Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nasi Bungkus Luna (2)
Shutterstock.con

Nasi Bungkus Luna (2)

Tepat pukul enam lebih dua puluh lima menit, Luna tiba di sekolah. Dia hanya punya waktu dua puluh menit untuk membersihkan teras dan taman di depan kelasnya. Pukul tujuh kurang lima belas menit, seluruh siswa harus sudah berada di halaman depan sekolah untuk mengikuti upacara. Fira dan Leo juga sudah datang. Mereka akan membersihkan bagian dalam kelas.

Sepuluh menit berikutnya, Azzam datang. Dia juga piket kebersihan hari ini. Dia seharusnya membantu Luna membersihkan bagian depan sekolah. Khusus menyiram pot-pot gantung dan taman.

"Maaf ya, Lun. Aku terlambat. Ayahku masih mengantarkan ibuku ke pasar," kata Azzam pada Luna.

"Tak apa. Ayo, segera ambil ember dan sapu lidi. Pot-pot gantung dan taman itu belum disiram," jawab Luna sambil menunjuk ke arah timur taman.

Dia sendiri sudah hampir selesai menyapu teras dan akan menyapu taman. Azzam pun segera menuju kamar mandi sekolah untuk mengambil air dan menyiram.

Saat bel tanda upacara segera dimulai, mereka berempat telah tuntas dengan pekerjaan masing-masing, kecuali Azzam yang masih membawa dua ember air menyiram beberapa tumbuhan yang tersisa. Tetapi setelah itu, dia segera bergabung dengan anak-anak yang sedang melakukan persiapan upacara.

"Ayo, Zam. Segera kembalikan embernya ke kelas. Keburu mulai tuh upacaranya," kata Leo pada Azzam.

"Iya. Dikit lagi, nih. Aku nyusul," jawab Azzam tanpa menoleh dan terus menyiram.

Tepat pukul tujuh, upacara bendera hari Senin dimulai. Petugasnya adalah siswa kelas delapan. Kakak kelas Luna. Upacara berjalan lancar dengan bu Santi, guru matematika, sebagai pembina.

Begitu upacara selesai, anak-anak berhamburan. Biasanya mereka akan menuju kantin atau koperasi sekolah untuk sekadar membeli makanan. Ada waktu istirahat sepuluh menit.

Luna pun segera menghamburkan dirinya ke dalam kelas. Dia belum sarapan. Dia ingin makan bekal nasi yang dibungkuskan ibunya dari rumah. Lapar sekali rasanya.

Tetapi, betapa terkejutnya dia. Ketika sampai di kelas, nasi bungkus di dalam kresek berwarna biru itu tidak ada di atas mejanya. Padahal, tadi ketika dia meninggalkan kelas untuk mengikuti upacara bendera, dia masih ingat betul, tas kresek biru itu ada di atas mejanya. Tepat di sisi kanan tas sekolahnya. Dicarinya ke dalam laci meja, meski dia yakin dia tak meletakkannya di situ. Tidak ada pasti. Juga di dalam laci Rani, teman sebangkunya, juga tidak ada. Siapa yang mengambilnya? Siapa yang telah memakan nasinya?

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Nasi bungkus pun jadi cerita. Baarakallaahu

17 Jan
Balas

Hehehe ....hehee.. makasih ya Om Herru. Sehat dan barakah umur selalu ya, Om.

17 Jan

Jadi penasaran bun siapa yang memakannya

17 Jan
Balas

Heeee... Ikuti cerita selanjutnya ya, Bund. Makasih kunjungannya ya, Bund. Thanks sudah membaca. Sehat dan barakah umur selalu, Bund. Aamiin.

17 Jan

Nyimak #2. Kemana nasi Luna?

20 Jan
Balas



search

New Post