dan lugu dan memusingkan pemerintah penjajahan Belanda maupun penjajahan Jepang karena sikaop mereka. Komunitas Samin masih terus mengisolasi diri, hingga pada tahun 70-an baru tahu jika Indonesia telah Merdeka. Komunitas Samin tersebar di wilayah Blora Jawa Tengan dan Bojonegoro Jawa Timur, serta di wilayah pegunungan Kendeng Utara wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Orang-orang di luar Samin sering menganggap mereka adalah orang polos dan lugu, tidak suka mencuri dan menolak membayar pajak, sehingga mereka sering dibuat lelucon oleh Masyarakat lain. Kelebihan Masyarakat Samin adalah komunitas yang aktif mengembangkan pelestarian lingkungan hidup.

Masyarakat Samin lebih suka hidup sebagai petani daripada berdagang. Karena dengan berdagang mereka takut untuk menipu orang lain. Dengan Bertani mereka merasa lebih dekat dengan alam dan mensyukuri akan nikmat Allah SWT.

3. Jawa Osing

Jawa Osing disebut dengan Wong Osing atau Orang Osing, Laros (Lare Osing), atau Orang Blambangan.

Orang Osing merupakan pemduduk mayoritas dibeberapa kecmatan yang ada di Kabupaten Banywangi. Mereka menggunakan Bahasa Osing, seperi isun yang artinya aku. Rika yang artinya kamu, sementera Bahasa Jawa kowe (Jawa Ngoko), atau panjenengan (Jawa Halus). Bahasa Osing merupakan salah satu dari sub dialek Bahasa Jawa yang masih memiliki kekerabatan dengan Bahasa Tengger, dan Bahasa Arek, tetapi masih banyak kosa kata yang berasal dari Bahasa Jawa Kuno yang masih digunakan dalam Bahas Osing. Selai itu Bahasa Osing juga banyak terpemgaruh oleh Bahasa Bali, karena memang Banyuwangi berdekatan dengan Bali.

Budaya Osing memiliki budaya yang khas misalnya Puputan, yang mana Orang Osing akan berkuang sampai darah penghabisan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Seni budaya mereka juga merupakan seni budaya khas yang tidak dimiliki oleh sub etnis Jawa yang lain seperti Seblang, Gandrung Banyuwangi, Patrol, Kendang Kempul, Kuntulan dan lain-lain.

Saat ini mayoritas etnis Osing teguh memeluk agama Islam.

4. Jawa Tengger

Suku Tengger sering juga disebut Wong Tengger, Jawa Tengger, atau Orang Bromo. Orang Tengger banyak mendiami dataran tinggi diseputaran pegunungan Tengger, Bromo, dan Semeru di Provinsi Jawa Timur. Mereka berada di beberapa desa di wilayah kecamatan Probolinggo, Pasuran, Malang, dan Lumajang. Mereka berjumlah tidak kurang dari 10.000 jiwa dan mengkalim sebagai keturunan Majapahit dan mayoritas beragama Hindu meski ada beberapa yang sudah beragama Islam. Agama mereka merupakan campuran dari Agama Hindu-Budha di jaman Majapahit bercampur dengan keyakinan pemujaan pada leluhur yang berbeda dengan agama Hindu Dharma Bali.

Masyaralat Tengger sangat kaya dengan adat budaya tradisi yang turun-temurun sejak jaman Majapahit yang saat ini sudah tidak lagi dikenal pada i orang Jawa di daerah lain. Hal ini disebabkan orang Jawa saat itu sudah teropengaruh oleh budaya kerajaan Mataram Islam.

5. Jawa Cirebon-Dermayon (Cirebon-Indramayu)

Suku Cirebon-Dermayon, tinggal di pesisir pantai utara Jawa barat terutama Cirebon, Inderanayu, bagain Utara Majalengka, pesisir utara Subang, Purwakarta, dan Karawang.

Disebut Cirebon-Dermayon karena mereka merupakan suku yang mendiami wilayah Cirebon dan Inderamayu. Mereka merupakan perpaduan dari suku besar di Pulau Jawa yaitu suku Sunda dan suku Jawa. Akluturasi kedua suku tersebut melahirkan Masyarakat Cirebon-Dermayon.

Masyarakat Ciribon-Dermayot, merupakan masyarakat keturunan Kasultanan Cirebon yang berjaya pada beberapa abad yang lalu. Sebagian dari mereka masih menganggap sebagai orang Jawa. Budaya dan adat mereka sangat dekat dengan masyarakat suku Brebes dan Tegal. Tetapi berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 mereka dimasukkan dalam suku bangsa sendiri yaitu Suku Cirebon, yang lepas dari suku Jawa.

Masyarakat Cirebon dikenal sebagai suku bangsa yang taat beragana Islam. Dan hanya sedikit, dan bahkan hamper tidak ada yang beragama selain Islam. Budaya mereka sangat luhur dan beragama. Selain itu di Masyarakat Cirebon masih eksis keberadaan 4 kesultanannya yaitu Kesultanan Cirebon diantaranta Kasultanan Kasepuhan Cirebon, dan Kasultanan Kanoman Cirebon yang siap mendukung kebudayaan asli Cirebon (bersambung).

Ahad, 12 Mei 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren ulasannya Mas senior. Sukses selalu

13 May
Balas

Terimakasih apresiasinya pak Burhani

14 May

Ulasan yang lengkap. Makasih informasinya, Pak

13 May
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

14 May

Terimakasih admin

12 May
Balas

Wah orang Jawa di daerah Batang ikut Jawa apa ya?

12 May
Balas

Hehehe ... tentunya Jawa Batang Pak Ben

14 May

Luar biasa ulasannya. Informatif

12 May
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

14 May

sangat informatif pak. tks

12 May
Balas

Terimakasih apresiasinya Pak Rochadi

14 May

Suka ulasannya, Bapak. Jadi tambah wawasan. Salam sukses.

12 May
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

14 May

Ulasan yang sangat informatif.

12 May
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

14 May



search

New Post