Trianto Ibnu Badar at-Taubany

BAGAIMANA MENULIS ITU? Menulis merupakan pekerjaan yang begitu berat, bahkan dapat membuat orang stress, frustasi, dan kolaps. Bagaimana tidak banyak d...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENGENAL PERJALANAN KEHIDUPAN MANUSIA DALAM TEMBANG MACAPAT (Bagian 2)
Asiknya para remaja dan anak-anak melantunkan langgam Tembang Macapat

MENGENAL PERJALANAN KEHIDUPAN MANUSIA DALAM TEMBANG MACAPAT (Bagian 2)

Kita lanjutkan kembali Mengenal Perjalanan Kehidupan Manusia dalam Tembang Macapat pada Bagian 2 berikut:

Gambuh

Istilah gambuh berarti tahu, terbiasa, atau tetumbuhan. Tembang Gambuh memiliki watak ragu-ragu, tak bereputasi jelas, samar-samar, dan perilaku tak jelas.

Gambuh juga memiliki arti cocok atau jodoh. Karena kecocokan itulah dua insan laki-laki dan Perempuan akan mengarungi hidup seiring sejalan.

Tembang Gambuh ini menceritakan seseorang yang telah bertemu pasangan hidupnya, menjalin ikatan pernikahan. Tembang gambuh juga menggambarkan keselarasan dan sikap bijaksana.

Jadi gambuh memberikan makna masa berjodoh, dan berkeluarga yaitu, jumbuh-nya laki-laki dan Perempuan. Awal kata gambuh adalah jumbuh atau bersatu. Jadi pola metrum ini menceritakan soal komitmen dalam perkawinan untuk menyatukan cinta dalam satu biduk rumah tangga.

Dhandhanggula

Dhandang-Gula memiliki arti menantikan kebaikan atau menunggu kebaikan. Tembang ini bertemakana suasana tentang kehormatan, kebesaran suatu hal, sifat-sifat utama atau nasehat baik.

Kata Dhandhanggula berasal dari kata ‘dhangdhang' yang berarti berharap atau mengharapkan. Ada pula yang mengatakan berasal dari kata gegadhangan yang berarti cita-cita, angan-angan, atau harapan. Adapun kata gula menggambarkan rasa manis, indah, atau bahagia.

Dengan demikian, tembang macapat dhandhanggula memiliki makna ‘berharap sesuatu yang manis’ atau ‘mengharapkan yang indah’. Angan-angan yang indah biasanya dapat dicapai setelah melalui perjuangan dan pengorbanan.

Tembang Dhandhanggula menceritakan tentang bagimana biduk keluarga yang mengenyam manis pahitnya kehidupan dalam suatu bahtera keluarga atau kehidupan rumahtangga. Jika mendapat jodoh yang shaleh atau sholehah sehingga kehidupan kelurga begitu indah dan manis itu berarti ibarat mendapatkan gula. Dan jika sebaliknya berarti mendapat dhandhang yang berwarna hitam.

Gambaran pola metrum ini, yakni kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial serta kesejahteraan, cukup sandang, papan, dan pangan.

Durma

Durma berasal dari bahasa Jawa Klasik yang artinya harimau. Tembang Durma bertemakan suasana seram, menakutkan, mencekam, horor, atau miris.

Tembang macapat Durma biasanya digunakan untuk menggambarkan sifat-sifat amarah, berontak, dan nafsu untuk berperang atau berontak terhadap realitas kehidupan.

Tembang ini menunjukkan watak manusia yang sombong, angkuh, serakah, suka mengumbar hawa nafsu, mudah emosi, dan berbuat semena-mena terhadap sesamanya. Dalam kondisi seperti itu orang tidak lagi memiliki etika atau tata krama. Dalam istilah Jawa keadaan semacam itu disebut dengan munduring tata krama (durma), berkurangnya atau hilangnya tata krama.

Dengan tembang Durma tersebut mengingatkan kepada manusia, agar menjauhkan sifat-sifat yang kurang baik tersebut untuk selanjutnya sudah waktunya berdharmabhakti untuk berbuah menjadi manusia yang bermanfaat (khoirunnas anfa'uhum linnas) dengan banyak berderma, bersosial, beramal, dan sebagaimanaya.

Durma juga berasal dari kata darma. Pola metrum ini menggambarkan bahwa seseorang sedianya harus melakukan sedekah dan berbagi kepada sesama.

Pangkur

Pangkur berarti ekor yang kemudian diberi isyarat tut pungkur yang artinya mengekor. Tembang pangkur biasanya dibawakan dalam suasana seseorang ingin memberikan nasehat kehidupan kepada orang lain supaya bisa menempuh hidup baik dan bermanfaat.

Pangkur bisa disamakan dengan kata mungkur yang artinya undur diri. Tembang Pangkur menggambarkan manusia yang sudah tua dan sudah mulai banyak kemunduran dalam fisiknya. Badannya mulai lemah dan tidak sekuat pada saat usia muda. Biasanya pada masa ini orang akan lebih mendekatkan diri kepada Yang Mahakuasa.

Pangkur juga menggambarkan waktunya mungkur dari hiruk pikuk dunia. Kehidupan mulai kembali seperti bayi (bayi tua), semua kenikmatan sudah dikurangi. Oleh sebab itu sudah waktunya mulai banyak-banyak beribadah. Pola metrum ini menggambarkan hawa nafsu manusia. Pangkur atau mungkur memiliki arti menyingkirkan hawa nafsu dan angkara murka, serta nafsu negatif yang menggerogoti jiwa.

Megatruh

Megat-Ruh memiliki arti putus, tamat, pisah atau cerai. Tembang Megat-Ruh menggambarkan suasana sendu, sedih, kesendirian atau perpisahan.

Kata Megatruh berasal dari kata megat yang artinya pisah, dan ruh ialah nyawa, sehingga megatruh dapat diartikan berpisahnya ruh dari tubuh manusia. Terlepasnya ruh atau nyawa menuju keabadian. Pola metrum ini mengisahkan tentang kematian manusia.

Jadi makna yang terkandung dalam tembang megatruh adalah saat manusia mengalami kematian.

Tembang megatruh berisi nasehat agar setiap orang mempersiapkan diri menuju alam baka yang kekal dan abadi.

Pucung

Pucung memiliki arti kuncup dedaunan, pucuk daun yang masih sangat muda. Tembang pucung biasa digunakan untuk menggambarkan suasana santai, cerita yang lucu, atau penuh jenaka.

Tembang macapat Pucung diibaratkan tahapan terakhir dalam kehidupan manusia, yaitu berada di alam baka. Kata pucung atau pocong ditafsirkan sebagai orang meninggal yang sudah berada di alam kubur.

Pada saat itu manusia kembali pada Sang Pencipta untuk mempertanggungjawabkan semua amal perbuatannya saat berada di dunia.

Ada pula yang berpendapat pucung berasal dari kudhuping gegodhongan yang artinya kuncupnya dedaunan yang biasanya tampak segar.

Jadi tembang Pucung memberikan gambaran manusia masuk dalam liang lahat dengan cukup membwa kain kafan yang dipocong (pucung). Pucung berarti pocong atau jasad manusia yang dibungkus kain mori putih. Pola metrum ini menceritakan tubuh manusia yang hanya menyisakan jasad yang dibungkus kain kafan saat dikuburkan di tempat peristirahatan abadi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren menewen ulasannya Mas senior. Sukses selalu

17 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya bunda

17 Apr

Keren, perlu belajar mendalam untuk tulisan ini.

17 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya bunda

17 Apr

Bermanfaat.. baru tahu ini pak keren...

17 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya bunda

17 Apr

Mantap tembang macapatnya Pak Tri, sukses selalu.

17 Apr
Balas

Terimakasih apresiasinya bunda

17 Apr

Terimakasih admin

17 Apr
Balas

Keren banget, sukses selalu untuk Bapak

17 Apr
Balas

Ulasan yang keren Pak Tri

17 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya bunda

17 Apr

Sllu keren

17 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya bunda

17 Apr

Terima kasih ulasannya, Bapak. Jadi tahu macem tembang. Salam bahagia.

17 Apr
Balas

Iuar biasa ulasannya. Saya tercerahkan. Terima kasih, Pak Ibnu

17 Apr
Balas

Terimakasih apresiasinya sahabatku pak Sultan

17 Apr

Keren ulasannya.

17 Apr
Balas

Jadi ingat bapak saya dulu, waktu kecil sering dengar bapak nembang mocopat. Terimakasih Pak telah mengingatkan pada Alm Bapak saya

17 Apr
Balas



search

New Post