PERCAYALAH
PERCAYALAH
Rumah kelihatan sepi. Bedakku bertaburan di lantai. Lipstikku, aduh patah dan tampak habis terkena benda keras. Kutidurkan Sukma yang sudah terlelap. Dengan mengelus dada sabar sabar tentu marah suamiku. Kuperiksa administrasiku duh Gusti mohon ampun administrasiku yang belum selesai, sekarang sudah seperti rematan krupuk gado-gado. Harapan menyelesaikan administrasi untuk kenaikan pangkatku sirna, dadaku berdebar gemetar salah apa aku sampai seperti ini.
Tahu aku datang, tapi tidak menemuiku. Kulihat di kandang ayam, “Mas aku datang kok kamu diam saja,trus itu administrasiku kok diremat seperti krupuk gado-gado, itu kurang sedikit mau aku selesaikan untuk kenaikan pangkatku kok dbuat seperti itu tega kamu.” Mas Ardi tetap diam dan tidak mau melihatku. “Apa memang tidak suka aku mengajukan kenaikan pangkatku?”. ‘Aku susul ke Dieng karena mau ada kunjungan dan kamu harus datang, kamu tidak ada.” “Lho kamu kan tahu ini liburan tentu aku pulang”. Mas Ardi tetap diam. “Ya sudah kalau memang aku sudah tidak dipercaya aku mengundurkan diri juga tidak apa-apa.” Ada rasa getir didadaku, terbayang beratnya orang tuaku membiayai aku kuliah. Kuusap air mataku yang semakin tak terbendung. Kutumpahkan sesak dadaku, kutumpahkan seluruh kepedihanku, kepedihan karena tidak dipercaya.
“Tuhan beri kesabaran aku, olong damaikan kami yang dalam permasalahan yang seharusnya tidak menjadi permasalahan.” Terasa tangan memegang punggungku,”sudah sudah.” suara Mas Ardi membalikkan badanku. Kamu di mana saat temanmu yang lain masih di rumah dinas? Malam-malam lagi, apa aku tidak khawatir? Temanmu bilang kamu pulang, aku langsung balik kanan mencarimu, karena kamu pernah nekat pulang jam 24.00 WIB saat aku opnam, aku pikir kamu pulang Jogja. Kamu dimana coba?” Aku tidur di rumah Bu Is, karena bus yang mau aku tumpangi jurusan Purwokerto-Semarang yang malam rusak, itu alasannya.” Mas Ardi memelukku, “Aku bukan tidak mempercayaimu tapi karna aku mengkhawatirkanmu, sepanjang hari aku mencarimu.” Maafkan aku Mas yang telah membuatmu khawatir.” Kami pun saling mengerti.
Penulis adalah peserta Literasi Solo
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kesabaran. Semua akan indah pada akhirnya. Tulisannya keren, bu
iya pak, terimakasih pak Leck Murman, mohon bimbingannya.
Sabar.! Pasti ada solusi. Smangat.. Bu.
iya pak wiyono as makasih atensinya. saat ini kami sudah bersama karna aku sudah mutasi, suamikupun juga pindah tugas satu kecamatan dengan aku.
tema cerita dan alurnya bagus ko hanya sedikit tentang penulisan kurang teliti, misa kata 'opnam', 'dimana', 'kawatir' ... tetap semangat menulis
matur nuwun masukannya mbak
Siiip.. tulisan yang indah. Hanya perlu sedikit editing pada beberapa penulisan kata dan tanda baca. Misal: didadaku, kawatir, kamipun,
matur nuwun masukannya mbak
Bagus dek, bahasanya sdh bagus. Aku masih pengen ada lagi cerita lainnya setelah itu.. hehe. kurang panjang konfilknya.. (org sdh damai kok nyari konflik ya.. ) biar dramatis aja..
he..he baru buka lagi