Tri Ismayawati

Seorang guru IPS di SMP 4 Kudus, yang mempunyai hobi membaca dan menulis. Alhamdulillah, dengan tugas tambahan sebagai Kepala Perpustakaan, melihat buku-buku ya...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kalimat Untuk Ayah
Ibu dan Sedulur Pitu

Kalimat Untuk Ayah

Untung,,, tidak hanya seorang ibu saja yang harus dihormati oleh anak-anaknya. Pertama kali adalah ibumu, kedua tetap ibumu, ketiga juga masih ibumu, baru setelah itu ayahmu.. Waktu kecil dulu, aku pernah protes dengan hal tersebut. Aku tidak terima, kasihan ayah kalau harus di urutan ke-4.. Tetapi, akhirnya aku bisa terima. Hehehe.....

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari).

Aku menghormati keduanya, karena tanpa mereka, aku tidak bisa melihat dunia ini.

***

Alhamdulillah, aku dilahirkan ditengah-tengah keluarga yang sederhana, walau tak selalu berkecukupan, tapi tidak pernah kekurangan. Aku tak mau dibilang menderita atau miskin, karena aku kaya hati. Orangtua lah yang mengajari anak-anaknya demikian. Selalu tegar menghadapi masalah hidup, jangan menyerah dan berputus asa. Hidup ini adalah perjuangan.

Tinggal serumah dengan orang tua dengan enam saudaraku adalah hal yang menyenangkan. Rumah kecil berpenghuni banyak, semakin membuat hangat suasana. Yaaa... kadang-kadang hangat, kadang-kadang kepanasan juga sihh......

Ayahku, orang yang tegar menjalani hidup. Dia pegawai rendahan, hanya lulusan SMP saat itu. Anak-anaknya berjumlah tujuh orang, yang semuanya butuh makan dan pendidikan. Harapan ayah yang ingin dicapai adalah melihat kami, buah hatinya hidup bahagia, tidak merasakan kesusahan seperti yang pernah ayah alami.

“Cukuplah hanya Ayah yang mengalami pahit getirnya hidup”, begitu katanya.

***

Filosofi ayah sebagai penyemangatnya adalah “banyak anak banyak rejeki”. Entah maksud sebenarnya bagaimana? Yang aku pahami ya... Kalau anaknya banyak maka biaya yang dibutuhkan untuk hidup dan sekolah akan semakin banyak. Berbeda dengan ayah, menurutnya banyak anak itu nantinya akan banyak rejeki yang datang dari anak-anaknya itu. “Anak membawa rejeki sendiri-sendiri”, ucapnya saat itu. Aamiiinnn. Ayah juga sering mengatakan jumlah tujuh anaknya itu dalam Bahasa Jawa, tujuh adalah “pitu”, mengandung maksud “pitulungan” atau pertolongan. Agak maksa tidak? No problem yaa.... Yaa,,, pertolongan untuk kedua orangtuanya kelak. Harapannya, semoga anak-anaknya bisa membahagiakan ayah dan ibunya.

Ayahku ini adalah pekerja yang hebat, tulang punggung keluarga, pencari nafkah yang tidak mengenal lelah. Setiap hari dilaluinya dengan penuh semangat. Tak pernah kudengar dia mengeluh kecapekan, padahal dari pagi sampai malam hari dia bekerja. Ayah, orang yang rajin dan giat bekerja.

“Nduk,, bangun, Kamu sudah kalah tuh sama ayam jago”, kata ayah sambil menepuk-nepuk pundakku. Ayah orang yang sabar dalam menghadapi polah tingkah anaknya. Aku masih malas untuk bangun tidur, mataku terasa berat dibuka.

“Masih ngantuk, Yah”, jawabku.

“Hee,,, ayo, kakak dan adik-adikmu sudah siap berangkat sekolah”, kata ayah pelan. Aku bergegas meloncat dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi.

“Yups, sudah selesai. Ayo antar aku ke sekolah, Yah”, teriakku.

“Iya, ayo.. Hati-hati. Pegangan ya”, pesan ayah.

Meskipun ayah harus bekerja, dia tetap berusaha mengantar dan menjemputku. Saudaraku yang lain bisa naik sepeda dan diantar jemput oleh becak langganan.

***

Waktu terus berjalan sampai kami beranjak menjadi dewasa. Luar biasa, pengorbanannya tidak sedikit. Semuanya diberikan untuk anak-anaknya. Ayah bilang:”Tidak penting kekayaan, yang paling berharga adalah jika anak-anaknya bisa bersekolah setinggi-tingginya dan berpendidikan”. Banyak makna dibalik ucapannya itu. Aku kasihan melihat kedua orangtuaku. Ayah dan ibuku selalu kuat di mata kami. Mereka selalu menyimpan kesedihan dan tak pernah ditunjukkan di hadapan anak-anaknya. Hari-hari kami selalu dipenuhi dengan tawa dan bahagia.

Tiba waktu yang kunantikan adalah acara wisuda kelulusanku. Aku bersyukur bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu, tidak molor dari target empat tahun. Kini saatnya aku membuktikan pada ayah dan ibuku untuk bisa menjadi orang yang bisa dibanggakan dan diandalkan. Alhamdulillah, berkat usaha keras dan doa dari orang tua akhirnya aku bisa bekerja. Ilmu yang aku peroleh bisa bermanfaat untuk orang lain. Terima kasih ayah dan ibu.....

Kuingat waktu dulu, banyak orang yang menghina dan merendahkanmu, Ayah. Mereka tidak yakin, dengan jumlah anak yang banyak, apakah Engkau mampu menghidupi kami? Mampu menyekolahkan Kami? Tapi ayah, kau tepis cacian mereka dengan usaha dan kerja kerasmu, Kau mampu buktikan, semua anak-anakmu bisa menyandang gelar sarjana. Itu karena Engkau lebih mengutamakan pendidikan dan kesehatan kami.

Terlintas dalam ingatanku, ayah selalu merebus singkong... Kau bilang itu adalah makanan kesukaanmu... Tapi kini kusadari, Engkau rela makan singkong, hanya agar kami dapat makan dengan nasi yang ditanak oleh ibu. Dulu, katamu kau lebih senang makan dengan sayur rebusan daun pepaya yang kau ambil dari kebun sendiri, karena lebih nikmat kalau dimakan dengan sambal, itu karena engkau ingin kami bisa makan dengan lauk yang layak...

***

Ayahku telah pensiun, tapi dia tidak pernah mau tinggal diam. Dia terus bekerja mengisi kekosongan waktunya. Anak-anaknya pun sudah disibukkan dengan urusan pribadi masing-masing. Ada yang sudah berkeluarga, ada yang di luar kota, bahkan jauh merantau ke luar Jawa. Ayah tetaplah ayah yang dulu, tidak pernah menuntut kami apa-apa. Melihat kami sudah mapan dan bahagia, itu merupakan kebahagiaan baginya.

“Aduuhhh... Sakit sekali kepalaku”, kata ayah lirih sambil memegangi kepala dengan keduatangannya. Aku sedih melihat ayah sakit, aku merasakan kesakitan yang dia rasakan.

“Ayah sehat ya,, Aku tidak mau ayah sakit”, pintaku.

Kuteringat saat aku sakit dulu, ayah sangat sedih. meminta ibu untuk merawatku sepenuh hati, membuat makanan kesukaanku, hingga aku mau makan.

“Bu, Tiya dimasakin cumi-cumi yang ada tinta hitamnya ya, biar mau makan banyak. Nanti kan cepat sembuh”, kata ayah pada ibu.

Betapa sangat perhatian dan sayangnya dia kepadaku.

***

Ayah, kulihat lelah tubuhmu berbalut sesak di dada. Kutahu engkau menyimpan sejuta harapan tentang impian-impianmu. Malam itu,, tatapan matamu menerawang ke depan, seakan kau tak tega meninggalkan kami. Kau pandangi aku, saudara-saudaraku, dan ibu... Senyummu mematahkan relung hatiku. Kami berdoa untuk kesembuhanmu, meminta yang terbaik dari Nya. Apapun itu, kami berusaha ikhlas menerima...

Innalillahi... Malam itu, disaat yang lain bersuka cita merayakan pergantian tahun,, aku harus berduka. Ayahku pergi untuk selama-lamanya menghadap Illahi. Ya Allah... pupus sudah harapanku untuk bisa membahagiakan Beliau....

Tuhan, begitu cepat Kau ambil ayahku. Kutahu Engkau lebih menyayangi dia”, ratapanku setelah meninggalnya ayah.

Sesak dadaku mengenang ayah. Tak ada lagi tempatku bercerita, mengeluh, berdebat, dan bercanda. Aku senang sekali menggodanya. Jika pagi hari, kubuatkan dia secangkir kopi kesukaannya, kusuguhkan padanya.. tapi sebelum diminumnya, sudah habis olehku.

“Ayah, ini kopinya,, Silahkan diminum, Yah”, kataku.

“Iya, Tiya. Sebentar...

“Lho, kok sudah habis?”, tanyanya.

“Ooohhh... Bocor, Yah”, jawabku sambil tertawa menuju ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi lagi. Huuft,, aku kangen Ayah...

***

Ayah,,, jika kerinduan ini hadir, ingin kupeluk bayanganmu, kulihat foto-foto kenangan bersamamu hingga air mata ini berlinang membasahi pipiku. Kadang aku ingin bertemu walau hanya mimpi, kadang aku ingin bercerita lewat kata-kata yang tak pernah tersampaikan.

Ayah,,, aku sangat menyayangimu.

Kepergiannya membuatku kehilangan sandaran. Aku lemah ayah,,, Aku sedih.. Jika dulu aku lemah, Ayahlah yang menguatkan aku... Andai aku boleh protes:”Ayah, Kau lupa belum mengajari aku bagaimana cara berpisah denganmu, bagaimana menghilangkan rasa sedih yang mendalam setelah kepergianmu. Aku sangat kehilanganmu, Ayah...

Pernah aku berandai-andai, tapi tidaklah.... Aku memang kecewa, tapi jangan terlalu berlebihan, toh ayahku pernah berpesan:”Semua yang hidup akan mati, tinggal menunggu waktu”. Aku tidak mau menggila. Ingin kukirimkan sms dengan nomor xxxx yang kutujukan pada ayahku di alam sana. Sungguh,,, aku sangat merindukanmu. Biarlah tulisan ini yang menjadi saksi bisu, Aku sangat mencintaimu, Ayah....

Ayahku sayang,,,

Mengagumimu itu keinginanku

Tuhan tak salah memilihmu untuk menjadi ayahku

Walau berat beban yang kau tanggung

Tak pernah kudengar keluh kesah dari bibirmu

Dari pagi, ketika matahari mulai melirikkan sinarnya

Kau sudah berkutat dengan pekerjaanmu

Ayah,, kau suami yang baik untuk ibuku

Kau ayah yang bijaksana untuk anak-anakmu

Ayah, kau semangat hidupku...

Ayahku sayang,,,

Tak pernah kulihat engkau marah

Kau selalu bisa menyembunyikan apa yang tidak engkau sukai dari kami

Mungkin itu caramu untuk tidak terlalu keras pada kami

Sikapmu tegas tapi menggunakan kelembutan

Tanganmu tak pernah kau gunakan untuk memukul kami

Tatapan matamu cukup mengingatkan kami

Untuk tidak berbuat salah

Ayahku sayang,,,,

Aku nyaman bersamamu..

Belaianmu senantiasa sejukkan jiwaku

Ucapanmu halus, teruntai kalimat penuh makna

Yang akan terus kuingat sampai akhir hayatku...

Ayahku sayang,,,,

Perjuanganmu membesarkan aku dan saudara-saudaraku

Sungguh luar biasa

Kau ajarkan kami keprihatinan

Taktahu bagaimana caramu menyampaikan

Hingga kami tak pernah memberontak

Adakah doa yang selalu kau panjatkan pada Illahi

Hingga Dia mengabulkan segala pinta dan harapanmu

Ayahku sayang,,,,

Pengorbananmu tidak sia-sia

Anak-anakmu sudah berhasil

Nasehat dan wejanganmu masih selalu teringat

Ragamu memang sudah tidak lagi bersama kami

Tapi disini,,,, di hati ini

Masih tersimpan rapi

Sosok ayah sepertimu,,,,

Ayah yang luar biasa

Ayah yang hebat

Ayah yang baik

Ayah yang penyayang

Ayah yang selalu memberi semangat

Ayah yang memberi kehangatan dalam dekapannya

Tuhan,, terima kasih telah Engkau kabulkan semua keinginannya.

Mengantarkan kami menjadi anak-anak yang sholeh dihadapanMu dan menjadi orang yang sukses.

Terima kasih ayah,, untuk segala yang kau berikan kepada kami. Yang sudah menuntun, membimbing, mengarahkan, dan menjaga kami.

Ayah,,, biarpun ku tak bisa lagi memelukmu, kutak pernah lupa mendoakanmu. Semoga kita dapat dipertemukan lagi di SurgaNya.. Aamiinnn.... I love you, Ayah...

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tergambar jelas sosok ayah yang tegar. Semoga anak cucunya mewarisi sikap dan sifat baiknya... Salam sehat penuh barakah.

17 Jan
Balas

Aamiin aamiin ya robbal 'alamin

30 Jan

desah nafas ayah pun terasa bagai suara sabdanya. Seorang ayah, payung dan pemangku keluarga kecilnya. this is my opionion ibu Tri. Turut berdukacita... Akh... indahnya dunia ini berwana silih berganti suka dan duka... Kiranya dipertemukan kelak di keabadian. Salam literasi.

16 Jan
Balas

salam kenal pak Roni Bani... Aamiin ya robbal'alamin... Salam literasi

16 Jan

Ya Allah .. lapangkan kuburnya,ampuni semua dosanya, terimalah amal baiknya...aaamiiin Salam literasi

17 Jan
Balas

aamiin.. aamiinn.. ya robbal 'alamin. terima kasih doanya.. Salam literasi

17 Jan
Balas



search

New Post