SECAWAN ANGGUR BUAT NADIEM MAKARIM
SECAWAN ANGGUR BUAT NADIEM MAKARIM
OLEH : TRI HANIFAH
Akhir-akhir ini hingar bingar pemberitaan tentang berbagai nama menteri baru ramai dibincangkan. Pengguna media sosial (netizen) banyak memperbincangkan susunan Kabinet Indonesia Maju jilid dua. Sejak diumumkan oleh Presiden Joko Widodo, yang kemudian dilantik pada tanggal 23 Oktober 2019, telah menjawab teka-teki siapa menduduki pos apa.
Salah satu bidang menarik untuk dicermati dan didiskusikan lebih lanjut adalah pendidikan. Nama Nadiem Makarim, menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia pun langsung “menasional”. Muncul harapan-harapan baru, bahwa seorang menteri dikatakan kompeten apabila mampu memetakan permasalahan dalam dunia pendidikan dengan cepat dan akurat, jeli mencari jalan keluar dalam mengatasi persoalan-persoalan pendidikan.
Memiliki nama lengkap Nadiem Anwar Makarim. Pendiri perusahaan Gojek ini tergolong masih sangat muda. Lahir pada Tanggal 4 Juli 1984 di Singapura. Pengusaha muda dengan gelar Master of Business Administration di Harvard Business School. Pada umur 34 tahun, gelar seorang menteri pendidikan dan kebudayaan telah disandangnya. Dan ini menjadi lompatan kemajuan bagi histori di Indonesia, bahwa yang muda berkarya, dan memimpin.
Sebagai pengusaha muda dibidang layanan jasa online, menunjukkan bahwa Nadiem memiliki kelebihan di bidang intrepreneur berbasis teknologi. Sosok yang diakui sukses dalam menguasai bidang IPTEk di era milenial. Hal ini, diharapkan, lebih mampu menjawab berbagai tantangan dan persoalan serta kebutuhan bagi generasi era revolusi industri 4.0, dengan mensinergikan dalam bidang pendidikan.
Di era Jokowi – Maruf, para pendidik menaruh harapan yang besar dalam dunia pendidikan. Agar dunia pendidikan lebih terformulasikan dalam sebuah rekonseptualisasi yang lebih terintegrasi, sistematis, serta efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan pendidikan bangsa. Beberapa hal berikut merupakan secawan anggur, sumbangsih pemikiran penulis buat Bapak Menteri Nadiem Makarim, dalam mencari identitas pendidikan. Dirangkum dalam tiga konsep yang saling menghubungkan dan menyulam ragam, yaitu : Pertama, spiritualisasi sekolah dan modernisasi madrasah. Kedua, melejitkan pendidikan berbasis ilmu teknologi. Ketiga, komitmen membudayakan literasi untuk menciptakan generasi literat.
Spiritualisasi Sekolah dan Modernisasi Madrasah
Penataan ulang tentang sekolah dan madrasah hendaknya kembali disusun. Keduanya (sekolah dan madrasah) merupakan wadah dan pondasi dalam membentuk karakter generasi bangsa, untuk mempersiapkan generasi calon pemimpin dimasa yang akan datang. Spiritualisasi sekolah adalah mengedepankan nilai-nilai keagamaan di sekolah, dengan memperkuat program pembentukan karakter, akhlak mulia serta nilai-nilai keadaban. Akar-akar spiritualisasi sekolah sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 1970-an, ketika pemerintah mewajibkan setiap siswa mengikuti pendidikan agama. Kebijakan ini harus terus berlanjut, dan dipertajam secara konseptual namun terimplementasi dengan baik, sehingga merubah karakter sekolah sebagai lembaga pendidikan yang tidak murni sekuler.
Spiritualisasi sekolah memiliki tujuan untuk membentuk generasi berideologi matang. Memiliki keyakinan dan prinsip yang kuat, dengan tetap mengedepankan rasa tenggang rasa, tepa selira dan toleransi tinggi. Berperilaku santun, saling menghargai, saling menghormati, yang muda menghormati yang tua, yang tua menghormati dan mengapresiasi anak muda. Menciptakan suasana sekolah yang harmonis, komunikatif, saling menegur sapa, tidak ada bully, sehingga menimbulkan rasa nyaman, aman dan tentram.
Mengenai modernisasi madrasah, menyuplik pemikiran Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, bahwa madrasah harus berbenah membebaskan diri dari citranya sebagai lembaga pendidikan tradisional yang hanya mampu melahirkan kaum santri-sarungan yang cenderung konservatif dan hanya mahir menyitir ayat-ayat Tuhan tanpa mengetahui maknanya. Dengan porsi kurikulum yang sama persis dengan sekolah, madrasah bekerja menuju “triple action” : mengejar ketertinggalan, menyamai dan mengungguli sekolah.
Dengan demikian, harus dilakukan berbagai terobosan untuk mencapai madrasah modern, dengan melakukan “branded” madrasah-madrasah, yakni dengan peningkatan kualitas tenaga pendidik, meningkatkan mutu pembelajaran (integrasi pendidikan sains-umum dan agama), dan manajemen pengelolaan secara modern dan menjawab kebutuhan para peserta didik.
Melejitkan Pendidikan Berbasis Ilmu Teknologi
Ilmu teknologi yang makin pesat, inovasi berbasis aplikasi di berbagai bidangpun bermunculan. Kecanggihan teknologi menjadi kebutuhan generasi milenial saat ini. Kini, mereka memiliki ketergantungan terhadap gadget-nya. Mulai dari sekedar bermain game, mendesain, mengaktualisasikan diri di media sosial dan lainnya. Terobosan-terobosan teknologi ini akan sangat bermanfaat, jika dapat memudahkan dalam menfasilitasi pendidikan, yaitu dalam proses pembelajaran yang berkemajuan.
Pembelajaran berbasis teknologi, dimana siswa dapat belajar dengan memanfaatkan fitur-fitur yang dikemas berisi ilmu pendidikan, mudah diakses, menyenangkan dan tentunya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hal ini tentunya menjadikan pembelajaran lebih menarik, tidak monoton, serta memudahkan para pendidik untuk menyampaikan materi. Diharapkan akan menciptakan anak-anak yang cerdas, pintar, kreatif dan memiliki posisi sejajar atau mengimbangi pekembangan zaman dan mampu berdaya saing dengan dunia luar.
Komitmen Membudayakan Literasi Untuk Menciptakan Generasi Literat
Budaya dan pembiasaan membaca bagi siswa sudah dirintis sejak masa kemendikbud Anies Baswedan, yakni dengan terbitnya Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) juga telah dicanangkan pada masa menteri Muhajir Effendy, dengan membaca lima belas menit sebelum mata pelajaran dimulai, mengelola sudut baca, serta adanya hari kunjung perpustakaan.
Budaya literasi menjadi ciri dari setiap kemajuan peradaban. Melanjutkan dan komitmen pada program literasi ini pada level lebih tinggi, untuk mewujudkan generasi milenial yang “kecanduan” berliterasi. Menciptakan tradisi baca yang kuat dan tradisi menulis yang mengakar (baca : generasi literat) adalah dengan cara diciptakan, secara sistemik, berkelanjutan dan didukung oleh semua pihak, baik keluarga, lingkungan (publik) maupun pemerintah serta dibutuhkan terobosan inovasi yang baru, memberikan reward serta anggaran pada porsi yang lebih layak.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Aamiin. Terimakasih. Semoga bermanfaat
Keren banget ahhh
Terimakasih. Semoga bermanfaat..
masyaAllah artikel yg dapat membantu pembaca untuk mengenal siapa itu menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia. sukses terus untuk ibu Tri hanifah..
Aamiin.. terimakasih Pak. Sukses juga buat Pak Taufik
keren banget mbak hanif artikelnya
keren banget mbak hanif artikelnya
Terimakasih Bu. Semoga bermanfaat