Tukijo

Berpikir cerdas dengan Menulis.Menjadi pribadi yang berpikir.Sebagai Guru dan Trainer Kepenulisan bagi guru di Jawa Tengah....

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengasuhan Ayah bagi Anak, Pentingkah?

Pengasuhan Ayah bagi Anak, Pentingkah?

Mendidik anak bukan sekadar tugas ibu saja di keluarga. Meski di keluarga menjadi ruang pendidikan yang pertama. Bahkan ibu menjadi madrasah pertama bagi anak. Kesan ini kian menasbihkan bahwa tugas ibu itu tidak hanya masak tapi juga menjadi guru bagi anaknya di rumah. Lantas di mana Ayah?

Paradigma berpikir yang keliru sering kali dijadikan keyakinan yang keliru pula. Mendidik anak itu menjadi kewajiban kedua orangtua. Namun dengan dalih sibuk kerja dan bertugas mencari nafkah, sering kali asuhan anak dipasrahkan pada ibu saja. Jangan tanya betapa repotnya?

Di sisi lain bekerja domestik di rumah, di sisi lain mesti berjibaku mengajari anaknya. Bahkan bukan hanya berhenti di situ saja, urusan rapat di sekolah, mengambil raport sering kali sang ibu yang mesti datang. Di mana keberadaan ayahnya?

Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi tetaplah di gerbang itu atau dilepaskan. (HR> Tirmidzi). Dari hadist tersebut sangat jelas peran dan campur tangan ayah dalam pengasuhan anak. Sejak kecil sampai ia ke sekolah, peran ayah sangat urgen.

Ayah harus hadir di dalam pendidikan anak. Ia memiliki peran dan nilai yang tidak sama dengan sang ibu. maka dengan hadir keduanya akan melengkapi nutrisi otak dan nilai anak. Ayah juga tak serta merta abai dengan tugasnya di rumah. Memang, ayah memilki peran utama mencari nafkah untuk keluarga. Namun sedemikian mungkin bisa berbagi waktu untuk mengambil peran dalam pengasuhan anak. Misalnya anak laki-laki membutuhkan ketegasan, keberanian, dan ketangkasan, maka dari ayah itu ia akan mendapatkan.

Sebaliknya ibu memang berperan dalam pendidikan dan pengasuhan. Maka kelembutan ibu akan diberikan kepada anak. Begitu pula sifat-sifat ayah yang penuh kasih sayang juga akan diberikan kepada anaknya. Dengan demikian, peran pengasuhan ayah di keluarga, perlu diintesifkan agar terwujud kepribadian anak yang lebih yakin akan masa depannya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Matur nuwun

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May
Balas

Superrr. Briliant... Lanjutkan, Pak Jo...

22 May
Balas

Matur nuwun

22 May

Tulisan yang nendang! Benar sekali, mendidik anak bukanlah lomba lari estafet yang hanya dipegang ibu sampai garis finish. Ayah bukan sekadar mesin ATM berjalan. Anak juga butuh ketegasan, canda, dan teladan yang hanya bisa dihadirkan lewat kehadiran fisik dan emosionalnya. Ibu kuat karena punya partner, bukan single fighter. Kalau ayah-ayah sibuk cari nafkah' tapi abai hadir, jangan heran kalau suatu hari anak lebih dekat dengan sosok virtual di gawai ketimbang bapaknya sendiri.Ini bukan tentang siapa lebih penting, tapi bagaimana kolaborasi keduanya menciptakan generasi yang utuh. So, para ayah: jangan cuma kasih duit, kasih diri dan cinta kasihnya juga.

22 May
Balas



search

New Post