Tuti Haryati

Saya Tuti Haryati, lahir di Jakarta, 16 April 1975. Pemerhati inklusi yang selalu melayani dengan hati, memiliki hobi membaca dan menulis. Pemerhati ini menyele...

Selengkapnya
Navigasi Web
Siapa Dewa Siwa sebagai Maha Guru? TantanganGurusiana Hari Ke 28

Siapa Dewa Siwa sebagai Maha Guru? TantanganGurusiana Hari Ke 28

Mendampingi siswa belajar tentang sejarah. Ternyata semakin tertarik. Keunikan-keunikan khasanah ilmu tentang keberadaan jaman dahulu ternyata juga membawa ketertarikan tersendiri. Persiapan perlombaan tentang kepenulisan sejarah, ternyata asyik juga. Selain untuk menambah pengetahuan kita tentang sejarah. Semakin tahu tentang keanekaragaman sejarah Tulungagung yang belum tergali lebih dalam.

Semakin masuk untuk mengenali sejarah yang ada di Tulungagung semakin penasaran kami terhadap masyarakat jaman dahulu dalam menjalani kehidupannya. Kelihatannya sepele, tapi semua ini perlu untuk digali dan dikenalkan kepada generasi muda. Agar kita tidak lupa dengan sejarah yang ada di Tulungagung saat itu.

Kali ini saya akan mengembangkan bagaimana Arca Agastya ini bisa dikenali lebih jauh. Ciri-ciri yang nampak adalah digambarkan sebagai seorang laki-laki tua berbadan gendut dalam sikap berdiri. Mempunyai 2 tangan yang masing-masing membawa kamandalu (kendi) dan aksamala (tasbih) yang sudah sangat aus. Pada bagian sandaran terdapat trisula (tombak) bermata tiga dan camara (alat pengusir lalat).

Sejarah hidupnya Arca Agastya adalah penggambaran Dewa Siwa sebagai Maha Guru. Pada awalnya Agastya adalah seorang penyebar agama Hindu di India selatan, yang kemudian dalam perkembangannya sering dianggap sebagai salah satu perwujudan Dewa Siwa sendiri, dalam perannya sebagai penyebar ajaran agama Hindu. Selain itu penggambaran Agastya adalah orang India yang berbuat lebih banyak dari orang lain untuk mendirikan dan memajukan Hinduisme Brahmana di Jawa. Setelah meninggal dunia, beliau dimuliakan di Jawa dengan nama Bhatara Guru atau Siwa Guru. Bhatara kalau di Indonesia adalah sebuah nama yang diberikan pada kedewaan agung. Penggunaannnya pada Agastya ini menempatkan Beliau dalam hubungan dengan agama Hindu, sebagai suatu segi kedewaan agung. Agung bahkan bagi Trinitas Hindu. Sementara itu tidak banyak diketahui tentang sejarah dan seluk beluk hidup beliau.

Arca Agastya adalah merupakaan penggambaran Dewa Siwa sebagai Maha Guru, yang digambarkan seorang laki-laki tua berbadan gendut dalam sikap berdiri yang mempunyai dua tanggan yang masing-masing membawa kamandalu (kendi) dan aksamala (tasbih) yang sudah sangat aus. Pada bagian sandaran terdapat Trisula (tombak) bermata tiga dan camara (alat pengusir lalat).

Pada awalnya Agastya adalah seorang penyebar agama Hindu di India selatan. Penggambaran Agastya sebagai orang yang berusia setengah tua, tinggi, bertubuh tegap, berbahu lebar, mengesankan, menjadi agak degap (gemuk). Batang hidung beliau yang mancung menunjukkan seorang yang berasal dari India Utara. Beliau berjanggut, tetapi bercukur sangat hati-hati sekitar mulut, bila makan kebersihannya sempurna. Arca Agastya ini bertelanjang bulat sampai pinggang, seperti kebiasaan seorang Brahmana dalam cuaca panas; dan cara beliau mengikat kainnya dengan lipatan di belakangnya, sekali lagi menunjukkan asalnya dari India utara. Arca ini memakai ikat pinggang yang rumit, bertatahkan batu permata, menandakan layaknya seornag pejabat istana, dengan pangkat terendah sebagai penasehat.

Pendapat Dr. Austin Coates, Pengarang (Buku Islands of The South, Pica Press, NY, 1974) berpendapat bahwa Agastya adalah seorang menteri senior Istana Ashoka, bahwa beliau menggusarkan Maharaja Maharaja Ashoka oleh perlawanannnya pada Buddhisme dan bahwa beliau melarikan diri dari istana, akhirnya mendapat tempat perlindungan di kepulauan Sundarban, dimana pasukan-pasukan militer India tidak dapat masuk.

Anda suka sejarah?

Selamat belajar dan salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen infonya, usefull banget

11 Feb
Balas

Belajar memahami tapak tilas sejarah ternyata asyik jg

11 Feb

Follow back ya bu Tuti

11 Feb
Balas

Siap.... Semoga manfaat

11 Feb



search

New Post