PERSIAPAN LOMBA (Cerita MIni)
Menjadi guru adalah sebuah takdir yang tidak pernah diimpikan oleh Rani sebelumnya. Hobi vespanya, touring ke penjuru kota, kopi darat dan aktif di klub skuter menjadi kegiatan yang tidak pernah bisa ia tinggalkan. Namun, di balik itu semua, kenyataannya sekarang adalah ia telah menjadi seorang pengajar…PAUD.
“Jangan lupa, lomba-lomba untuk peringatan hari Anak Nasional segera dipersiapkan ya Bu Rani” sebuah pesan Whatsapp muncul jam 7 lewat 15 menit.
Rani segera mempersiapkan diri. Celana kain berwarna hitam dan atasan hem kotak-kotak dengan lengan dilipat ke siku, rambut yang kali ini bergaya bop dan tak lupa, jaket jeans. Dia menyambar kunci kontak di atas kulkas, sembari menenteng tas ransel dan sebotol tumbler berisi minuman jahe hangat.
“Aku pasti bisa menaklukannya. Bismillah, semoga hari ini lancar, meski suara jadi serak-serak basah” gumamnya.
Anak- anak didiknya di PAUD Kusuma kelas B adalah 10 anak-anak yang super menurutnya. Heterogen. Berasal dari berbagai latar belakang dan memiliki minat yang beragam juga. Kemampuan psikomotoriknya berkembang dominan, di kelas apalagi di halaman saat istirahat. Tak ada kata lelah bagi mereka meski peluh membasahi seragam. Memasuki gerbang sekolah sederhana dari bambu, mereka selalu menghambur menghampirinya ikut naik vespanya. Ada yang berdiri di depan, di jok belakang, bahkan ada yang mendorong biar vespanya bisa lari kencang kata mereka. Itu menjadi amunisi tersendiri bagi Rani. Riuhnya anak-anak selalu membuatnya bersemangat, se-semangat matahari bersinar di langit biru pagi itu.
Rani menyibak poni di dahinya, menghapus keringat. Terlihat jelas kursi dan meja yang sengaja dicat berbagai warna agar anak-anak tetap betah belajar di dalam kelasnya. Hiasan jendela hasil karya anak-anak, bergerak tertiup angin sepoi yang masuk lewat pintu yang dibuka lebar. Mainan block brick atau biasa disebut lego yang disusun menjadi sebuah istana terpajang di bagian depan kelas.
“Disinilah mungkin hidupku. Tanggung jawab besar atas mereka. Bagaimana mengantar mereka menjadi manusia yang berkarakter sejak awal. Mencoba menemukan bakat mereka, mengembangkannya, dan mengasah keberaniannya untuk menunjukkan apa yang mereka bisa.” Lamunnya.
Disiapkannya sebuah teks puisi, rekaman lagu pengiring, dan beberapa catatan penting untuk ia sampaikan kepada para siswanya sebentar lagi, latihan lomba musikalisasi puisi.
“Halooo…haii…selamat pagi semua. Anak-anak ibu, sehat semua kan? Sebelum kita mulai latihan hari ini, kita berdoa terlebih dahulu yuk, biar Tuhan memberi kelancaran buat kita dan bisa sukses dalam lomba besok. Baiklah, yang sudah bisa mendengar suara ibu dengan jelas, acungkan dua jempol kalian yaaa.” Sapanya di depan sebuah layar yang menampilkan ke-10 wajah anak didiknya.
Pandemi berakhirlah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Selamat mengabdi menjadi guru, barakallah
Aamiin.. semangat bund... :)