Tri Ismiyati

Lahir dan besar di Kebumen, Jawa Tengah. Lulusan PGSD UNNES tahun 2014. Kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga dan juga belajar bersama siswa-siswi SD N ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Anak Adalah Cerminan Orang Tua?

Anak Adalah Cerminan Orang Tua?

Saya belum punya anak dan belum tahu bagaimana rasanya punya anak.

Tapi sebagai seorang guru yang setiap hari bergaul dengan anak-anak, paling tidak saya bisa belajar banyak hal tentang mereka.

Anak-anak sebenarnya adalah makhluk yang sederhana. Namun, kesederhanaan dan kepolosan pemikiran mereka kadang sulit untuk dipahami oleh manusia dewasa seperti kita. Kadang kita juga lupa bahwa mereka belum memahami banyak hal, bahwa sebenarnya mereka hanya meniru apa yang mereka lihat sehari-hari -baik itu orang tua, orang di sekitar, teman sebaya maupun tontonan televisi dan internet. Jadi, cara berbicara dan memperlakukan mereka memang tidak bisa kita samakan dengan saat kita menghadapi orang dewasa.

Saya bukan psikolog dan tidak pernah mempelajari ilmu parenting selain dari buku bacaan dan internet. Tapi bertemu dengan anak-anak setiap hari (dan juga berinteraksi dengan orang tua mereka), membuat saya mengalami dan melihat banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran -lebih real daripada teori-teori psikologi pendidikan di bangku kuliah.

Ada anak yang kalau bicara hampir selalu berteriak dan sering berkata kasar. Ketika saya bertemu dengan ibunya, sang ibu mengaku kalau ayah si anak di rumah juga sering berbicara dengan tabiat yang serupa. Ada anak yang gaya bicaranya persis tokoh-tokoh antagonis di sinetron. Ibunya bercerita bahwa saat akan tidur pun, anak ini harus di-ninabobo-kan televisi (kalau ibunya mematikan tv, anak ini akan langsung terbangun). Ada anak yang sering menggambar adegan sadis, punya imajinasi kejam pada teman-temannya, dan bercita-cita menjadi teroris. Dia sendiri bercerita bahwa dia sering bermaingame berbau kekerasan bersama kakak laki-lakinya di rumah. Ada anak yang pintar dan percaya diri untuk tampil di depan banyak orang, tapi dia sangat sensitif dan mudah downketika diserang secara verbal oleh teman-temannya yang usil (bahkan sampai mogok sekolah). Ternyata latar belakangnya adalah anak broken home dan dia sering tinggal bersama kakek neneknya sehingga sering dimanja. Ada anak yang sulit sekali mengendalikan emosinya, sehingga dia mudah main tangan dan merebut barang-barang milik orang lain. Sang ibu bertanya sendiri apakah si anak meniru sikap ibunya yang sering marah-marah dan bersikap keras di rumah. Ada anak yang jelas-jelas melakukan perbuatan tercela di sekolah, tapi ketika orang tuanya diajak berdiskusi, malah pihak sekolah (termasuk guru dan teman-teman si anak) yang disalahkan, dikatakan memberi pengaruh buruk bagi anaknya. Ada anak yang sangat bossy di kelas, ternyata di rumah dia selalu dilayani banyak asisten rumah tangga dan belum mau mandiri. Ada anak yang kecewa jika mendapat nilai 90, karena ibunya berkata dia harus selalu mendapat nilai 100. Ada anak yang dulu hampir tinggal kelas karena nilainya sangat mepet, tapi di kelas berikutnya dia menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Ternyata dukungan orang tuanya di rumah membuat dia lebih rajin belajar. Ada anak yang rela tidak diberi uang saku setiap hari, karena sang ibu membawakan bekal makanan sehat untuknya.

Apa yang bisa dipelajari dari semua itu?

Pelajaran terbesar adalah saya benar-benar percaya bahwa perilaku dan pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya pada karakter anak. Bahkan bisa jadi, perilaku anak adalah cerminan dari bagaimana orang tuanya telah mendidiknya. Anak yang penakut, bisa jadi karena sering ditakut-takuti atau diancam sewaktu kecil. Anak yang sering berkata kasar, bisa jadi karena dia sering mendengar kata-kata itu di lingkungannya. Anak yang sering mencari gara-gara, bisa jadi karena dia merasa kurang diperhatikan.

Sebagai orang yang menjadi perantara Tuhan dalam “menghadirkan” si anak ke dunia, sudah wajar jika orang tua memiliki tanggung jawab terbesar dalam mendidik anak. Wow. Tentu saja ini bukan hal main-main. Selain harus mencintai dan memenuhi segala kebutuhan anak, orang tua juga harus belajar bagaimana cara mendidik anak yang tepat. Tentunya cara yang digunakan pada satu anak belum tentu berhasil jika digunakan untuk anak yang lain.

Orang tua saya selalu bilang lebih mudah membangun jembatan daripada mendidik anak. Maksudnya tentu saja karena anak bukanlah benda tak hidup semacam konstruksi bangunan yang bisa kita bentuk sesuka hati. Setiap anak adalah individu unik yang punya pemikiran sendiri dan tidak bisa disamakan apalagi dibandingkan dengan anak lainnya. Jadi miris kan, kalau banyak orang tua yang tega membuang bahkan membunuh bayinya karena tidak siap dengan keadaan? Padahal menghadirkan anak itu sendiri melalui sebuah proses yang bisa disadari dan bisa direncanakan. Kalau memang tidak mau atau belum siap, kenapa melakukan hal yang bisa menyebabkan punya anak?

Saya sendiri memang belum punya anak, jadi saya juga tidak akan mengomentari pola asuh atau perilaku orang tua lain. Saya hanya memetik pelajaran dari orang sekitar dan juga anak didik saya, bahwa menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Menjadi orang tua tidak hanya selucu dan seindah foto-foto balita selebgram cilik. Menjadi orang tua juga tidak hanya karena ingin mengikuti tren parenting mama muda kekinian di instagram. Menjadi orang tua adalah memiliki tanggung jawab yang diemban dunia dan akhirat.

Setiap orang tua tentunya bukanlah manusia sempurna. Orang tua juga bisa lelah, marah, kecewa, sedih, atau bahkan putus asa. Tapi setidaknya, setiap orang tua harus berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Semoga saya juga bisa.

Yogyakarta, 25 September 2017

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semoga kita bisa jadi ibu yg sholihah buat anak-anak kita Jeng Tris .... Aamiin.

17 Jan
Balas

Amiiiin terimakasih sudah mampir membaca bu :)

17 Jan



search

New Post