Tri Murniati

Tri Murniati, saat ini bertempat tinggal di Kudus, dan Lahir di Kota Kudus.Saat ini Penulis mengajar di SMP 2 Mejobo Kudus.Sabusagu memotivasi keinginan tuk sel...

Selengkapnya
Navigasi Web

CATATAN HARIAN SI NINA

CATATAN HARIAN SI NINA

Akhir pekan Februari mulai muncul, bulan-bulan rutinitas mengajar di salah satu Perguruan Tinggi mulai sudah. Alkhamdulillah bisa kugunakan untuk mentansfer pengetahuanku sekaligus mencari pengalaman. Kebetulan aku bertugas membimbing mahasiswa PPL. Saat-saat pertemuan untuk orientasi pembimbingan dimulai, ada yang antusias, tetapi ada pula yang menunjukkan ketakutannya dalam menghadapi anak didik.” Woooo ga usah takut Isdahai”,, kata Imam.Dengan pengertian dan pendekatan kepercayaan Isdaipun muncul .Aku jadi teringat teman SPGku yang sangat takut saat PPL di salah satu SD.”Hiii lucu ya calon bu guru kok takut”, ejekku waktu itu.Peristiwa ini membawa lamunanku muncul membayangkan beberapa tahun lalu saat aku duduk di bangku SPG, melaksanakan PPL .

Mentari pun merangkak di atas tonggak, siswa-siswi mulai beranjak bersiap menanti diumumkannya praktik mengajar di SD yang ditunjuk. “Wah deg-degan hatiku’, kata Lia. “ Kenapa” kataku. “Ah ... mampukah aku melaksanakan tugasku ini?, katanya dengan raut wajah yang menunjukkan kesedihan. “Jangan begitu, optimislah....”,jawabku memberi semangat padanya. Lia memang gadis pemalu padahal dia cerdas tapi karena terlalu tidak percaya diri itulah yanga membuatnya teman-temannya menyayangkan dirinya. Lembar pengumuman tugas PPL pun terbagi. Ibu guru mengucapkan salam dan sebelumnya menyampaikan pesan yang isinya memotivasi siswa selama melaksanakan praktik mengajar.

Hari pertama latihan praktik mengajarpun berlangsung, sebelumnya kami disambut dengan ramah oleh kepala sekolah dan guru pamong kami dengan ramah. Awal yang menyenang kan. Kami diperkenalkan kelas yang akan dijadikan praktik mengajar. Setelah jadwal praktik mengajar dibagikan, aku mendapat kelas 6. Wah langsung kelas tinggi,nih kataku dalam hati dan berdoa mudah-mudahan bisa dan sukses. Aku mempersiapkan perangkat mengajar, media dan perangkatkat lain yang harus kugunakan dalam mengajar. Kala itu aku praktik mengajar mata pelajaran Ips. Kompetensi yang saya ajarkan tentang sumber daya alam. Peraga atau media aku persiapkan sebagus mungkin dengan gambar yang menarik. Saat kumemasuki kelas, diikuti oleh Pembimbing rasa grogi menghampiriku, namun aku berdoa dan berusaha mengusir kegrigian hati ini dengan tersenyum.

Pelajaran pun dimulai. Bebrapa waktu setelah pelajaran berlangsung media gambar yang kupersiapkan aku pajang di papan, tiba-tiba ada yang berkata,” Gambarnya buat sendiri apa digambarkan Bu?, celutuknya. Wah-wah ternnyata ada siswa yang perhatian sampai gambar peraga juga, dengan hal ini di luar dugaanku. Aku tersenyum, setelah kulihat ternyata yang bertanya masih saudaraku, Candra namanya. Dia memang anak yang kritis, sedikit nakal meskipun sedikit cacat kakinya. Karena sakit folio dan gagal operasi. Dia tahu saat aku menggambar dibantu oleh temenku juga. “Wah buka kartu aja anak ini pikirku.” Hee tak apalah mudah-mudahan tak mengubah konsentrasiku, doaku”. Aku peragakan dan jelaskan satu persatu.

Namun saat aku menerangkan proses membuat garam ada salah satu siswa yang bertanya. Bu air laut itu warnanya apa? Setelah kujawab, dia pun bertanya lagi,” buktinya mana?,tanya dia.Tanpa kusadari sebenarnya aku telah membawa air yang kumasukkan dalam sebuah botol bekas lotion citra waktu itu,botol tersebut kuisi air itu air garam. Debar jantungku berdetak kencang.keraguanku mulai muncul, kutunjukkan apa tidak. “Kelihatannya ibu membawa air dalam botol juga?, kata Mira salah satu siswa di kelas itu. Waduh gumamku siswa-siwa di di sini kritis-kritis. Tanpa kusadari kujawab ,”Oh...,iya”.

Sebenarnya aku menulis dalam perangkat pembelajaran contoh air laut, namun air itu tak kudapatkan karena teman yang berasal dari Karimunjawa yang kebetulan sedang pulang ke kampungnya brjanji akan membawakan air laut tersebut, dan ternyata dia tidak masuk karena gelombang besar dan tidak bisa pulang ke kost. Wah bingung sebenarnya,” kubawa apa tidak air garam biasa ini”, batinku Akhirnya kubawa juga , untuk jaga-jaga. Bel pelajaranpun berdentang berarti selesai sudah materi pelajaran IPS. Lega hatiku pelajaran berlangsung lancar. Mudah-mudahan nilainya bagus.

Saat istirahat tiba-tiba ada dua siswa yang mendatangiku, dan berkata,” Bu air lautnya disuruh jemur Pak kadar”,katanya. Pak Kada adalah nama pembimbingku waktu itu. Spontan pucat pasi wajahku. Aku bingung sebab air yang kubawa bukan air laut yang asli. Namun tetap kulaksanakan perintah pembimbingku itu. Wah gara-gara contoh air laut, ketahuanlah kebohonganku. Aku harus belapang dada, kutemui pembimbingku dan aku mohon maaf pada beliau karena secara tidak langsung membohonginya. Hal ini kulakukan karena terpaksa takut peragaku tidak lengkap dan dapat nilai jelek.

Sebenarnya aku malu kenapa kok tidak terus terang saja. Yaaah nasi sudah menjadi bubur. Aku berjanji hal tersebut tidak akan kuulangi lagi.

Saat pulang ke rumah aku coba merebahkan badan melepas kepenatan kegiatan praktik tadi pagi, namun bayangan kesalahan yang kulakukan hari ini sungguh membayangiku. “Tuhan....ampuni aku,” pintaku. .Lama-lama tertidur pula aku. Kumandang Adzan asyar membangkitkanku dari tidur. Kubasuh mukaku dengan air wudhu, kutunaikan kuwajibanku.

“Gimana praktik perdana hari Nin? , tanya ibu . Aku tersenyum simpul. Ibu dan ayahku memang menginginkan aku menjadi guru,sehingga melihat aku praktik mereka selalu memotivasiku. Apalagi ibu setiap kali mau praktik rambut panjangku diikat dbentuk seperti sanggul sehingga mirip guru beneran, heee lucu terucap dalam batinku.

“Kok malah senyum-senyum sendiri?, tanyanya lagi hingga membangunkan lamunanku. Kuceritakan kejadian tadi, ibu tersenyum. I”tu tandanya kamu tidak boleh bohong”, calon guru kok bohong ledeknya. Aku malu mendengar ejekan ibuku. “Ya sudah jadikan itu pelajaran , jangan diulang lagi”,” katanya “Terimakasih bu?, kataku.

Senjapun menyapa, selesai mandi dan menunggu adzan magrib tiba, aku menyiapkan perangkat mengajar untuk besuk pagi. Begitu kumandang adzan tiba, aku melaksanakan kuajibanku dan selesai sholat mengaji . Rumahku memang digunakan mengaji di lingkungan kampungku. Alkhamdulillah bisa menampung orang orang yang belajar mengaji. Selesai mengaji kami makan dan melanjutkan tugas untuk mempersiapkan praktik mengajar besuk pagi. Aku dapat tugas praktik di kelas 3 materi keterampilan melipat. Aku menyiapkan kertas lipat dan contoh yang akan kuperagakan dalam melipat yaitu membuat katak dari kertas lipat. Kubuat sebagus mungkin agar pembelajaran menarik, kriet aku dikejutkan dengan suara pintu yang membuyarkan konsentrasiku.

” Hayooo ingat calon bu guru tak boleh bohong”, heee ledekan itu keluar lagi dari mulut ibuku. “Ah ibu...ini, Siaaap Bos”, candaku. “Bu, kataknya bisa jalan ga? Goda ibuku . “bisa nak caranya di.....sambil kucubit mesra ibuku”. “Haaaaa tawa kami lepas.”. ‘Dah segera tidur biar besuk fresss”, ibu menasihatiku. Usai mepersiapan untuk praktik, aku beranjak tidur. Pagi-pagi saat bangun aku cek kembali persiapan praktik hari ini. Alhamdulillah lengkap.

Hiruk pikuk kendaraan di jalan raya mengiringi langku ke sekolah tempat aku praktik. Hari kedua praktik mengajar kulalui, alhamdulillah murid-muridku antusias bahkan kreaivitas mereka muncul ada yang diarnai bagus sekali, apalagi setelah aku praktikkan bagaimana cara berjalan kodok lipat tawa mereka memecah. Alkhamdulillah sukses hari ini. Hari ini memang hari yang indah buatku.

Saat ku beristirahat di kantor guru, tiba-tiba kebahagiaan itu terhapus karena kabar saudaraku yang duduk di kelas 6 tadi sakit dan masuk rumah sakit di Semarang. Yaa Allah kenapa lagi anak ini kemeren dia mengejekku saat aku mengajar di kelasnya, kemaren dia masih bercanda di halaman sekolah berkejar-kejaran dengan temannya meski dengan kaki yang tak sempurna. Ejekan temannya juga tak digubrisnya. Setelah pulang berita ini kukabarkan ke orang tuaku, betapa terkejutnya ibuku. Akhirnya kami menjenguknya. Duh wajah yang biasanya ceria, kini lemah terbaring tanpa daya. Ya Allah ringankanlah penderitaannya. Dalam batinku aku juga merasa bersalah sempat mengumpatnya saat aku diejek saat praktik di kelasnya. Penderitaan yang dialaminya dalam hidup memang berat untuk seusia dia, tapi memang itu takdirnya, dan semua adalah kehendak Tuhan. Ujian itu mulai datang saat dia sakit panas, dokter menyuntiknya sehingga kakinya sebelah mengecil. Orangtuanya susah apabila membelikan sepatu sehingga pesan dahulu. Usaha orang tuanya untuk mmenyembuhkan sakitnya agar kakinya normal kembali telah dilakukannya. Namun saat dokter menyarankan operasi , ada kendala listrik tiba-tiba padam. Ya Allah kami panik dan hanya bisa berdoa, dan pasrah. Akhirnya kakinya sudah membaik meskipun tidak sempurna lagi. Tuhan mengapa penderitaan ini datang lagi. Dia sakit lemas kelihatan pasrah dirau wajahnya yang lugu meski agak nakal dan suka mengejek , namun kami sangat menyayanginya. Itulah cobaan yang harus dia tanggung. Hari demi hari saat aku melaksanakan PPL di sekolahnya suasana tidak seperti biasa. Ada yang mengganjal, tawa, ejekan, kenakalannya yang biasa kulihat sirna sudah guru dan temannya pun merasa kehilangan, tidak lengkap rasanya tanpanya. Di kelas meski membuat ulah tapi di rasa kangen selalu ada. Dia itu lucu juga meskipun usil dan manja, sukanya minta diperhatikan terus.

Satu bulan sudah aku praktik di sekolah saatnya penutupan. Bayangan wajah saat acara penutupan yang harusnya meriah terhalan juga dengan tidak hadirnya dia bersama teman-temannya. Bahkan kami dikejutkan lagi dengan kabar bahwa kondisi dia kritis. Kami berdoa “Tuhan sembuhkanlah dia, turunkan mukzizatmu ya Alllah”, pinta kami. Kesedihan menggayut di muka guru dan sahabat-sahabatnya. Ayooo kuat Candra, kuat dan semangat, temannya menyemangatinya dalam doa.

Penutupan PPL berlangsung sudah. Itu tandanya aku kembali ke sekolah seperti biasa, bertemu dengan teman-teman karena kami sempat terpisah sebulan. Canda tawa pun menggelegar saat berkumpul kembali mereka bercerita pengalaman masing-masing saat praktik mengajar. “Duh Cuat-cuit kaya berung berkicau”, heee kataku menggugah canda teman. Tiba-tiba aku dipanggil wali kelasku untuk menemui beliau di ruang guru. Beranjak dari ruang guru, aku kembali ke kelas , tok-tok bunyi sepatuku, “Ada bu Guru ada bu Guru”, Aris nyelutuk. “Ini kan juga bu guru,” kataku ,baru calon guru jawabku dalam canda. Tawa kamipun memecah.

Hari pun terus bergulir, Kegiatan sekolah berlangsung kembali. Bagai halilintar menyambarku, saat istirahat ada kabar yang tak kuinginkan, candra putra pa Wiharsono meninggal dunia. Innalillahi wainnailaihi rojiuuun. Kata-kata itu mencuat dari bibir kami. Lemas tubuhku. Ayah Candra yang masih saudaraku adalah salah satu guru seni di sekolahku. Akhirnya Kami pasrah dan ingat bahwa mungkin ini adalah yang terbaik menurut Tuhan untuk mengurangi beban penderitaannya. Ya Allah ampuni dosanya, tempatkanlah di tempat yang layak disisiMu. Tabahkan hati keluarga yang ditinggalkan. Amien.itulah doa yang kami lantukan. Air mata kesedian, senandung doa mengiringi dan mengantarkannya ke peristirahatan yang terakhir. Selamat jalan dan tenanglah di sisiNya.

Suasana mendung duka berangsur sudah. Harini ujian nasional menghampiriku, hari ketiga adalah ujian bahasa inggris saat pengawas memasuki ruang aku terkejut, ternyata salah satu pengawas yang masuk adalah Pak Kadar guru Pembimbing PPLku. Aku berusaha tenang mengerjakan,jangan sampai konsentrasiku hilang karena peristiwa PPL. Dia melirikku sambil tersenyum Wah ternyata dia tidak lupa wajahku. Bel usai mengerjakan berdentang, kukupulkan pekerjaanku,” Ini lho Pak murid jenengan yang kemarin PPL membawa air garam palsu. geeer ....tawa spontan pengawas satunya yang kebetulan wali kelasku.” Nin.. nin aneh-aneh saja kamu ini, sampai kapanpun air garam yang kau jemur di halaman sekolah gak akan jadi garam, iya pak jawabku malu. Aku langsung ngaciiiir keluar saja setelah salam pada mereka.

Took-tok terdengar ketukan pintu. Maaf ada petugas monitoring dari semarang Bu?, kata Pak Ruslin membuyarkan lamunanku.

Tri Murniati

SMP 2 Mejobo Kudus

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

makasih Bu Eko motivasinya, maaf baru pemula heee...

09 Jul
Balas

Wah, keren bu cerpennya. Alurnya meliuk-liuk karena konfliknya banyak. Tapi ibu pintar mengolah cerita, semoga ini hanya imajinasi saja. Soalnya saya jadi ikut sedih, endingnya ada tokoh yang meninggal. Salam literasi, ditunggu cerpen berikutnya.

08 Jul
Balas



search

New Post