Tuti Rodiah

Belajar sepanjang hayat, Bekerja selagi kuat, berpirkir secara cermat. Mengajar di SMP 205 Jakarta lulusan IKIP Jakarta tahun 1996 jurusan Bahasa dan Sastra Ind...

Selengkapnya
Navigasi Web
Andaikan Bapak Tahu (1)

Andaikan Bapak Tahu (1)

" Teh, Jemput Emil di Bandara ya!" Suara Adikku dari seberang sana. Emil, keponakanku mendapat liburan semester. Dia akan pulang ke Indonesia setelah dua tahun tinggal di Jerman. Sementara adikku, bapaknya Emil bekerja di Qatar, tepatnya di Doha.

" Ya..pasti, ini lagi OTW", sahutku sambil bergegas menuju tempat parkir.

Bandara dekat dari tempatku mengajar, hanya lima belas menit, aku sudah sampai di ruang tunggu kedatangan Terminal 2 Bandara. Tidak berapa lama kulihat Emil melambaikan tangannya ke arahku di rengah penumpang pesawat yang baru saja tiba dengannya. Aku balas melambai sambil bergegas menghampirinya. Karena terburu-buru hampir saja seorang pria Jerman tertabrak olehku.

" Enschuldigung," katanya sambil menoleh ke arahku. Aku tersenyum sesaat , " harusnya aku yang minta maaf," gumanku sambil berjalan ke arah Emil.

Emil..ich liebe dich!" teriakku sambil menatapnya kagum. Emil yang dulu kurus, kini terlihat tinggi besar. Dia tertawa menyeringai " Bunda bisa aja, " dia tertawa sambil mencium tanganku. ku pun merasa lebih dekat bila mereka memanggilku seperti itu.

" Ayo, Kamu yang bawa mobil bunda yah," kataku sambil menggamitnya ke arah tempat parkir meninggalkan hiruk-pikuk bandara. " Oke, Bun, kemana kita?" tanyanya sambil mengambil kunci dari tanganku.

" Kita pulang dulu, sekalian nengok nenek yah, nanti malam Kamu yang jemput Apap ke sini. Tadi dia telpon bunda katanya sudah berangkat dari Doha." sahutku sambil memasang tali pengaman. " oh iya, Apap sampai, sini paling tengah malam, Bun."

Kami meninggalkan Bandara Soeta. Satu jam sudah sampai di rumahku. Ibuku menyambut kami di pintu, padahal dia sedang sakit sudah seminggu lamanya. Mungkin dia kangen pada anak cucunya. Begitu melihat kami turun dari mobil, ibu langsung menghambur memeluk Emil. Sambil bercucuran air mata dia menuntun Emil menuju ruang tamu.

" Kamu sudah besar sekarang ...." Ibuku berceloteh pada Emil. Kutinggalkan mereka berdua yang sedang melepas rindu sambil sesekali kudengar dari dapur Emil bercerita pengalamannya di negeri orang. Aku tersenyum sambil menghela napas. Andaikan bapak tahu, anaknya yang dulu ditinggalkannya, kini telah berhasil. Ibuku yang membesarkan kami dengan susah payah.'Ah andaikan Bapak Tahu," gumanku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post