Tengah hari kota Cirebon seakan panas membara membakar tubuhku, sebenarnya aku malas untuk pulang kerumah biasanya aku pulang ke rumah menunggu sang Surya redup namun kenyataannya sekolah sudah tidak ada guru-guru bahkan penjaga sekolahpun sudah memberikan sinyal padaku akan siap-siap pulang karena sebentar lagi semua jalan ditutup karena akan ada acara NADRAN ( adalah upacara adat para nelayan yang bertujuan untuk mensyukuri hasil tangkapan ikan dan berdoa agar tidak ada aral melintang dalam mencari nafkah di laut, yang biasanya berupa arak-arakan ).

Dengan langkah gontai, aku ambil sepeda motorku yang butut yang selalu setia menemaniku kemanapun aku pergi. Dengan peluh yang membasahi tubuhku karena sinar matahari yang membakar bumi, andai aku bisa terbang aku tidak akan kepanasan seperti ini...aku akan menari-nari diatas langit mensyukuri nikmat sang pencipta. Pikiranku melayang-layang, andai sepanjang pinggir jalan dan di tengah jalan di tanami pohon akasia ataupun p[ohon palm mungkin cuaca tidak akan sepanas ini

Betapa terkejutnya saat aku memasuki jalan Tuparev padahal satu kilo lg jarak ke rumah aku, namun kenyataannya yang biasa aku tempuh sepuluh menit, sampai 30 menit aku masih bersibaku dengan kemacetan,ternyata aku mendengar sekilas pembicaraan dari seorang pengendara yang ada disebelahku ternyata ada wisuda di hotel Apita, pantas gumamku ( dalam hatiku apa mereka sebelumnya tidak mengantisipasi akan macet ini, saya yakin bisa kalo jauh sebelumnya sudah direncanakan dan bekerjasama dengan semua pihak tidak akan macet separah ini.

Andai aku bisa terbang, aku akan atur dan urai kendaraan ini sehingga kendaraan bisa melaju tanpa kemacetan. sayang aku tidak bisa terbang, aku hanya diam terpaku dalam teriknya panas matahari yang membara.

TRI HANDAYANI

SAGU SABU KOTA CIREBON