Problematika Daring, Tantangan ke-125Tantangan Gurusiana
PROBLEMATIKA DARING
Pandemi yang berkepanjangan benar-benar melumpuhkan berbagai sendi kehidupan. Tidak hanya ekonomi saja, dunia pendidikan juga sangat berasa imbasnya. Semua pembelajaran lewat daring. Tidak terkecuali besar kecil, laki-laki perempuan, kaya miskin semua diharuskan melalui daring.
Banyak permasalahan yang muncul setelah penggunaan daring dalam pembelajaran. Banyak anak yang tidak punya HP akhirnya harus memakai HP orang tuanya. Bagi orang tua yang tidak punya HP pada akhirnya harus membeli HP juga. Bagi yang sudah memiliki HP diharuskan terus mengisi paketan. Pada akhirnya mereka jenuh juga dengan daring.
Begitu juga dengan yang kualami. Aku wali kelas 9 dari 11 rombel. Kebetulan kelas yang menjadi perwalianku semuanya perempuan. Tidak seperti biasanya, anak-anak perempuan biasanya rajin-rajin, ini malah sebaliknya. Dalam semua mapel kelas perwaliankulah yang paling banyak tidak mengumpulkan tugas. Sebagai wali kelas aku berusaha agar anak-anakku tidak ketinggalan dalam semua mapel. Berbagai upaya sudah aku lakukan, mulai menghadirkan orang tuanya, selalu mengingatkan lewat WA grup juga sering kulakukan. Namun demikian, semua guru yang mengajar tetap saja memberikan laporan yang sama, banyak yang tidak mengumpulkan tugas. Pernah kucoba untuk mengadakan tatap muka. Aku telpon tiap anak agar mau datang ke sekolah, masih ada yang tidak hadir. Kutanyakan kendala apa yang dialami anak-anak sehingga banyak yang tidak mengerjakan tugas. Tak seorangpun yang mengeluh atau komentar tentang kendala mereka. Kusuruh mereka datang ke rumah untuk mengerjakan bareng-bareng, namun yang datang hanya 2 anak. Aku juga sudah menyampaikan kondisi kelasku di grup WA wali murid dengan harapan mereka bersedia aku ajak kerjasama memotifasi anaknya. Aku benar-benar pusing dibuatnya.
Beban perasaan ini begitu terasa berat, tatkala guru-guru menyampaikan keluhannya kepadaku. Aku merasa semua kesalahan tertuju padaku sebagai wali kelas. Sempat aku menangis, seakan-akan aku merasa tak mampu menjadi wali kelas. Haruskah aku mengundurkan diri dari wali kelas, namun itu tak menyelesaikan masalah. Aku mencoba menenangkan diri, dan kukembalikan semua permasalahan kepadaNya. Mungkin ini semua ujian bagiku. Aku hanya bisa pasrah, dan berdoa agar anak-anak perwalianku diberi kesadaran akan tanggungjawabnya, sembari tak bosan-bosannya aku mengingatkan mereka. Mungkinkah di luar sana ada yang mengalami seperti yang kualami?
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar