Trisiwi Nursiamah,S.Ag.

Guru MTsN 1 Kota Blitar Jawa Timur. Dilahirkan di bumi Bung karno Kota Blitar Jawa Timur. Beralamat di Jl. Suryat No. 52 Kota Blitar....

Selengkapnya
Navigasi Web

Adikku Korban Bullying, Tantangan ke-129Tantangan Gurusiana

Adikku Korban Bullying

(Part II)

Dengan malu-malu adikku mulai masuk sekolah lagi. Diantara teman-temannya ada yang merasa iba, namun tidak sedikit yang justru membully atau merundungnya. Ketakutan yang selama ini menghantuinya akhirnya menjadi kenyataan. Hampir setiap hari caci maki serta sindiran selalu ia dengarkan. Ada yang memanggil si botak, si dungu, dan lain-lain. Adikku hanya bisa diam tertunduk penuh malu. Sekolah baginya seperti neraka. Ia tidak bisa lagi menerima pelajaran dengan baik.

Hari terus berganti, adikku semakin sering mogok sekolah. Ketika ditanya ia tidak pernah mau menjawab, hanya diam dan tak mau keluar dari kamar. Suatu hari ibuku menemui guru kelasnya dan menyampaikan keadaan adikku yang bernama Faros yang sedang mogok sekolah. Akhirnya guru kelasnya bersedia datang ke rumah untuk merayu Faros agar mau sekolah lagi.

“Faros, besok masuk ya..! Tidak usah takut dan malu, bu guru akan selalu membantu dan melindungimu.”

Faros hanya menganggukkan kepala tanda bersedia. Keesokan harinya Faros mau berangkat sekolah dengan syarat diantar dan ditunggui ibu. Ibupun terpaksa ijin tidak masuk kerja demi menunggui Faros sekolah. Saat itu tak seorangpun dari temannya yang berani membullynya.

Keesokan harinya Faros mau berangkat sendiri ke sekolah tanpa diantar dan ditunggui ibu. Jarak sekolah dari rumah memang tidaklah jauh, hanya 300m. Sesampainya di sekolah, belum sampai masuk kelas ia sudah mendengarkan kata-kata yang menggatalkan telinga.

“Hei teman-teman, si botak masuk lagi,” kata temannya yang suka usil sambil berbisik kepada temannya yang lain.

“Bukan si botak, tapi si dungu,” sahut temannya yang lain.

Farospun akhirnya tidak jadi masuk kelas, ia langsung pulang dan mengunci diri di kamar. Saat itu tidak seorangpun yang ada di rumah, bapak dan ibu sudah berangkat kerja, sedang aku dan kakak-kakakku sekolah. Aku kelas 1 SMP saat itu. Rumah kami memang jarang dikunci, karena kami yakin tidak ada yang bisa diambil jika ada pencuri. Oleh karena itu Faros bisa langsung masuk rumah tanpa harus mencari kunci rumah.

Sepulang dari kerja ibuku mendapat laporan dari teman Faros bahwa tadi Faros tidak jadi masuk sekolah. Sejak saat itu Faros tidak mau lagi berangkat ke sekolah. Jika bapak dan ibu memaksa Faros mengamuk, bahkan sampai memecahkan piring. Akhirnya ibu dan bapak tidak lagi memaksa Faros untuk sekolah. Selain takut kalau marah dan mengamuk, ibu juga takut jika penyakit typusnya kambuh lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ysng sabar bun, sukses

14 Sep
Balas



search

New Post