Bullying Hancurkan Masa depan Adikku, Tantangan ke-131 Tantangan Gurusiana
Bullying Hancurkan Masa depan Adikku
Namaku Romi, aku anak ke empat dari enam bersaudara. Diantara saudara-saudaraku hanya kakakku ke tiga yang perempuan. Keluarga kami hidup sangat sederhana. Untuk menghidupi keenam anak-anaknya, bapak dan ibuku harus bekerja keras. Bapakku seorang pedagang kecil di pasar, sedang ibuku pembantu rumah tangga. Bapak berangkat ke pasar usai salat subuh, sedang ibuku berangkat kerja setelah kami berangkat sekolah. Hampir setiap hari kami baru bisa berkumpul dengan bapak dan ibu ketika hari sudah sore.
Ketika adikku kelas 2 SD, ia pernah menderita sakit Typus. Ibuku pontang panting mengurus adik di rumah sakit dan kami di rumah, ditambah lagi harus bekerja. Sedang bapak hanya bisa membantu menjaga si bungsu yang belum sekolah, disamping juga harus mencari dagangan ikan dan menjualnya di pasar.
Penyakit typus yang diderita adikku ternyata lumayan parah, sehingga butuh waktu yang lumayan lama untuk pulih normal beserti biasa. Dalam waktu yang lama juga ia harus meninggalkan bangku sekolah. Pernah ia dinyatakan sembuh, namun itu hanya sebentar. Tidak lama kemudian ia harus masuk rumah sakit lagi karena typusnya kambuh lagi. Masuk sekolah hanya beberapa hari, lalu harus ijin tidak masuk lagi. Banyak pelajaran yang ia tinggalkan. Saat beberapa hari ia masuk sekolah, bukan simpati yang dia dapatkan dari teman-temannya melainkan bulyan yang ia terima.
Setelah kurang lebih 3 bulan adikku menderita sakit typus, akhirnya ia dinyatakan sembuh total. Namun demikian, banyak perubahan fisik yang dialami adikku akibat dari sakit yang dideritanya dan efek banyaknya obat yang diminumnya. Rambut adikku hampir semua rontok, bisa dibilang hampir gundul. Disamping itu pendengarannya juga agak terganggu. Ia sangat ingin masuk sekolah, namun bayangan bulyan dari teman-temannya selalu menghantui pikirannya. Ia sangat malu dengan kondisi fisiknya saat itu. Pada akhirnya bapak dan ibuku berhasil membujuk adikku untuk mau melanjutkan sekolah.
Dengan malu-malu adikku mulai masuk sekolah lagi. Diantara teman-temannya ada yang merasa iba, namun tidak sedikit yang justru membully atau merundungnya. Ketakutan yang selama ini menghantuinya akhirnya menjadi kenyataan. Hampir setiap hari caci maki serta sindiran selalu ia dengarkan. Ada yang memanggil si botak, si dungu, dan lain-lain. Adikku hanya bisa diam tertunduk penuh malu. Sekolah baginya seperti neraka. Ia tidak bisa lagi menerima pelajaran dengan baik.
Hari terus berganti, adikku semakin sering mogok sekolah. Ketika ditanya ia tidak pernah mau menjawab, hanya diam dan tak mau keluar dari kamar. Suatu hari ibuku menemui guru kelasnya dan menyampaikan keadaan adikku yang bernama Faros yang sedang mogok sekolah. Akhirnya guru kelasnya bersedia datang ke rumah untuk merayu Faros agar mau sekolah lagi.
“Faros, besok masuk ya..! Tidak usah takut dan malu, bu guru akan selalu membantu dan melindungimu.”
Faros hanya menganggukkan kepala tanda bersedia. Keesokan harinya Faros mau berangkat sekolah dengan syarat diantar dan ditunggui ibu. Ibupun terpaksa ijin tidak masuk kerja demi menunggui Faros sekolah. Saat itu tak seorangpun dari temannya yang berani membullynya.
Keesokan harinya Faros mau berangkat sendiri ke sekolah tanpa diantar dan ditunggui ibu. Jarak sekolah dari rumah memang tidaklah jauh, hanya 300m. Sesampainya di sekolah, belum sampai masuk kelas ia sudah mendengarkan kata-kata yang menggatalkan telinga.
“Hei teman-teman, si botak masuk lagi,” kata temannya yang suka usil sambil berbisik kepada temannya yang lain.
“Bukan si botak, tapi si dungu,” sahut temannya yang lain.
Farospun akhirnya tidak jadi masuk kelas, ia langsung pulang dan mengunci diri di kamar. Saat itu tidak seorangpun yang ada di rumah, bapak dan ibu sudah berangkat kerja, sedang aku dan kakak-kakakku sekolah. Aku kelas 1 SMP saat itu. Rumah kami memang jarang dikunci, karena kami yakin tidak ada yang bisa diambil jika ada pencuri. Oleh karena itu Faros bisa langsung masuk rumah tanpa harus mencari kunci rumah.
Sepulang dari kerja ibuku mendapat laporan dari teman Faros bahwa tadi Faros tidak jadi masuk sekolah. Sejak saat itu Faros tidak mau lagi berangkat ke sekolah. Jika bapak dan ibu memaksa Faros mengamuk, bahkan sampai memecahkan piring. Akhirnya ibu dan bapak tidak lagi memaksa Faros untuk sekolah. Selain takut kalau marah dan mengamuk, ibu juga takut jika penyakit typusnya kambuh lagi.
Setiap hari adikku Faros tidak pernah keluar dari kamarnya kecuali ke kamar mandi. Iapun menjadi pemarah dan suka mengamuk. Apapun yang menurutnya kurang pas ia marah dan mengamuk. Di kamarnya harus ada TV dan video player. Hari-harinya hanya diisi dengan melihat TV. Bahkan untuk makan saja harus diantar ke kamar. Ia tak ingin bertemu dengan siapapun. Sesekali ia keluar kamar karena jenuh, itupun tidak lama. Ketika bertemu seseorang ia langsung menunduk dan cepat-cepat pergi. Begitulah kehidupan Faros adikku setiap hari.
Hari berganti hari, tak terasa Farospun sudah menginjak dewasa. Namun demikian, kebiasaannya tetap tidak berubah. Bahkan ia lebih sering marah dan mengamuk. Pernah suatu hari ia marah dan mengamuk hingga membakar korden dan sofa. Semua ketakutan, dan ibuku hanya bisa menangis. Kudekati adikku dan kutenangkan hingga amarahnya reda. Aku semakin tidak tega meninggalkan adikku sendiri di rumah. Semua anggota keluarga tidak ada yang berani mendekat selain aku dan ibuku.
Ketika aku hendak menikah aku sempat bingung, bagaimana nantinya nasib adikku. Untung ia mau kuajak tinggal bersamaku, dan istrikupun tidak keberatan. Selama tinggal bersamaku, Faros kulatih untuk bersosialisasi. Kukenalkan dengan anggota keluarga istriku, karena aku tinggal di rumah istriku. Kusekolahkan ia di Kejar Paket A. Aku merasa senang karena Faros tidak lagi pemarah dan suka mengamuk. Hanya saja ia sering merasa jenuh karena di kamarnya tidak kusediakan TV juga HP. Akhirnya ia berusaha untuk mencari teman dengan mendatangi sekelompok pemuda yang sering mangkal di perempatan desaku. Ia ikut nimbrung tapi hanya diam. Dari situlah akhirnya adikku mengenal kebiasaan yang kurang baik, ia menjadi suka merokok. Kuatir adikku menjadi tambah rusak akhirnya aku kembalikan Faros di rumah ibuku.
Selama tinggal bersamaku Faros sempat mengenyam pendidikan sampai Kejar Paket B setaraf dengan SMP hingga lulus. Sayang pendidikannya harus terhenti karena di rumah ibuku tidak ada yang bisa mengantarnya sekolah Kejar Paket C. Namun demikian, aku merasa senang karena adikku mengalami perubahan perilakunya yang cukup bagus. Ia sudah mulai mau diajak ibuku bekerja, meski pekerjaan yang dilakukannya sebatas mencuci dan seterika saja. Mencuci itupun menggunakan mesin cuci. Beruntung majikan ibuku orangnya sabar, dan mau mengerti kondisi Faros.
Sejalan bertambahnya usia, ibuku sering sakit-sakitan. Kami sekeluarga memutuskan untuk meminta ibu berhenti bekerja. Bapakpun sudah lama meninggalkan pasar dan beralih di pertanian. Oleh karena ibuku berhenti bekerja, Farospun juga tidak mungkin bekerja sendiri tanpa ibuku. Iapun turut berhenti, dan kembali diam di kamar. Namun demikian, kondisinya saat ini sudah jauh berbeda dengan yang dulu. Ia tidak lagi suka mengamuk. Kebiasaan menyendiri di kamar tidak bisa ia hilangkan. Sesekali ia keluar kamar untuk meminta makanan di rumah kakakku yang rumahnya bersebelahan dengan rumah ibuku. Kami sekeluarga bersyukur dengan keadaan adikku Faros saat ini.
Sebuah pelajaran berharga telah kami dapatkan, bahwa bullying bisa merusak masa depan seseorang. Istrikupun yang bekerja sebagai guru sangat menentang bullying. Ketika ada muridnya yang dibully temannya, istriku langsung mengambil tindakan untuk menghentikannya. Jangan pernah ada bullying lagi, cukup adikku yang menjadi korban.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar