Jangan Pernah Memelihara Luka
Kondisi yang dialami saat kehamilan mempengaruhi, perilaku dan karakter anak. Pada kehamilan anak kedua yang aku alami, aku menyimpan kesedihan dan prihatin dengan kondisi ayahku yang menderita kista pada saluran ginjalnya. Ayahku adalah sosok yang menjadi panutanku. Kadang tidak bisa menutupi perasaan yang kualami. Hampir setiap hari menangis melihat kondisinya yang terbaring menahan rasa sakit dan tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya. Penyakit yang diderita ayahku mengharuskan aku untuk tinggal kembali di rumah orang tua. Membantu meringankan beban ibuku mengurus ayah. Kondisi itu menyebabkan aku tidak mempedulikan kehamilanku. Aku lebih memikirkan kondisi ayahku. Uang gaji yang kudapatkan, lebih baik kupakai untuk keperluan kebutuhan berobat ayahku daripada membeli vitamin atau barang-barang kebutuhan bayi. Aku lebih banyak mengalah, pengobatan ayahku lebih penting dari pada makanan dan nutrisi yang masuk untuk kebutuhan kandunganku. Resep dokter kandungan jarang aku tebus.
Seminggu sebelum kelahiran anak keduaku, ayahku meninggalkanku selamanya. Kehillangan orang tercinta membuatku stres. Hari itu aku, mengalami sakit seperti kontraksi ingin melahirkan. Ku iklaskan kepergian ayahku. Ayahku menderita penyakit bersamaan dengan waktu kehamilan anak keduaku.
Kelahiran anak kedua kusambut dengan suka cita, karena memiliki anak perempuan, anak pertamaku laki-laki. Alhamdulilah tumbuh kembang selama usia bayi semua normal. Ada pertanyaan dihati kecilku saat ku pandangi foto-foto buah hatiku, wajahnya tampak sedih,dan muram. Berbeda dengan ekspresi wajah kakaknya yang ceria. Aku mulai bertanya dalam hati apakah kesedihan yang kualami menjadi penyebabnya.
Aku bersyukur tinggal di perumahan sangat sederhana, karena kondisi ekonomi kami yang lebih baik dari tetangga-tetanggaku membuat anak-anakku tidak merasa rendah diri. Mereka bisa bergaul dengan teman sebayanya. Anakku bisa tampil menjadi pemimpin diantara teman-temannya. Saat memasuki usia sekolah taman kanak-kanak, Aku menyekolahkan di TK yang jaraknya dekat rumah. Dengan pertimbangan anakku bisa beristirahat dan banyak waktu bermain dengan teman-temannya, pada saat kutinggal bekerja, Ia ditemani oleh orang yang membantuku di rumah.
Memperhatikan perkembangannya tidak ada yang mengkhawatirkan. Anakku dapat bergaul dan aktif mengikuti kegiatan di sekolahnya. Diusia tiga tahun anakku kuketahui menderita alergi yang menyebabkan kulitnya mengalami luka ketika alerginya muncul, akibatnya menimbulkan bekas luka. Hasil pemerikasaan dokter spesialis alergi, penyebab pemicu alerginya adalah debu.
Dengan keinginan bisa memperhatikan perkembangan anak, dan memberi pendidikan yang terbaik. Aku menyekolahkan anakku di sekolah swasta dekat tempat kerjaku. Aku berusaha untuk menyediakan waktuku memperhatikan kedua anakku yang sudah belajar di sekolah dasar. Jarak rumah ke sekolah lumayan jauh, ditempuh dengan kendaraan 45 menit tanpa macet. Anak-anakku merasa senang dengan keputusan kami orang tuanya, mereka senang karena setiap hari bisa selalu bersamaku. Mereka tidak mengeluh harus bangun pagi sekali, dan menunggu waktu aku selesai bekerja.
Masalah muncul ketika anakku duduk di kelas 3 SD, anakku mulai merengek untuk pindah sekolah. Dia merasa tidak nyaman dan menganggap teman-teman di kelasnya memusuhinya. Anakku mulai sering murung, aku akui kemampuan menerima pelajaran tidak terlalu cemerlang. Untuk memperoleh nilai 8, anakku harus belajar berkali-kali lebih giat dibandingkan teman-temannya. Aku tidak boleh mengeluh dan menyalahkan guru atau teman-temanya.
Aku mulai berpikir mencari solusi masalah yang dihadapi anakku. Memperhatikan kondisi anakku yang mulai kehilangan rasa percaya diri, rasa tidak nyaman dan tidak bersemangat berangkat ke sekolah membuatku khawatir dengan perkembangannya. Aku tidak mengarahkan anakku mengikut les pelajaran untuk meningkatkan nilai mata pelajarannya.
Menumbuhkan rasa percaya diri pada anakku, dimulai dengan memberi dukungan pada anakku untuk mengikuti kegiatan ekstra kurikuler pramuka. Saat persiapan mengikuti kegiatan perkemahan Jumat Sabtu(Perjusa). Aku berusaha melatih dengan ketrampilan dirinya, melatih memasak nasi, memasak sayur bayam, dan merapikan kamarnya, melipat selimut dan menyusun sepatu pada tempatnya. Berkat kerja kerasnya, anakku menerima penghargaan juara satu lomba memasak, tenda terbersih dan peserta terrajin. Mungkin untuk sebagian orang tua, juara seperti itu bukan suatu prestasi. Bagiku yang diperoleh anakku adalah prestasi yang besar karena senyum dan rasa percaya diri yang ditimbulkan dari prestasi itulah yang aku cari. Anakku mulai mendapat kepercayaan untuk ikut dalam acara lomba dikegiatan pramuka ke jenjang yang lebih tingkatannya. Potensi ketrampilan yang dimiliki anakku mulai terasah. Aku juga mengajari dia membuat sulaman dan barang-barang kerajian lainnya. Dia mulai melupakan rengekannya untuk pindah sekolah, Prestasi yang diperoleh membuat teman-temanya mulai mendekati kembali.
Di kelas 4 anakku mulai kelihatan potensi bermusiknya. Ketika dia lolos audisi mengikuti kegiatan drum band, padahal anakku tidak mengikuti kegiatan ekskul drum band. Dia terpilih di kelasnya, guru musiknya melihat ada bakat musik yang dimiliki anakku. Potensi bermusik anakku mulai berkembang, akupun disibukan ikut mendampingi setiap penampilan anakku di berbagai acara. Semangat belajarnya terus tumbuh, nilai pelajaran yang diperoleh cukup baik, demikian juga dengan teman-temannya bertambah banyak.
Kondisi anakku mulai stabil, memasuki bangku sekolah menengah pertama(SMP). Rasa percaya dirinya mulai berkembang. Ketrampilannya memainkan berbagai alat musik, mulai terlihat. Sayangnya aku tidak mempunyai biaya mengikutkan les musik. Dia belajar autodidak, ilmunya sebatas didapat dari guru musiknya di sekolah. Diapun sering diminta tampil pada kegiatan di sekolah. Banyak temannya yang minta diajari bermain gitar. Di SMP anakku mudah bergaul dan diterima oleh teman-temannya, diapun memiliki kelompok bermain. Kondisi ekonomi kami bukan termasuk orang yang berada, tidak menjadi penghalang bagi anakku untuk tampil apa adanya. Kejujuran dan kepedulian pada teman-temannya membuat anakku banyak mempunyai sahabat.
Suatu ketika aku mengajak anakku untuk menemani aku mengikuti acara adiknya yang di SD, saat itu anakku sudah di SMA. Dia bertemu lagi dengan beberapa guru SD nya. Anakku dengan suka cita memberi penghormatan bersalaman pada mereka. Hanya satu orang gurunya yang berusaha dia hindari. Aku menyaksikannya sempat keheranan dan kaget melihat sikap anakku. Diperjalanan pulang kutanyakan peristiwa itu. “mba Mey, tadi mamah melihat kamu tidak mau bersalaman dengan bu guru, memangnya ada apa?” , tanyaku. “Itu, mah orang itu yang dulu membully aku, guru itu yang menyebabkan aku dimusuhi teman-temanku, aku bukan anak orang kaya, kulitku yang banyak luka menjadi bahan ejekan” ucap anakku. “Aku benci sama dia, makanya aku malas untuk bersalaman”, cerita anakku membuat aku tersentak. Banyak lagi cerita yang disampaikan oleh anakku. Ternyata anakku memiliki luka dihatinya karena ucapan dan sikap gurunya.
Kenapa aku baru mengetahui setelah sekian tahun berlalu, dulu memang aku tidak mencari tahu penyebabnya, karena aku tidak ingin menyalahkan orang lain. Akupun menasehati anakku untuk tidak menaruh dendam. Bersyukur untuk selalu berpikir positif menghadapi masalah. Dan menjadi bahan pelajaran untukku, luka hati karena ucapan dan perbuatan yang kita lakukan pada orang lain, akan lama sembuhnya. Orang yang kita lukai hatinya akan terus mengingatnya, sampai orang tersebut iklas memaafkan. Aku terus berusaha jangan pernah anakku memelihara luka hatinya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Luka di tubuh boleh diobati, luka di hati siapa yang tahu, salam kenal