Tri Khasanah

Guru di SD Negeri 1 Bojong Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Membangun Asa di Atas Sungai Biuk

Membangun Asa di Atas Sungai Biuk

Membangun Asa di Atas Sungai Biuk

Derasnya air hujan yang turun di awal tahun ini semakin membuatku khawatir. Limpahan air hujan yang datang dari sekitar rumahku, meluncur turun menuju tempat yang lebih rendah. Ya, limpahan air hujan itu akhirnya menuju Sungai Biuk yang alirannya berada persis di samping rumahku.

Luncuran air hujan itu makin mengikis material tanah dan semakin merusak talud pembatas antara rumahku dan badan sungai. Rumahku dalam bahaya. Apalagi, talud sungai itu sudah longsor beberapa minggu yang lalu. Makin hari bongkahan tanah yang longsor makin bertambah. Aku dan suami semakin takut dan tak nyaman tidur di rumah saat hujan tiba. Suamiku, hendak mengungsi kemana jika rumah ini ikut terbawa air sungai? Adakah yang mau menolong kita?

Aku bersedih meratapi nasib. Dalam batin aku meronta minta tolong. Namun kepada siapa harus meminta bantuan. Sepertinya, bencana yang menimpa ini harus ku hadapi sendiri.

Rumah yang berdiri di atas sungai ini merupakan tanah warisan dari orang tua. Awalnya, lahan yang kini dibangun rumah ini nampak menyeramkan. Belum ada rumah yang berdiri di komplek dusunku. Hamparan pepohonan dan tanah yang curam di tepi sungai Biuk, perlahan berubah lebih hangat karena dibangun rumah untuk dihuni keluargaku. Sangat beda kondisinya dengan lahan di sebelah kanan rumahku yang masih belum berpenghuni. Hanya pepohonan yang tumbuh subur di kebun milik tetangga itu.

Baiklah suamiku, kita harus berjuang untuk membetulkan talud yang longsor akibat terpaan air hujan ini. Tentu saja, ini butuh biaya yang tidak sedikit. Kita harus bekerja lebih keras lagi untuk mendapatkan uang tambahan. Entah berapa puluh juta yang harus kita kumpulkan lagi. Ah, soal dana, jangan dipikirkan dulu. Keselamatan keluarga lebih utama. Kenyamanan jiwa harus tetap terjaga agar hidup kita ini tidak selalu dihantui oleh rasa ketakutan. Kita harus membangun Asa demi masa depan yang nyaman.

"Istriku, berapa uang yang ada untuk membeli material pembuatan talud itu?" Tanya suamiku.

"Saldo tabungan kita sangat minim suamiku. Material yang kita butuhkan lumayan banyak. Sedangkan uang kita belum cukup. Bagaimana cara mengatasinya?" Begitu jawabku.

"Baiklah, kita pikir sambil jalan saja istriku. Semoga ada rizki yang cukup sambil kita rajin bekerja.

Bukankah Allah SWT tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuan umatnya?

Kenapa kita harus resah?

Mari bersemangat, di luar sana masih banyak orang-orang yang jauh lebih menderita dibanding kita," kata suamiku.

"Baiklah. Mari kita buat talud itu dengan bekerja lebih giat lagi," jawabku pelan. *

Keesokan paginya, tukang yang mengerjakan talud itu sudah mulai bekerja. Material yang dibutuhkan juga sudah disiapkan. Rasa was-was dalam hati perlahan menjadi berkurang. Tanah yang tadinya jatuh terbawa air sungai, perlahan mulai diganti dengan tanah urug yang diberi oleh Paklik ku. Rizki yang tidak terduga, ketika Paklik menawarkan bantuan tanah urug untuk menutup tanah yang hilang di tepi sungai. Hanya saja, butuh tenaga untuk mengambil dan mengangkutnya. Tapi itu bisa diatasi karena lokasinya cukup dekat dengan tempat yang kuhuni.

Pembuatan talud sedikit demi sedikit dijalankan. Tukang yang mengerjakan talud nampak begitu profesional. Target yang aku inginkan pun terpenuhi sesuai dengan rencana. Hanya saja, kok masih ada rasa kurang nyaman di hatiku yang membuat jiwa ini menjadi tidak bisa tenang. Berpikir sambil berjalan, ada rasa takut memikirkan saldo uang yang semakin berkurang.

Satu minggu yang lalu, kami baru selesai mencoba membuat pondasi rumah. Di samping rumah yang kami huni. Ditambah lagi membayar mesin fotocopy dan mesin potong untuk aset toko kami. Di situlah awal dari keresahan ini. Pengeluaran yang bertubi-tubi membuat jiwaku lelah berpikir.

"Suamiku, maaf jika aku tidak membantu pekerjaanmu,".

"Tidak apa-apa. Asal sehat aku mampu melakukan semuanya. Dibantu oleh Dedi sudah cukup," Jawab suamiku.

Hari-hari ku terasa hampa. Memikirkan semua yang terjadi. Sebenarnya tugas yang mencari uang suamiku. Namun entah kenapa justru aku yang merasa lelah, terbebani dan bahkan tidak bisa berpikir sama sekali. Mungkin aku yang terlalu lebay tidak bisa fokus dengan kegiatanku. Atau mungkin juga karena aku sangat menyayangi suamiku. Jika melihat dia bekerja keras tanpa memikirkan lelah, aku menjadi trenyuh. Aku tahu suamiku sangat bertanggung jawab kepadaku. Disitulah nilai lebih yang membuat aku menjadi selalu ingin membantunya. Selalu ingin membuat dia bahagia, dan selalu bersama-sama dalam bekerja.

Baiklah, aku tidak boleh lemah. Biarkan semuanya berjalan secara alami. Tugasku sebagai seorang istri adalah menjadi pendamping suami, mengatur segala kebutuhan dan menjadi penyemangat suamiku dalam bekerja. Aku harus selalu bersyukur atas apapun yang terjadi. Semoga ada hikmah kebaikan untuk semua ini. *

Sabtu ini, saat aku harus bertemu para tukang di sore hari. Terlihat ada pemandangan yang berbeda. Bongkahan tanah yang tadinya mengerikan, berubah menjadi talud manis, kokoh dan tertata rapi. Sungguh menakjubkan. Alhamdulillah, ada hikmah dibalik semua ini. Dalam satu sisi, kami mengeluarkan banyak uang. Di sisi yang lain, kami menjadi punya lahan baru lebih luas dari yang kami bayangkan. Masya Allah, betapa indahnya ketika bersyukur. Sesudah kesusahan Allah menggantinya dengan kebahagiaan.

Aku berpikir kembali, entah kenapa rasa gundah ini masih belum hilang juga di hatiku. Ada yang salah dengan diriku. Apa ya???

Ooh, iya. Aku tahu jawabannya. Ternyata yang membuat gundah dan resah bukanlah masalah pembuatan talud rumah.

Masalah yang sedang aku hadapi adalah, aku dikejar deadline untuk buku yang belum selesai.

"Astaghfirullohal'adziim. Aku harus fokus dulu kepada naskah buku. Satu Minggu ini harus selesai. Please, pergi jauh-jauh rasa malas, aku membencimu...!!!"

-bersambung-

Banjarnegara, 23 Januari 2018

Tri Khasanah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Lanjut..Bu

23 Jan
Balas

Terima kasih Ibu Sri

23 Jan

Siiiip mengalir lancar, simpel dan enak utk dinikmati

23 Jan
Balas

kutunggu episode berikutnya, bu tri khas....

23 Jan
Balas

Enak dibaca bu, teruskan sambungannya....

23 Jan
Balas

Terima kasih Bapak Yuswadi

23 Jan
Balas

Terima kasih Ibu Eti

23 Jan
Balas

Terima kasih Ibu Pengawas

24 Jan
Balas



search

New Post