Bagaimana bisa terjadi seperti ini? Gawat. Dua hiasan pemanis kue tart itu lepas dari tempatnya. dari kejauhan kulihat Bimo asyik menjilati sesuatu. Seperti sebuah permen lolipop. Di seberang sana kulihat penjaga toko sedang mengamati satu persatu gerak-gerik pengunjung toko. Mataku tertuju pada kamera CCTV yang terpasang di setiap sudut ruangan. Komplit sudah. Tak bisa mengelak apapun.

Aku coba mendekati Bimo yang sedang asyik dengan hiasan manis itu. Astaga benar saja itu hiasan kue tart yang hilang tadi. Artinya aku harus membeli kue tart yang besar itu. Harganya begitu mahal. tertulis angka Rp. 250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Kueja berulang-ulang. Aku tidak punya uang sebanyak itu. Bunda bagaimana ini, apa yang harus aku lakukan. Adikku telah membuat kesalahan. Kali ini aku juga tidak membawa handphone. Tanganku gemetaran kuberanikan diri mendekati petugas kasir. sambil memegang tangan Bimo yang masih menyisakan hiasan manis itu.

Kusampaikan apa adanya,memohon maaf sambil berlinang air mata. Ini bukan strategi untuk mengiba meminta belas kasihan. Tapi aku tidak tahu harus membayarnya dengan apa. Karena tadi hanya disuruh bunda untuk membeli roti tawar. Petugas kasir itu terlihat marah sekali. Karena kue tartnya sudah rusak oleh tangan adikku. Merusak artinya sama saja dengan membeli. Kucoba memohon agar kesalahan adikku dimaafkan. Tidak mungkin aku pulang minta uang pada bunda. Itu sangat mahal sekali. Tiba-tiba tanganku dipegang oleh seorang ibu muda yang cantik. Ia mengulurkan beberapa lembar uang seratus ribuan kepada petugas kasir toko. Sekejap itu juga darahku seakan mengalir dengan lancar setelah beberapa saat sempat terhenti oleh ketakutanku. Ya Tuhan engkau telah mengabulkan doaku. Masih ada orang yang berhati malaikat mau menolong kami. Terima kasih Tuhan. Terima kasih ibu peri cantik yang baik hati.