Tri Eni Widyastuti

Saya Guru Biologi yang sok iseng nulis Entah itu masuk kategori tulisan apa , yang penting nulis . Saya nulis juga bukan karena tuntutan angka kred...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak Perempuan Itu , Sepatu dan 'Sega Penggel'.

Anak Perempuan Itu , Sepatu dan 'Sega Penggel'.

Hitam , kulit mbesisik atau busik , kurus , mata belok , rambut kusam tipis. Ibunya janda , katanya ayahnya meninggal saat usia anak perempuan itu belum genap 3 tahun. Bisa dikata anak itu tidak mengenal ayahnya .Tidak ada ingatan sama sekali tentang ayahnya , ayahnya dulu kerja di luar kota dan meninggal di kota tersebut.

Dia , ibu dan adiknya tinggal tepatnya numpang tinggal di paviliun rumah saudara ibunya , anak perempuan itu biasa memanggilnya budhe. Budhenya orang terpandang . Suaminya tentara , kalau tidak salah pangkatnya mayor kolonel, atau entah apalah. Apakah keluarga budhenya orang baik ? Harusnya iya , karena kalau tidak baik bagaimana mereka membolehkan keluarga anak perempuan itu untuk numpang tinggal di paviliunnya.

Keluarga budhenya sering tamasya dengan jeep dinas tentara. Dia selalu memandang kagum saat melihat anak-anak budhenya. Semua cantik , pakaiannya bagus-bagus , dandanan mereka terlihat begitu mewah dimatanya.

Anak perempuan itu ingat , suatu hari dia pernah mengucap :"Wah sepatunya baru ya mbak". Ucapan itu ditujukan pada anak petempuan budhenya yang baru saja dibelikan sepatu baru.Dan dia masih ingat betul gara-gara ucapannya , dia didudukkan oleh pakdhenya yang tentara itu dan dimarahi habis-habisan. Mungkin ada satu jam dia duduk ketakutan dihadapan pakdhenya yang tidak berhenti memarahinya. Dia bingung dan takut kenapa kata-katanya tentang sepatu baru membuat bapak tentara itu murka. Dia juga ingat tidak ada satupun orang termasuk ibu ataupun saudaranya yang membela dia atau paling tidak menyelamatkannya dari murka sang tentara.Anak perempuan itu masih ingat saat itu dia hanya diam tidak ada tangisan , tapi dikemudian hari dia mengatakan jika sampai sekarang setelah bertahun berlalu jika ingat semua itu batinnya menangis , malu dan terluka, sangat terluka. Saat itu anak tersebut baru berumur 8 atau 9 tahun , mungkin kelas dua sekolah dasar dan baginya sepatu baru adalah suatu kemewahan , sesuatu yang mengagumkan.

Anak perempuan itu juga ingat , dia pernah dimarahi gara-gara menyentuh mobil jeep dinas pakdhenya yang tentara itu. Baginya, dimarahi itu sudah biasa , sangat sering. Pernah hanya karena melihat , tanpa mengucap kata apapun , dia kena semprot anak laki-laki budhenya. Mungkin , ya mungkin karena matanya yang belok hingga saat melihatpun orang yang dilihat merasa tidak senang.

Suatu kali dia melihat keluarga budhenya menghentikan penjual makanan , orang menyebutnya sega penggel ( sega penggel adalah makanan khas didaerahnya ). Anak perempuan itu mengintip dari balik pintu dengan rasa ingin tahu dan rasa kepingin yang amat sangat. Mereka tahu ada anak yang mengintip dari balik pintu, tapi tidak ada satupun yang menawarkan 'sega penggel' itu padanya. Kejadian seperti ini sering terulang , karena hampir setiap minggu pagi mereka makan sega penggel yang dijajakan keliling kampung dengan pikulan. Anak perempuan itu meski sangat ingin tapi dia tidak meminta ibunya untuk membelikan. Dia sepertinya paham kalau makanan itu hanya untuk orang kaya , seperti keluarga budhe dan tetangga depan rumah yang juga kaya.

Bertahun-tahun kemudian saat anak itu sudah punya uang dan bisa dikatakan mampu membeli makanan apapun, dia akhirnya mencoba 'sega penggel' untuk pertama kalinya. Sekarang jika lebaran tiba, para pemudik selalu mencari sega penggel sebagai makanan nostalgia. Tapi bagi anak perempuan itu , sega penggel bukanlah makanan nostalgia. Bagaimana mau disebut makanan nostalgia jika dulu dia tidak pernah sanggup membelinya. Ya , dimata anak perempuan itu mereka yang mampu membeli sega penggel pastilah orang kaya.

( Bagian 1 dari seri cerita 'Anak Perempuan Itu' )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post