Trisiwi Nursiamah,S.Ag.

Guru MTsN 1 Kota Blitar Jawa Timur. Dilahirkan di bumi Bung karno Kota Blitar Jawa Timur. Beralamat di Jl. Suryat No. 52 Kota Blitar....

Selengkapnya
Navigasi Web

Ngidam, Tantangan ke-106Tantangan Gurusiana

NGIDAM

Sepasang suami istri hidup bahagia dengan seorang anaknya. Sang suami bekerja sebagai buruh tani, sedang sang istri hanyalah ibu rumah tangga biasa. Mereka tinggal disebuah rumah kecil berdinding anyaman bambu. Meski hidup sangat sederhana, namun mereka sangat menikmati kehidupannya tersebut. Tak pernah sekalipun mereka mengeluh dengan nasib mereka.

Kebahagiaan itu semakin terasa ketika sang istri hamil anak ke dua. Sang suami (sebut saja pak Kusdi) sangat menyayangi istrinya (bu Sariyem). Apapun yang diinginkan bu Sariyem, pak Kusdi selalu berusaha memenuhinya. Namun demikian bu Sariyem tidak lantas memanfaatkan situasi, ia tahu kemampuan suaminya.

Sejalan bergantinya sang waktu kehamilan bu Sariyempun semakin membesar. Selama ini ia belum pernah minta apapun kepada suaminya. Suatu hari tiba-tiba bu Sariyem mempunyai keinginan yang sangat dan tidak bida dibendung. Mungkin ini yang disebut dengan ngidam. Ia memberanikan diri menyampaikan kepada suaminya perihal keinginannya itu, bahwa ia sangat menginginkan mentimun. Suaminyapun tersenyum gembira melihat bu Sariyem yang ngidamnya tidak aneh-aneh dan tidak mahal.

“Baiklah Dik, aku janji besok tak bawakan mentimun untuk anak kita,” kata pak Kusdi.

Keesokan harinya pulang dari sawah dengan mengendarai sebuah sepeda ontel peninggalan jaman Jepang, pak Kusdi mampir ke pasar membelikan mentimun untuk sang istri tercinta. Ia membeli dua buah mentimun dan dijepit di standard (tempat boncengan sepeda bagian belakang). Sampai di rumah bu Sariyem sudah siap menyambut suaminya di teras rumah. Pak Kusdi mengambil mentimun yang ia bonceng dan diberikannya kepada istrinya. Tiba-tiba bu Sariyem menangis. Pak Kusdisemakin heran melihat istrinya, yang seharusnya senang malah menangis. Pak Kusdipun bertanya pada istrinya alasan ia menangis. Bu Sariyem menjawab,

“ Aku senang Bapak sudah membelikan aku mentimun, tapi aku tidak terima dan kasihan kalau mentimun itu kau jepit di belakang sepeda. Aku ingin Bapak belikan lagi dan jangan dijepit lagi.”

Meskipun pak Kusdi merasa lelah namun ia tetap berangkat membelikan mentimun untuk istriya. Kali ini pak Kusdi membawa tas ransel hitam yang warnanya sudah memudar untuk membawa mentimun pesanan istrinya. Setelah sampai di rumah istrinyapun tersenyum lega menyambut dan menerima mentimun dari pak Kusdi suami tercintanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren Bun...

22 Aug
Balas

Keren Bu

22 Aug
Balas

Kayak beneran ngidam nih Bu

22 Aug
Balas

Mksh bunda2.. itu kisah nyata tetangga yg sedikit dibumbui fiksi

22 Aug
Balas



search

New Post