Turino Kuswara

Turino Kuswara. Lahir di Desa Tinombo, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah, tanggal 22 Juli 1975. Riwayat Pendidikan yang per...

Selengkapnya
Navigasi Web
CINTA KAMI PERNAH BERSEMI (Bag. 42)

CINTA KAMI PERNAH BERSEMI (Bag. 42)

Pagi itu di ruang lobi kantor tempat Bobi berkerja duduk seorang wanita muda. Ia berusia sekitar 30-an tahun. Ia sedang menunggu seseorang di sana. Wanita itu adalah Dessy. Ia sudah berjanji akan bertemu Bobi. Ada hal penting yang ingin disampaikannya.

Sementara itu Bobi juga sedang bersiap untuk keluar dari ruang kerjanya. Ia baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan yang ditugaskan padanya. Dengan demikian ia bisa pamit sejenak pada bosnya.

“Pak, ini dokumen-dokumen yang sudah lengkap. Semuanya sudah saya periksa. Bapak tinggal menandatanganinya untuk disetujui.”

Bobi menyodorkan tumpukan dokumen yang harus ditandatangani bosnya.

Bobi menggaruk kepalanya. Ia ingin minta izin ke bosnya, namun ia sedikit ragu. Ia tidak punya alasan yang bisa disampaikan ke bos.

“Pak, apakah aku boleh pamit sebentar, aku ingin membeli obat di apotek.” Bobi memberi alasan. Dia yakin bosnya tidak akan banyak bertanya lagi.

“Ok, silakan! Tapi jangan kelamaan di luar. Masih ada beberapa dokumen yang harus kau siapkan untukku.”

Akhirnya Bobi diizinkan keluar. Bobi mengajak Dessy ke suatu tempat yang aman. Mereka berdua akhirnya masing-masing mengendarai sepeda motor menuju sebuah warung makan.

Setiba di warung makan, Bobi memesan makanan dan minuman. Mereka memilih tempat di sudut ruangan. Siang itu belum banyak pelanggan yang datang. Pelanggan warung makan ini kebanyakan adalah para pekerja. Mereka biasanya berkerja sebagai pegawai pemerintah dan pegawai swasta. Biasanya para pelanggan itu akan datang setelah jam istirahat.

“Apa yang ingin kau katakana padaku, sayang?” Bobi mulai menanyakan perihal penting yang katanya akan disampaikan oleh Dessy.

“Kau mau tahu, sayang?” Dessy balik bertanya sambil sedikit tersenyum manja.

Sementara itu Bobi dengan sabar menunggu apa gerangan yang ingin disampaikan wanita itu.

“Sebentar lagi kau akan menjadi ayah. Aku hamil sayangku!” Jawab Dessy dengan wajah penuh kebahagiaan.

Bobi terkejut mendengarkan pengakuan Dessy. Ia masih tidak percaya.

“Apakah kau serius, sayang?” Tanya Bobi penasaran.

Ia diliputi oleh rasa takut. Bobi sama sekali tidak menduga jika Dessy akan hamil.

“Kau masih belum yakin? Kita akan punya anak sayang. Dan karena itu kau harus mulai memikirkan apa yang akan kau lakukan. Jangan sampai usia kandunganku semakin lama.” Dessy sangat bersemangat ketika memberi tahu Bobi.

Mendengar pengakuan Dessy, Bobi semakin bingung. Ia diliputi ketakutan. Apalagi keadaan rumah tangganya juga saat ini masih belum membaik.

Mona baru beberapa hari ini kembali ke rumahnya. Ia pun mulai beraktifitas seperti biasa layaknya seorang istri di rumah.

“Bagaimana jika Mona mengetahui semua ini?”

Bobi sangat terpukul. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Sementara di depannya Dessy terlihat menikmati santapan dengan lahapnya. Wanita itu tidak merasakan sedikitpun apa yang dipikirkan Bobi. Bagi Dessy saat ini hubungannya bersama Bobi akan semakin kuat dengan kehamilannya.

“Sayang, apakah kau….” Bobi tidak melanjutkan pertanyaanya.

“Kenapa sayang, ayo makanlah dulu, kau pasti senang dengan keadaanku saat ini. Ia kan Bob?” Dessy begitu yakin jika Bobi juga sangat gembira dengan kehamilannya.

“Sayang, aku….aku belum siap” Bobi akhirnya mengucapkan sepatah kata yang ternyata membuat Dessy terkejut.

“Apa? Ini anak kita sayang. Apakah kau mau lari dari tanggungjawabmu? Kita bisa segera menikah, dan kau harus memikirkan itu.” Dessy sedikit marah dengan sikap Bobi yang seakan mau lari dari tanggungjawabnya.

“Kau tau Mona baru saja kembali ke rumahku bersama Gina. Itupun setelah kedua orang tuaku datang menemuinya.”

“Aku pasti akan dicaci maki oleh keluargaku jika sampai aku menikahimu dalam waktu dekat ini. Ada baiknya kita menunggu saat yang tepat. Tapi itu bukan saat ini.” Bobi berupaya meyakinkan Dessy.

Namun wanita ini tidak ingin menyerah.

“Kita kan bisa nikah diam-diam sayang. Kita bisa mencari tempat dimana kita bisa menikah diam-diam.” Dessy tetap dengan keinginannya untuk segera dinikahi Bobi.

Bobi berada dalam situasi yang sangat bertentangan. Di satu sisi ia ingin memperbaiki hubungannya dengan Mona agar kedua orang tuanya bisa memaafkannya. Tapi di sisi lain ada Dessy yang meminta dinikahi.

“Kau jangan terlalu banyak berpikir, Bob. Kalau kau tidak bisa membuat keputusanmu saat ini untuk segera menikahiku, maka aku tidak akan segan-segan mendatangi rumahmu dan memberi tahu Mona kalau aku telah hamil darimu.”

Kata-kata Dessy yang terakhir ini membuat Bobi tidak berkutik.

“Baiklah, tapi kau jangan coba-coba menemui Mona. Aku akan memikirkan apa yang harus kulakukan agar kau bisa segera kunikahi”. Jawaban Bobi membuat Dessy lega. Sesungging senyum jahat muncul di bibirnya. Kali ini niatnya untuk merebut Bobi akan segera terwujud.

Semakin siang pengunjung di warung itu semakin banyak. Bobi mengajak Dessy untuk keluar. Selanjutnya mereka pun berpisah di halaman warung itu. Bobi bergegas ke kantornya dengan perasaan gelisah, sementara Dessy dengan wajah sumringah dan penuh kepuasan melaju kembali ke rumahnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post