Gerakan literasi nasional(GLS) harus dilakukan secara masif sejak dini. Usia dini memiliki peluang yang luas untuk penanaman nilai karakter melalui bercerita. Memang bukan mudah menjadi pencerita. Diperlukan keterampilan bercerita bagi seseorang. Literasi diyakini akan mendobrak tingkat kecerdasan masyarakat. Untuk itu diperlukan keyakinan bahwa literasi akan berhasil. Dengan memulai di level anak usia dini.

Pola bermain anak usia dini akhir-akhir ini dibenturkan dengan maraknya bermain andorid. Mereka lebih asyik bermain game di Hp dari pada sekadar berbincang lebih lama dengan orangtuanya. Anak akan lebih fokus ke permainan yang mereka yakini lebih menarik. Dengan demikian guru dan orangtua harus lebih kreatif memanfaatka fasilitas , media, dan teknik berliterasi sejak dini. Misalnya melalui cerita.

Bercerita merupakan keterampilan berbahasa produktif (bebricara). Kemampuan berliterasi perlu sokongan semua pihak. Di keluarga misalnya orangtua sepakat untuk mengawali literasi sejak dini. Orangtua harus lebih tegas ketika ada hal yang harus diputuskan menyangkut literasi di keluarga. Misalnya boleh bermain ,lalu belajar, ngaji, makan, tidur, dan sebaianya.

Di ranah lingkungan sosial, kita bisa membangun taman literasi. Bisa kerjasama dengan pihak lain, pemerintah maupun masyarakat. BIsa membuat pondok paca, papan informasi publik, dan membangun mindset literasi yang baik. Melalui taman literasi tersebut, bisa disediakan buku bacaan yang beragam. Bukan hanya itu, perlu ada even -even untuk mengaktiualisasikan kemampuan berliterasi anaknya.