Pulang Bimtek seraya kakiku tidak menyentuh tanah, sampai di lampu Lalin tergagap karena tepukan di pundakku. Sebuah mobil Terios memepetku, rupanya Bu Prihatin temanku kuliah tahun 2005. “Tidak usah dipikir Dik, santai ae.” Aku tersenyum padanya sambil kulirik lampu yang sudah berwarna hijau.

Pelan kutaruh tasku takut laptopku terbentur benda keras. Mas Ardi belum pulang, ingin sekali segera kutumpahkan gejolak batinku. Sebelum ini aku sudah niat ambil S2 PGSD, belum tersampai rencanaku ternyata aku tertabrak Permendikbud No. 46 Tahun 2016. Tahun 2013 sebenarnya aku sudah ambil PGSD 3 semester karena aku sudah S1 PBSI. Baru satu semester aku berhenti karena urus orang tua yang minta ini itu kalau diceritakan bisa sepuluh halaman.

Saat ini aku hanya pegang satu juta rupiah padahal aku butuh sekitar tujuh sampai delapan juta, ATM suami yang aku pegang tinggal dua juta. Kemana aku bisa dapat uang segitu dalam tempo singkat. Itu semua seandainya diijinkan suami, beberapa bulan yang lalu suami sudah menyetujui aku kuliah S2. Saat ini keputusanku ambil S1 lagi dengan alasan aku mau maju ke 4a. Aku rebahkan badanku, masih terngiang ditelingaku penjelasan Pak Toni Tri Bintoro dari BKPP dahulu BKD dan Pak Suroto dari Diknas Sukoharjo. “Njenengan pangkat terakhir apa?” tanya Pak Suroto. “3d Pak, tapi saya sudah menilaikan S1 PBSI Pak.” Jawabku. “itu tidak linier, kalau puas mentok 3d ya tidak usah kuliah lagi tapi kalau kepingin maju ke 4a dan seterusnya ya silahkan kuliah PGSD.” Jelas Pak Suroto tak bisa ditawar lagi.

Tengah malam suamiku baru pulang. Setelah cukup istirahat kupijiti kaki Mas Ardi, sambil kuutarakan permasalahanku. “kalau kuliah ya S2 sekalian, tapi ya terserah kamu bagaimana enaknya.” Kuusap wajahku penuh bimbang. “S2 PGSD di UNIVET baru proses perijinan, entah sampai kapan, kalau S1 paling 3 atau 4 semester selesai saat Sukma masuk kuliah aku sudah selesai. Aku juga bisa naik ke 4a.’ Mas Ardi menghela nafas dalam dalam. “aku sudah bilang dari tadi Bu, apa keputusanmu aku dukung toh kamu yang atur keuangannya. Gajiku kamu yang pegang dari dulu, kalau masih kurang aku carikan.’ Plong rasanya dengar jawaban Mas Ardi. “Daftar saja, aku carikan uang kekurangannya.” “Aku butuh 7 atau 8 tuh Mas.” Kataku memperjelas. :Sudah istirahat tidur besok pasti ada jalan.” Katanya.

Sepulang sekolah aku diajak Mas Ardi ke sawah, rencana akan dipetik Hari Jum’at atau Hari Sabtu. Ada pedagang yang menawar Rp 490.000,00 perkwintalnya, Mas Ardi minta Rp 520.000,00 perkwintalnya. Setelah tarik ulur akhirnya ada kesepakatan harga. Rencana tidak semua aku jual, sebagian aku bawa pulang.

“Mas, besok Senin aku harus bayar.” “Berdoa saja pasti nanti ada jalan,” jawab Mas Ardi. Sabtu pagi pedagang menelpon, padi mau dipetik. Untung saja Mas Ardi tidak dinas hari ini, jadi bisa menunggu petik padi. Bersyukur dapat 38 kresek. 30 dijual dan 8 dibawa pulang. Hasilnya bisa untuk tepati janji kepada Sukma beli HP Vivo, sisanya bisa untuk bayar kuliahku. Yang penting aku selamat dari permen baru.