Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pesta Kembang Api (2)
IDN Times

Pesta Kembang Api (2)

Aku mengambil dua petasan kembang api. Jazul pun dua. Reno, Faris dan Heru juga masing-masing satu.

“Cukup tujuh saja ya malam ini. Sisa kita akan bakar dan nyalakan menjelang lebaran ketupat,” kata Jazul menegaskan.

Kami bertiga menyetujui itu. Setelah dihitung masih sisa enam petasan kembang api yang ada di dalam bungkusnya.

“Teguh dan Jazul duluan. Mereka kan pegang dua. Kita nanti saja terakhir. Kan Cuma pegang satu-satu,” kata Faris.

“Boleh. Aku dan Jazul lepasin satu aja dulu. Lalu nanti kalian. Sisanya yang satu lagi nanti dilepasin kalau kalian udah selesai,” kataku pada Faris.

Tanpa banyak perdebatan, kami berlima pun sepakat saling bergantian melepaskan petasan kembang api itu ke udara. Dua anak yang melihat kami ada di lapangan datang mendekat. Anak kampung sebelah. Mungkin masih duduk di bangku sekolah dasar. Jazul mengenal dua anak itu.

“Ayo, Guh. Kamu duluan yang ngelepasin petasannya. Ini koreknya. Jangan jauh-jauh. Cukup di sini saja, biar orang kampung tahu,” kata Jazul padaku.

Aku pun mengambil korek dari tangan Reno. Reno pun membantu menyalakan kembang api yang akan di tanganku.

Begitu petasan kembang api itu menyala dan berbunyi di udara, lalu muncullah kilatan api yang berwarna-warni di udara, aku merasa sangat bangga. Sukses membuat petasan kembang api dengan keindahan yang luar biasa.

Tak lama dari itu, lapangan mulai ramai dengan anak-anak yang datang secara bergerombol. Mereka ingin menikmati indahnya petasan kembang api yang kami lepaskan ke udara. Kami berempat sungguh bangga.

“Rame nih, anak-anak datang,” bisik Faris di telingaku.

Aku tersenyum lebar. Bangga sekali aku karena petasan pertama yang aku nyalakan dan sukses mewarnai langit di atas lapangan yang mengundang anak-anak datang ke tempat kami.

Kini giliran Jazul. Sekali lagi, langit di atas lapangan penuh warna-warni. Suara petasan kembang api itu menggetarkan setiap sudut-sudut lapangan dan bahkan terdengar seantero kampung.

Lalu Reno dan Faris. Sebenarnya ketika petasan kembang api milik aku dan Jazul sudah memenuhi langit di atas lapangan, anak-anak sudah banyak berdatangan. Nah, ketika giliran Faris dan Rena menyalakan kembang api mereka, mereka datang jauh lebih banyak lagi. Kalau dihitung, sudah lebih dari dua puluh anak yang ada di lapangan ini menikmati petasan kembang api yang kami nyalakan di udara.

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post