Anak minta HP tidak serta merta langsung aku belikan. Anak harus penuhi syarat- syarat. Diantara syarat itu adalah anak harus membantu di sawah. Matun dan mengambil keong pengganggu padi. Menjemur padi tanpa ada keluhan. Akhirnya lolos juga, lolos dari ujian dan dapat HP. "Na, ibu tinggal sebentar ya. Ibu sedang menanak nasi, jangan lupa dimatikan ya apinya." "Ya Bu," jawab Nana sekenanya.

Tengah asyik memilih pepaya di kebun, untuk dijual di pasar, kelihatan semburat matang. Lumayan, hari ini pepaya yang matang bisa aku jual untuk uang jajan anak-anak. Bergegas aku pulang.

Rumahku kok kelihatan banyak orang, ada apa gerangan ya. Terlihat di dapur basah semua. Air menggenang di mana-mana. Sebelum keluar pertanyaan dari mulutku, pandangan mataku tertuju pada komporku. Ya ampun, komporku tampak hitam legam. " Apa ini Na?" aku angkat dandang yang berisi nasi, hitam semua. Aku beralih pada kompor gas di belakangku, cukup berbahaya bila aku perbaiki dan aku pakai lagi. Terlihat Nana duduk ketakutan. Aku pegang tangannya dingin sekali. "Maafkan Nana Bu." Aku tarik berdiri dan aku tatap matanya. "Tadi dengar pesan ibu tidak? Ini bisa terjadi seperti ini karena apa?" " Kompor satunya Bu, yang terbakar. Bukan salah Nana." " Ini terjadi karena dandang kehabisan air, kenapa bisa kehabisan ? Kak Nana bisa jelaskan beserta akibatnya?" "Kompor sebelahnya yang medak Ibu." "Tidak kakak, penyebab sebenarnya adalah dandang kehabisan air makanya panas dan meledak, nasi pun gosong."

"tulah akibat tidak memperhatikan pesan, karena asyik hp jadi nasi gosong, kompor pun harus ganti."