Namanya Echi. Panggilan itu pula yang akrab kudengar dari anak-anak yang setiap hari menemaninya bermain. Wajahnya yang lucu dan tingkahnya yang menggemaskan membuat mereka sering betah berlama-lama dengannya. Apalagi Echi suka makan. Makanan apapun ia suka. Pantas semakin hari badannya semakin padat dan berisi, menambah chubby raut wajahnya yang putih bersih. Aku dan anak-anakku senang melihatnya tumbuh sehat dan lincah.

Sejak pertama kali datang di rumahku, Echi tak terlihat canggung. Dia langsung akrab dengan teman-teman di lingkungan barunya. Setiap pagi dan sore dia pasti ikut gabung, berbaur untuk makan bersama. Bahkan tak jarang pula dia segera datang menyambut, saat kupulang bekerja di sore hari.

Sudah dua hari ini aku kehilangan sosok Echi, entah kemana. Biasanya jika kupanggil namanya, dia akan segera datang mendekat. Kucoba untuk mencari tahu dan menanyakan kepada para tetangga, tapi mereka semua menjawab tidak tahu. Kemanakah gerangan dia? Aku jadi merasa bersalah karena selama ini tidak menjaganya dengan baik. Kupandangi jatah makanannya yang sudah dua hari ini tak tersentuh. Ada rasa sedih tapi juga pasrah, andai Echi tak lagi menjadi milikku. Kupandangi foto terakhir kalinya dia makan bersamaku. Echi, kelinci putih kesayanganku, kemanakah engkau pergi?