CINTA DATANG DARI PERUT
Hari Ke #9
#TantanganGurusiana
Ada pepatah yang masih teringat betul dari sebuah film Jepang yang lupa judulnya: “Cinta datang dari perut”. Ceritanya adalah berkisar kisah sebuah keluarga dan ibu yang hobi menyiapkan makanan untuk keluarga. Dan menjadi kesayangan, karena masakan ibu adalah yang terhebat. Karena dimasak dengan bumbu cinta..
Dan sangat mempercayai. Karena saat usia 38 tahun dan Ibu meninggal, setelahnya setiap bertemu makanan yang selalu Ibu buatkan, teringat. Ini masakan Ibu. Bahkan dulu saat masih muda selalu protes karena masakan Ibu tidak terlalu sedap, setelah beliau meninggal, malah merindukan masakannya yang dulu dikatakan kurang sedap. Menikmati makanan-makanan sederhana yang dulu Ibu selalu buatkan, teringat masakan Ibu. Hebatnya cinta dalam sebuah masakan.
Sejak kecil terlatih, makan di rumah. Karena meski ibu berdagang di pasar dan pagi harus sudah berangkat, nasi beserta perlengkapannya sudah tersedia di meja makan saat kami bangun tidur. Dan makanan tidak pernah terkunci di lemari. Tersedia di meja makan dengan terbuka, leluasa untuk dinikmati. Tidak ada bedanya dengan yang disajikan ke bapak. Hanya saja, untuk bapak selalu ditempatkan di tempat tersendiri. Jadi tidak pernah diobok-obok anak-anak.
Sekarang, di kelas saat istirahat, sering melihat beberapa anak membawa bekal dari rumah. Anak-anak ini menikmati makanannya dengan tenang. Meski makanannya tidak seperti makanan di kantin, makanannya sederhana, tetapi cara menikmati makanan ini terlihat tenang. Anak-anak nyaman dan terlihat wajah bahagia, saat menikmati bekal yang dibawakan oleh ibunya dari rumah. Mungkinkah karena makanan ini penuh dengan doa dan rasa cinta..?
Jika dikatakan mitos, abaikan. Yang pasti, saat makanan dimasak di rumah oleh seorang ibu, bibi, nenek, kakak, atau mungkin ayah atau kakek, setidaknya saat memasak menggunakan bahan yang dipilih. Bersih, dan tidak menggunakan bahan-bahan tambahan yang membahayakan. Dari segi kesehatan, setidaknya makanan dari rumah bisa dipertanggungjawabkan. Dari segi lain adalah, murah. Seorang ibu akan mampu menghemat pengeluaran dengan memasak sendiri, dibandingkan dengan membeli masakan siap saji.
Sesibuk apapun seorang ibu, atau ayah.. usahakan untuk menyiapkan makanan anak-anak dengan tangan sendiri. Tidak selalu membeli makanan siap saji, atau makanan instan. Karena, masakan yang dibuat oleh ibu atau ayah, atau anggota keluarga, akan membawa efek ikatan kasih sayang. Perhatian dan kasih sayang tidak hanya memberikan uang, memenuhi kebutuhan, atau sekedar pelukan. Tetapi masakan akan membawa cinta. Percayalah, cinta bisa berasal dari rasa kenyang bercampur kasih sayang di perut…
Tulungagung, Kamis, 20 Pebruari 2020. 21.42 Wib
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar