Tri Sulistini

Guru di SMPN 6 Pamekasan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Raffa's Story (105)
Nanakulo.com

Raffa's Story (105)

Ah, ada rasa nyeri di suara itu. Sapaan yang dibuat ceria itu tetap saja terasa perih. Barulah aku paham, Bang Muis memang benar-benar menarik diri dari kehidupanku. Menjauh dan menepi sedikit demi sedikit sejak Bang Herdi kembali hadir.

Aku merasa tak lagi nyaman. Aku pun merasakan nyeri itu. Bang Muis ada saat semua orang meninggalkanku. Bang Muis mengulurkan tangan saat tak ada satupun tangan menopangku. Bang Muis memberikan bahunya saat tubuhku limbung hendak terjatuh. Ya, hampir satu tahun semua kami lalui bersama, meski tak sesering anak muda bersama. 

Kehadiran Bang Herdi memang membuat anak-anak kembali ceria. Kurasa wajar, dia papa mereka. Darahnya kental mengalir di tubuh mereka. Tapi, hatiku masih patah. Tak lagi bisa utuh seperti semula. Saat tak ada Lila di antara kami. 

"Masuklah, Bang. Kita ngobrol di dalam saja," tawarku pada Bang Muis yang masih menyapa Raffa. 

Tanpa mengiyakan, Bang Muis masuk ke rumahku. Aku menemaninya duduk di kursi ruang keluarga, menatapnya dengan teliti. Saat seperti itu, aku tersadar, lelaki dengan semua yang dimilikinya ini, nampak begitu bersahaja. Tak nampak sama sekali kemewahan, keangkuhan dan sikap tinggi hati. Terkadang, manusia akan terbuka pikirannya saat hal tak nyaman menimpa hidupnya. 

"Ke mana aja, Bang? Kok lama nggak muncul? Tuh, ditanya si Rafif?" kataku jujur. 

Memang, beberapa hari ini Rafif bertanya tentang Bang Muis. Dia memang terlihat ceria saat ada Mas Herdi. Tetapi, dia nampak jauh lebih bahagia, saat Bang Muis hadir di antara kami. 

"Oh, ya? Hanya Rafif rupanya yang menunggu kehadiranku. Bukan mamanya," jawab Bang Muis. 

Sontak aku terkejut. Bang Muis bicara soal hati dan perasaan? Sejak kapan? Bukankah selama ini kami tak pernah menyinggungnya? Tak pernah sekalipun membicarakannya meski semua yang dia lakukan adalah wujud keinginannya untuk menemani hidupku? Ada apa? Apakah semua itu karena cemburu dengan kehadiran Mas Herdi?

"Maksudnya, Bang? Abang minta aku juga nunggu kehadiran Abang, begitu?" tanyaku pura-pura tak paham.

 

#bersambung

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ini diaaa...crt yg sy tunggu2 lamaa bund...lanjutt bang Muis. Eh kliru bang Herdi aja dech...hahaha

15 Sep
Balas



search

New Post