#Tantangan 90 hari menulis (hari ke-64)

#Tantangan Gurusiana

#Pentigraf

Baldus Pesu

Aku punya bu de (ibu gede) sudah meninggal bertahun tahun yang lalu, bude Sadikem namanya. Beliau adalah keponakan dari kakekku. Pak de Sakip suaminya bu de Sadikem juga sudah meninggal. Rumah beliau posisi tepat di depan rumahku, kebun dan halamannya luas, bu de Sadikem memang termasuk orang mampu di desaku. Anak-anaknya sudah mapan dan semua sudah punya rumah sendiri.

*****

Sebenarnya rumah tanah itu sudah diwariskan ke anak anaknya tapi dibiarkan tak terurus karena jarang ditengok apalagi dibersihkan. Rumah kosong dan kebun yang tak terurus membuat pemandangan di depan rumahku seram. Rumah tak dihuni lama kelamaan rusak, genting pada jatuh dan tembok juga sebagian ada yang ambrol. Seperti itu rumah bu de Sadikem, semakin seram.

*****

Mbak Untari salah satu putri bu de Sadikem adalah penerima hak waris sebagian dari rumah tanah itu, tinggalnya di Surabaya dan hidupnya cukup mapan. Sungguh tak diduga beliau berhati mulia, rumah tanah bagiannya yang lumayan luas diwakafkan untuk desa (dusun). Kami pun bersuka cita terutama saya, karena depan rumahku tak lagi sepi dan seram. Tanah wakaf itu oleh pihak dusun dijadikan balai dusun dan biasa kami sebut "baldus." bangunan baldus dibuat lumayan besar. Baldus kami yang asalnya kecil sebesar poskampling sekarang besar dan bagus. Yang paling membuatku senang tak lain karena depan rumahku tak lagi seram dan menakutkan, kini selalu ramai anak-anak dan remaja berkumpul bermain di baldus Pesu kesayangan.

*

By. Tutik Andayani

04/07/2020

Nganjuk, Jawa Timur