Toowoomba, kota kecil di Brisbane. Kota yang asri ditumbuhi banyak bunga. Kami dari SMP 45 Jakarta membawa siswa untuk studi banding. sepuluh siswa dengan lima guru disebar di rumah penduduk setempat. Home stay kami berjauhan satu dengan lainnya, tetapi setiap hari kami bertemu di sekolah Darling Downs.

Setiap bertemu selalu saja ada cerita dan pengalaman unik. Pada hari pertama ceritanya hampir sama semua. Kami bertukar cerita tentang home stay, dan penggunaan toilet. Kami tidak terbiasa dengan toilet duduk. Untuk membersihkannya dengan menggunakan tisu. Di Indonesia air berlimpah untuk bersuci. Di Toowoomba, air dibatasi tidak boleh lebih dari lima menit menggunakannya. Toilet dengan tempat mandi berbeda. Toilet, ruangan kecil tanpa air, hanya. Kami tidak terbiasa menggunakan tisu.

" Bu saya pindah ke kamar mandi sebelah, baru cebok di situ," Celoteh salah satu murid kami sambil tersenyum nyengir.

" Kalau saya, dibuang dulu. baru air yang sudah bersihnya saya pakai cebok, Bu ," sahut yang lain.

Siswa yang lain berebut saling cerita dengan topik yang sama. Kami, gurunya menampung semua celotehan mereka sambil tersenyum. Memang seharusnya ada pemberitahuan dulu kepada siswa tentang kondisi di negara orang. Tapi kami juga, sebagai gurunya baru pertama kali berkunjung ke luar negeri yang berbeda budaya dan bahasanya. Belum lagi makanan yang jauh berbeda. setiap hari, pagi, siang, malam makannya hanya sepotong roti. Tidak ada nasi maupun sambal. Rasanya untuk perut orang Indonesia belum mengenyangkan, belum nendang, istilahnya.

Semua pengalaman di luar negeri merupakan pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga. Karena itu kegiatan studi banding ini sangat membantu dalam proses pembelajaran dan kecakapan hidup siswa apalagi untuk gurunya.