Jurang pemisah (T-63)

~

Dalam sebuah kehidupan tak lengkap rasanya kita saling bercengkraman satu sama lain. Apa lagi memiliki saudara jauh, sehingga membuat kita terhadap tetangga seperti saudara sendiri. Bu Warsih merupakan tetangga dekat bu Ajeng, kemana-kemana selalu bersama. Bu Ajeng merupakan perempuan cantik dan modis yang baru saja menyelesaikan kuliahnya.

Meskipun bu Ajeng sudah mempuanyai anak, tetapi penampilannya begitu melebihi perempuan yang masih gadis. Bu Warsih lebih tua dari Bu Ajeng, tetapi bu Warsih mengikuti gaya dari bu Ajeng. Suami mereka tidak ada yang pernah komplen dengan penampilan para istrinya. Begitupun orang tua mereka tidak pernah ikut campur urusan mereka.

Padahal para tetangga lainnya sudah mengingatkan dalam berpenampilan tidaklah terlalu berlebihan. Karena sesama tetangga saling mengingatkan dalam hal kebaikan. Bu Warsih yang lebih berada dari bu Ajeng, jadi bu Ajeng memanfaatkan kekayaan bu Warsih. Bertahun-tahun terus seperti itu, sampailah bu Ajeng membeli mobil dan mulai meninggalkan bu Warsih.

Karena merasa bu Warsih ini hanya dimanfaatkan selama ini. Bu Warsih menagih hutang-hutang bu Ajeng yang selama ini ia pinjam. Dengan seribu alasan bu Ajeng tidak ada niat untuk membayar hutangnnya. Bu Warsih marah dan tidak mau menegur bu Ajeng, sampai akhirnya rumah bu Warsih dipagar dan tertutup rapat.

Sehingga bu Warsih tidak ingin mendengar apapun dan bertetangga dengan bu Ajeng. Karena hutang memisahkan persaudaraan, tetangga dan lainnya. Tetap hidup sederhana dan memiliki aturan dalam kehidupan. Manusia tidak muda terus pasti akan tua dan akan merasakan bagaimana nikmatnya kehidupan di masa tuannya.

~

Kotabumi, 26 Agustus 2020

Tri Ary Darwati