Terjerat Cinta di Menara One
TERJERAT CINTA DI MENARA ONE
************
Menara One demikian rencana tempat kegiatan berlangsung. Dan benar semua telah disepakati. Hari ini kegiatan gelar Literasi untuk Negeri diselenggarakan. Kegiatan diikuti oleh berbagai institusi, khususnya institusi yang menyelenggarakan pendidikan mulai dari jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK dan juga perguruan tinggi.
Tidak tanggung-tanggung selaku narasumber didatangkan narasumber nasional di bidang literasi, dan praktisi Pendidikan. Kebetulan juga aku juga didapuk sebagai salah narasumber khusus terkait dengan penulisan buku. Kebetulan juga hingga saat ini sudah ada 250 buku aku yang terpublish. Dari 250 buku tersebut sekitar 200 buku merupakan terbitan dari penerbit mayor dengan model royalty. Dan lumayan juga hasil royalty telah terwujud dalam bentyk rumah idaman. Meski kecil tapi nyaman, selian juga sudah milik sendiri dan tidak kontraktor. Sedangkan 50 buku lainnya merupakan buku-buku monologi maupun antologi (jamaah) yang diterbitkan pada penerbit indie dalam rangka memandu dan mendampingi temen-temen yang menginginkan bukunya terbit.
Dari 250 buku terpublikasi aku tidak memfokuskan pada satu genre tetapi multi genre mulai buku pendidikan dan pembelajaran, buku sains, buku keislaman, buku seni-budaya, termasuk buku-buku satra seperti antologi cerpen, novel, dan antologi puisi. Juga beberapa buku humor dan anekdot, buku pewayangan, serta kamus, dan juga ada kumpulan geguritan dalam Bahasa Jawa.
Selain menulis buku, aku juga aktif menulis artikel ilmiah dakam beberapa majalah ilmiah, dan jurnal selain juga opini di beberapa media masa baik konvensional maupun digital.
Mungkin dari CV-ku yang ada daan terlampir dalam buku-bulu yang aku tulis itulah pihak panitia mengundang diriku menjadi salah satu narasumber kegiatan Gelar Literasi untuk Negeri. Meski sebenarya terkait dengan kegiatan-kegiatan pengembangan literasi bukanlah hal baru bagi diriku. Tercatat sejak tahun 2005 aku sudah biasa membimbing para guru dalam penyusunan karya tulis baik fiksi maupun non fiksi. Bahkan di era Kurikulum 2013 aku “dikontrak” Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan RI untuk mendampingi Politeknik Kesehatan (Poltekes) se-Indonesia untuk mendesains Kurikulum Poltekes selama 6 bulan. Hal yang sama di Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional RI aku juga “dikontrak” untuk mendesains dan menyusun buku tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Kepala Sekolah mulai jenjang SD/I, SMP/MTs, dan SMA/MA selama 2 tahun mulai 2012 sampai 2013. Sementara khusus Kurikulum 2013 aku juga menjadi salah satu Fasilitator Nasional pada Kementerian Agama RI. Jadi cukuplah, jika dikaitkan dengan dunia tinta dan kertas.
Pernasalahan bukan di situ. Saat menjadi salah satu narasumber tersebut terdapat peserta yang sangat luar biasa. Bagi aku, si dia tidak ‘maqom’nya sebagai peserta tetapi lebih pantas menjadi pendamping diriku sebagai narasumber. Bagaimana tidak semua materi yang tersampiakan oleh para narasumber seolah-olah dia sudah paham dari hulu hingga hilir. Bahkan salah satu narasumber sempat kewalahan ketika melakukan diskusi pada sesi Focus Group Discussion (FGD). Untungnya aku segera menengahi terkait dengan konsep-konsep yang disampaikan. Sejak saat itu rupanya si dia tertarik untuk berdiskusi intens dengan aku di luar forum.
Prameswari begitu nama yang disebut saat berkenalan. Seorang gadis kecil, lincah, dan menggemaskan. Meski terkadang sedikit manja tentunya. Hal demikian semakin menambah menarik. Selain memang dia memiliki talen dan tingkat wawasan yang luar biasa selaku seorang peserta. Dalam setiap diskusi Prameswari selalu mampu memberikan jalan tengah dan solusi kreatif bagi secara teoritik maupun praksis. Inilah yang elok, Prameswari mampu mengombinasikan ranah teori yang ia baca dengan praksis sebagai wujud implementasi di lapangan dalam hal ini sekolah tentunya.
Bimbingan teknis selama 5 hari cukup memberikan arti tersendiri pada sosok Indraswari. Senyum, gaya merayu, merajuk, dan gesitnya selalu membayangi angan-anganku saat kembali ke rumah kosanku. Ntah mengapa. Setiap aku baca buku-buku wajahnya selalu menggoda. Hmmm ….
“Mas, ada bingkisan untukmu” Tejo teman satu kosanku, tiba-tiba membawakan satu bingkisan yang ditujuan kepada diriku.
Dalam bingkisan tersebut tertulis kepada Bapak Dimas dengan Alamat bla…bla…bla. Dan itu adalah namaku lengkap dengan alamat kos-kosan diriku. Tetapi dalam bingkisan itu tidak disebut berasal dari mana. Han ya tertulis from Some One. Ini tentunya semakin menambah rasa penasaran diriku tentunya.
Pelan-pelan aku buka bingkisan seukuran kotak Sepatu. Dan benar memang dalam bingkisan itu adalah sepasang Sepatu yang trendy. Saat ini, sementara di bagian lipatan di antara sisi kanan-kiri sepucuk ada sepucuk surat. “Ah kuno … ada surat-suratan aja. Kan bisa WA apa Calling”. Pikirku. Tapi hal ini pula yang menbuatku semakin penasaran.
Aku segera membuka surat merah muda yang memang tidak ada nama di sampulkan. Perlahan-lahan aku baca sepucuk surat tersebut.
Mas Dimas Sangra, Ytc.
Mengenalmu tidak membuat jemu. Malah sebaliknya. Terimakasih atas semua bimbingannya saat kegiatan di Menara One. Semoga “Sepasang Sepatu” ini menjadi langkah berimbang, berjalan bersama menapakki hari-hari semakin indah.
Prameswari.
Surat pendek tetapi kaya makna. Ada dua hal yang membuatku bertanya-tanya. Pertama, Prameswari cukup memang saat itu aku memakai sepatu gaya jadul yang memamg sudah tidak masanya lagi. Sehingga mungkin jika ada yang memperhatikan, mungkin akan tersenyum. Kedua, ada harapan besar dari Prameswari dari kalimatnya yang mendalam.
Dan hari-hari memang, bayangan Prameswari selalu terkenang. Puisi-puisi indah pun tercipta untuk dirinya. Ntah sudah berapa buah aku pun lupa. Rupanya aku memang telah terjerat kisah kasih di Menara One ….
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Mas senior. Ini pasti kisah nyata,, hehe. Sukses selalu
Hahaha ... La wong dongeng saja Pak Burhani
Ini true story?
Dongeng Bunda .... hehehe
Keren pak,...
Terima kasih atas apresiasinya bunda
Keren banget. Sukses selalu untuk Bapak
Terima kasih atas apresiasinya opa Sunin
Ciiieee....lagi jatuh cinta
Hehehe .... melayang bunda dlm cerita bun
Cieeee....
Hehehe... melo bunda ya
Luar biasa, kisah yang penuh kesan
Terimakaksih apresiasinya pak Rochadi
Mengenalmu tidak membuat jemu.... Keren Pak.
Hehehe ... ia Bunda
Wow saya sangat terpukau dan kagum sekali Pak dengan kisah dan pengalaman masa lalu nya yang penuh prestasi. Luar biasa pak. Trianto.
Hahaha... cerita pak Lukman
So sweet.... Prameswari atau Indraswari yaa.... Hehe... Salam bahagia, Pak.
Hayo mana Bun ya? Hehehe
Cerpen yang indah Pak
Terimakasih apresiasinya pak Sultan
Keren kasi
Terima kasih atas apresiasinya bunda
Eleh-eleh mantap abis ceritanya, saya Sampek tersenyum dan tegang, ada cerita santainya, tegangnya, dan penasarannya, pokonya T.O.P B.G.T dah Gus...
Tersenyumnya, tegangnya dan penasarannys dk mana Gus? Hehehe
Tersenyum bisa menghasilkan 250 buku, Prameswari gadis kecil yang cerdas bertanya namun ia mampu memberikan wawasan yang lebih luas dari Nara sumber, jika saya menjadi narasumbernya pasti saya tegang, penasarannya bagaimana bisa menciptakan berbagai macam genre buku sebanyak 250 buku?
Pertama, Insyaallah semua bisa melakukan Gus, termasuk Gus Tito sendiri. Dengan sehari minimal 1 karya maka dlm 1 bulan ada 30 karya, 1 tahun ada 30 karya x 12 =360 karya cukup 1 tahun 1 buku, Bisa juga 2 buku. Jika 1 hari 2 karya maka 1 tahun ada 2 sampai 4 buku. Semua bisa dikalkulasi Gus. Belum jika kita sistem jamaah, nulis bersama2 temen sudah berapa dalam 1 tahun. Kedua, menhadapi peserta yang cerdas nggak usah tegang Gus. Ntar tegangnya di rumah saja .... hahaha. Ketiga, Contoh Gus Tito sendiri tulisannya kan ada puisi, cerpen, artikel, repostrasi, dan/atau kuliner/wisata itu saja sudah ada berapa genre. Belum jika nulis tentang pendidikan, seni, budaya, pembelajaran, dan lainnya ... wah-wah sudah berapa jenis/genre tulisan itu. Baik yang fiksi maupun non fiksi. Gus Tito memang luar biasa dech.
Pertama, Insyaallah semua bisa melakukan Gus, termasuk Gus Tito sendiri. Dengan sehari minimal 1 karya maka dlm 1 bulan ada 30 karya, 1 tahun ada 30 karya x 12 =360 karya cukup 1 tahun 1 buku, Bisa juga 2 buku. Jika 1 hari 2 karya maka 1 tahun ada 2 sampai 4 buku. Semua bisa dikalkulasi Gus. Belum jika kita sistem jamaah, nulis bersama2 temen sudah berapa dalam 1 tahun. Kedua, menhadapi peserta yang cerdas nggak usah tegang Gus. Ntar tegangnya di rumah saja .... hahaha. Ketiga, Contoh Gus Tito sendiri tulisannya kan ada puisi, cerpen, artikel, repostrasi, dan/atau kuliner/wisata itu saja sudah ada berapa genre. Belum jika nulis tentang pendidikan, seni, budaya, pembelajaran, dan lainnya ... wah-wah sudah berapa jenis/genre tulisan itu. Baik yang fiksi maupun non fiksi. Gus Tito memang luar biasa dech.
Keren menewen
Terima kasih atas apresiasinya bunda
Manten...mantap tenan
Terima kasih atas apresiasinya pak Ssndi