Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Nasi Bungkus Luna (5)
Shutterstock.com

Nasi Bungkus Luna (5)

Pak Damian mengeluarkan nasi bungkus dari tas kresek berwarna biru itu dan membukanya. Lalu, Pak Damian menatap wajah Radit dan Luna. Bergantian. Satu persatu.

“Luna, Radit tidak bohong. Ini memang nasi Radit. Isinya seperti yang dikatannya. Kamu salah, menuduh tanpa alasan,” kata Pak Damian menatap Luna. Kali ini tatapan mata Pak Damian lebih tajam dari yang sebelumnya. Sepertinya dia sangat kecewa dengan Luna.

Luna yang ditatappun merasa sangat bersalah. Harusnya dia bertanya terlebih dahulu. Bukan langsung menuduh.

“Coba kamu lihat ini kalau kamu tidak percaya, Lun. Ini nasi Radit. Persis seperti yang dia katakana kepada bapak tadi. Lalu, apa yang seharusnya kamu lakukan?” tanya Pak Damian lagi.

“Saya menyesal sudah meuduh Radit. Saya minta maaf, Pak.,” kata Luna kepada Pak Damian.

“Mintalah maaf kepada Radit, Lun. Bukan pada bapak,” jawab Pak Damian.

Luna akhirnya meminta maaf kepada Radit. Diulurkannya tangannya tanda dia meminta maaf dengan sepenuh hati. Radit pun menerima dengan sepenuh hati. Mereka berdua pun kembali ke bangku mereka dan bersiap mengikuti pelajaran Pak Damian.

Sebelum memulai jam pelajaran Pak Damian memastikan kembali kepada para siswa yang tahu nasi bungkus Luna agar memberitahu Pak Damian. Semua menyanggupi itu. Pak Damian pun memulai jam pelajaran. Suasana kelas jauh lebih sepi dari biasanya. Kejadian pagi ini benar-benar membuat suasana kelas menjadi kurang nyaman. Jauh di lubuk hati Luna, Luna menyesali kejadian pagi ini.

Tetapi, Luna pikiran Luna belum bisa sepenuhnya menyimak pelajaran jam pertama hari ini. Dia masih bertanya-tanya ke mana nasi bungkusnya? Siapa yang sudah mencurinya?

“Lalu siapa yang mencuri nasiku, Ran?” Luna bertanya lagi kepada Rani. Pikirannya tak lepas dari nasi bungkusnya.

“Aku nggak tahu. Aku nggak mau menuduh teman kita. Kayaknya nggak mungkin. Kalau misalnya tadi ada teman yang mencuri, mereka pasti sangat takut karena Pak Damian tadi sudah mengumumkan,” kata Rani.

“Nanti pas waktu istirahat bantu aku nyari ya,” pinta Luna kepada Rani. Rani pun menyanggupi.

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses selalu ya Bu

20 Jan
Balas

Aamiin ya Allah. Terima ksih bnyak doanya bund

21 Jan

Siapa kira-kira yang mengambil nasi Luna? Penasaran dan semakin menawan kisahnya bun.

20 Jan
Balas

Hehehe.. iya. Makasih banyak Bunda. Nanti ada deh bund jawabannya

20 Jan

Mantap ceritanya, Bu Tri. Salam sehat selalu!

20 Jan
Balas

Terima kasih kunjungan dan apresiasinya ya, Bund. Barakallah. Sehat selalu. Aamiin

21 Jan

Nyimak #5. Siapa ya yang ngambil nasi Luna?Penasaraaannnn...Hehe....

20 Jan
Balas

Ini kisah nyata, Pak Nurul. Tragedi di sekolah. Alurnya mirip begitu, hanya saya ubah di beberapa bagian. Hehehe

21 Jan

Terima kasih sudah mengikuti dan berkunjung. Barakallah. Sehat dan sukses selalu. Aamiin

21 Jan

Aamiin. Sama-sama bu

23 Jan



search

New Post