Pentigraf:  Beda, Hasil Selingkuh?

Canda tawa mewarnai ruang guru usai vefifikasi data PPDB SMP tahun ini. Beberapa cerita seputar pekerjaan mengalir dengan renyah. Aku pun mengungkapkan rasa empatiku kepada seorang Ibu yang tidak berhasil memperjuangkan piagam anaknya. Juara 1, namun tanpa konversi nilai. Rupanya Ibu tersebut tidak memahami bahwa piagam harus diverifikasi. Pak Aan yang memperhatikan, menimpali ceritaku. Dia mengkisahkan tentang empatinya kepada seorang Ibu yang menyentuh. Demikian ceritanya, 'Aku pulkam bersama adikku. Setelah sampai di seberang, kami naik angkudes. Duduk di antara kami, keponakanku. Ketika di angkudes, ada teman adikku yang masih mengenali adikku, dia menyapa adikku dengan ramah. Salah satu pertanyaannya adalah apakah itu anaknya. Adikku mengiyakan. Bahkan dengan bangga, ia mengatakan, anaknya cantik dan cerdas seperti dirinya. 

Namun, jawabannya yang lugas membuat beberapa penumpang saling pandang dan penuh selidik. Mata mereka nampak curiga kepada adikku. Secara bergantian, mata mereka memandangi adikku, memandangi ponakanku dan memandangku silih berganti. Ada yang nyeletuk, 'Kok beda', Adikku terdiam dan sedih. Karenanya, aku tenangkan hatinya,  sebagai seorang ibu, akan sedikit terluka dengan kata-kata tersebut. 

Tidak sampai seperempat jam, angkudes sampai di pengkolan ojek. Masih sekitar 1 kilometer menuju desaku. Usai aku membayar ongkos, angkutan tersebut mulai bergerak maju. Adikku tentu saja berteriak, 'Mas kernet, suamiku masih di dalam. Adik iparku keluar dengan lesu, kecapekan di jalan, membuatnya tertidur di angkudes bagian belakang', Para penumpang melongo. Kompak mereka berkata, 'Lha, itu suaminya, sama'. Rupanya sebelum kami masuk ke angkudes, mereka berbincang-bincang dengan seru tentang kemiripan wajah anak dengan salah satu dari kedua orang tuanya. Bila anak tidak sama dengan ayah atau ibunya, berarti hasil selingkuh.  Mereka menyangka kalau saya suami adikku'. Oalah...he he he