#tantanganmenulis115

Sebab Kekalahan Perang Dunia

"Terus apa sebabnya, bu?" Saya menelisik sambil menunggu pesanan kopi saya datang. "Setelah menelan kekalahan pahit pada perang dunia kedua, negara ini hancur. Kacau balau. Menjadi miskin. Mereka harus bekerja keras mengatasi keadaan. Semangat mereka terus saja membara. Membangun lagi negara dari titik nol."

Kaca jendela kedai kopi ini berembun. Gerimis tidak mau reda dari tadi siang. Titik-titiknya tempias di jendela. Aku kurang jelas melihat lalu lalang orang di jalan. "Saat itu, mereka memaksa diri sendiri mengerjakan segala hal. Tidak ada biaya yang dimiliki untuk membayar pekerja. Membersihkan halaman dari rerumputan seperti diajarkan di SD yang bulan lalu sensei kunjungi itu. Mengelap westafel. Bahkan membersihkan lubang toilet dilakukan sendiri."

Aroma kopi pesanan saya akhirnya datang juga. Menyeruak memenuhi indera penciuman saya. Wanginya membuat harum ruangan kedai mungil ini. "Setelah melewati masa-masa sulit. Mereka akhirnya bisa bangkit kembali. Menjadi negara yang disegani lagi. Kebiasaan masa lalu itu mereka anggap sebagai budaya yang baik. Makanya diteruskan. Diajarkan juga kepada anak-anak di sekolah. Kemandirian. Kemandirian yang membawa pada kemajuan." Aku menyeruput kopi hitamku.

Tokyo/25 September 2020