Siang ini, disaat kawanku pulang dari rumahku, seolah aku disadarkan kembali, bahwa ibuku sudah pergi. Kawanku datang dalam rangka takziah almarhumah ibuku.

Jujur, aku masih sangat berat mengucapkan almarhumah untuk ibuku. Aku masih senang ngucapinnya, ibuku, ibuku, dan ibuku. Tanpa embel-embel almarhumah. Karena bagiku, ibuku masih ada. Walaupun hanya sebatas kenangan dan sebuah doa.

Memang, kalo berucap itu enak ya. Tanpa merasakan. Ringan aja, gitu. Misalnya saat kita nyelawat tetangga, teman, murid atau pun handai taulan. Rasanya tuh enteng banget tinggal ngomong, ikut bela sungkawa ya, diikhlaskan ya, supaya lancar jalannya almarhum atau almarhumah.

Namun, di saat aku yang ngalamin sendiri, wow itu luar biasa sulit. Begitu berat untuk diucapkan, apa lagi untuk dirasakan. Huhuhu, susaaah banget .

Aku, dan saudara ku serta bapak kami, ya suami mu ibu, ikhlas melepasmu kembali ke pangkuan Allah. Semoga lapang kuburmu dan dijauhkan dari siksa kubur. Semoga surgalah tempat mu Ibu. Aamiin.

Tapi , inilah lebaran perdana tanpa dirimu. Sakit, sesak, dan sepiii. Sepi tanpa celotehmu, sepi tanpa cerita mu, sepi tanpa nasehat mu ibu. Aku yakin, engkau dapat tempat baru yang indah ibu. Engkau orang baik, dan engkau pergi di bulan baik. Aku yakin engkau sudah tenang ibu, sudah tidak merasakan sakit lagi .

Namun kenangan ku bersamamu, tak akan bisa aku hilangkan. Engkau luar biasa ibu, tidak pernah sombong saat hidup berlebih dan tidak pula pernah mengeluh saat engkau kekurangan. Di mata kami, anak - anakmu ibu, engkau wanita yang luar biasa, sosok malaikat yang nyata. Engkau rela lapar, asal kami kenyang. Engkau rela menderita, asal kami berkecukupan. Ibuuu, maafkan aku. Banyak dosa dan khilaf ku untukmu. Selamat jalan Ibu, surgalah tempat mu kembali. Aamiin.