Mengenal Sata Kurawa, 100 Bersaudara
BOGADENTA
******
BOGADENTA atau BOGADATTA atau BHAGADATTA. Ia adalah putra Prabu Drestarasta, raja negara Astina dengan permaisuri Dewi Gandari, putri Prabu Gandara dari negara Gandaradesa. Bogadenta terjadi dari tali pusar Duryudana atau Suyudana sulung Kurawa yang hilang saat lahir. Tali pusar itu ditemukan oleh Resi Rasakumala di Padepokan Colomadu yang baru kesepian setelah ditinggal mati istrinya. Oleh Resi Rasakumala, tali pusar itu dicipta menjadi bayi yang diberi nama Raden TRIGATRA.
Bogadenta adalah salah satu Sata Kurawa yang terkemuka dan sangat sakti. Ia pandai bermain gada. Selain sakti, Bogadenta juga memiliki kendaraan gajah bernama Murdiningkung dengan srati (pawang) seorang prajurit wanita bernama Murdiningsih
Bogadenta memperoleh kesaktian dari Resi Rasakumala, sampai kemudian ia memutuskan untuk meninggalkan Padepokan Colomadu. Saat sampai di Astinapura, seekor Gajah mengamuk dan mengejar seorang putri. Ia berhasil menolong putri tersebut dan menundukkan sang gajah dengan meloncat ke atas leher, menunggangi dan menekan kepala sang Gajah hingga tak berdaya. Gajah itu kemudian menjadi kendaraan Bogadenta dan diberi nama Murdaningkung, sedang sang putri yang bernama Murdaningsih menjadi srati atau pawang.
Diceritakan, pada saat Pandawa dan Kurawa melakukan timbangan (Pandawa Traju), yaitu Sakuni mengadu remaja-remaja Kurawa dan Pandawa untuk ditimbang, pihak yang menang akan mendapat hadiah. Mengetahui kalah jumlahnya, Pandawa kemudian mengajukan syarat agar Kurawa dulu yang naik ke timbangan. Setelah Kurawa naik, Pandawa satu persatu menaiki timbangan. Bima (Bratasena) yang mendapat giliran terakhir kemudian dengan sekuat tenaga meloncat ke timbangan. Akibatnya Bogadenta dan beberapa saudaranya antara lain Wresaya (Dredasetra), Widandini, Naranurwenda (Anuwenda), Gardapati, Gardapura, Kertipeya (Kundasayin), Wikathaboma, Bomawikatha, Kartamarma, Jaya Permeya, Swikandini, Swikerna, dan lainnya terpental hingga ke negara seberang.
Saat hidup di negara seberang, Bogadenta dengan kesaktian mampu menaklukkan negara Turilaya, negara seberang tersebut kemudian dikuasai dan menjadikan dirinya raja dengan memperistri Dewi Murdiningrum.
Pada saat perang Bharatayudha, Bogadenta ditunjuk sebagai senopati (panglima) perang kerajaan Astinapura. Ia menjadi panglima perang Kurawa yang berani. Bersama pasukan dari kerajaan Turilaya, Bogadenta mampu mengobrak-abrik pertahanan Pandawa. Bogadenta bersama gajah Murdaningkung, dan srati Dewi Murdaningsih menjadi pasangan yang menakutkan lawan dan tak terkalahkan. Bila salah satu di antara mereka mati, dan salah satu di antara mereka hidup, maka yang mati akan hidup kembali.
Uniknya, kesaktian mereka terletak pada tetesan air mata. Bila salah satu di antara mereka mati, maka tetesan air mata dari yang lain akan membuat yang mati hidup kembali. Sebuah kesaktian yang tercipta dari kesatuan raga, rasa, dan cinta.
Pada peristiwa ini Arjuna hampir terjebak rayuan Murdaningsih, namun bisa disadarkan Kresna. Arjuna kemudian berhasil menewaskan Murdaningsih, Gajah Murdaningkung, serta Prabu Bogandenta satu persatu, namun jika di antara ketiga ini hidup maka bisa menghidupkan yang lain. Akhirnya dengan saran Kresna, cara menyingkirkan ketiganya adalah dipanah dengan ujung Trisula sekaligus bersamaan, dan siasat ini berhasil menewaskan Raja, Gajah dan Sratinya itu.
****

Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Terimakasih admin
Wauw...kesaktian yg hebat.
Hehehe .... nggih Bunda. Luar biasa
Kisah yang menarik untuk dicerna. Bangga sekali pak Trianto. Mantap
Terima kasih atas apresiasinya pak Lukman
Suka kisahnya, Pak. Namanya kok bagus-bagus, yaaa... Terima kasih, Pak. salam sukses.
Iya bun. Terimakasih atas apresiasinya
LUar biasa
Terimakasih apresiasinya pak Sultan
Satu sisi cerita pewayangan yang melegenda, dengan artikel Gus Tri sedikit demi sedikit mulai mempelajari pewayangan, Apresiasi yang luar biasa untuk Gus Tri, Tetap semangat menulis artikel pewayangan!
Terimakasih banyak atas apresiasinya Gus Tito yang memiliki wawasan yang sangat luas. Luar biasa
Penuh filosofis
Terimakasih Pak Sandi atas apresiasinya