Tumini

Menulis untuk menebar kebaikan dan kebahagiaan, guru SMPN 1 Bunguran Timur Natuna Kepri...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hujan Bulan Juli (Tantangan Hari Ke-40)

Hujan Bulan Juli (Tantangan Hari Ke-40)

 

Hujan Bulan Juli

#TantanganGurusiana Hari Ke-40

Langit sama sekali tidak biru.  Abu-abu, bahkan di ujung sana.menghitam. Abu-abu tua atau hitam muda sama saja tergantung engkau berpihak pada  si abu-abu atau pada  si hitam. Hujan turun dengan rintik-rintik halus. Hujan bulan Juli. 

 

Aku sendiri termanggu menatap hujan dari balik jendala kaca kamarku. Tapi sebenarnya tatapanku kosong entah menatap apa. Aku teringat buku kumpulan puisi “Hujan  Bulan Juni”. Setelah Baru saja aku mendapati berita kepergian penulisnya  Sapardi  Djoko Darmono (Semoga Beliau ditempatkan di tempat yang terbaik di sisi-Nya. Aamiin).

 

Buku puisi pertama yang kumiliki. Ku beli tujuh tahun lalu karena ingin menandingi kepiawaian berpuisi seorang pengagum rahasiaku yang mengenal aku lewat facebook. Acapkali ia berkata “berpuisilah”.  Ia mengira akan bisa meluluhkan hatiku dengan bahasa-bahasa puitisnya. Walaupun kuakui puisi-puisinya memang sangat bagus, pilihan kata-nya sangat menawan, penuh makna, tidak klise dan murahan.

 

Kulumat habis buku kumpulan puisi Prof. Sapardi itu. Setelah itu aku merasa sangat nyaman mencurahkan apa pun yang kurasakan ke dalam kumpulan kata yang berbait-bait itu.

 

Lalu tanpa ku sadari aku bukan lagi sebagai penikmat puisi saja. Ketika pujangga tengik yang menyebalkan itu mengirimi aku puisi aku membalasnya dengan puisi pula. Tanpa kusadari kemampuanku berpuisi terlatih olehnya. Cukup lama kami berkomunikasi. Tiada hari tanpa puisi. Sampai pada akhirnya kuakhiri saja pertemanan ini karena aku tak ingin hubungan ini bertumbuh liar menjadi lebih dari sekedar teman. Aku sudah berkomitmen dengan seseorang ketika itu.

 

Hujan bulan Juli ini mengingatkan aku padanya…. Sayang sekali andai sebagian besar puisi-puisi kami yang saling berbalas itu kudokumentasikan…. Tentulah akan tercipta sebuah buku antalogi puisi  yang walaupun tidak pantas untuk disetarakan dengan Sepilihan sajak Hujan Bulan Juni.

 

Puisinya yang sempat tersimpan di HPku…

 

22 April  .... 11:17:35

 

Kamu tak mungkin dari dari cintaku yang 24 karat

 

 

 

22 april  ... 11.25.24

 

Tunggu fotomu hati meredam

 

Kemarin aku ke lentera

 

 

 

22 April ... 11.26.11

 

Ringkus aku dalam petangmu

 

Agar terkunci segala pintu bagi riwayat terang yg baru

 

 

 

24 april ... 20.36.48

 

Td kanda tax, jika dinda bersedia nikah dengan kanda tanpa ada unsur paksaan apa pun... maskawin yang dinda inginkan dan harus kanda bayar, apa maskawinnya?

 

25 April... 08.06.41 ..XL

Rindu.... adalah kamu

Tak jeda bermanja di pelataran hatiku

 

25 April ..08.17.29...xl

Rinai hujan basahi sepi

Saat rindu cekam diamku

 

Mau tau balasanku ketika membaca semua itu. Kuketik “PREEEEEEET” untuknya Hahaha.  Itu sebelum aku membeli Hujan Bulan Juni

 

 

 

 

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wah..knp tak ingat unt dokumentasi ya.. Keren sobat sukses slalu

20 Jul
Balas

Cerpen yang keren bun

19 Jul
Balas

Ceritanya asyik,Bu...sukses selalu untuk ibu.

20 Jul
Balas



search

New Post