Aku Ingin Kembali
Terbangun setelah tidur yang lelap adalah anugerah hidup dan kebahagiaan. Demikian pula aku hari ini. Dingin subuh mengusik tidurku. Mataku memang tak serta merta terbuka. Sakit mata yang sudah sebulan memaksaku membuka mata perlahan-lahan. Sebuah siksaan, musibah, atau boleh jadi hukuman karena seringkali mata ini kugunakan memandang hal-hal yang mungkin Allah murka.
HP lawas ini berbunyi sangat nyaring. Sengaja kustel volume di angka tertinggi. Aku tahu ini pukul tiga subuh. Kalau saja aku yakin umurku masih 100 tahun lagi, boleh jadi kutarik lagi selimut dan memanjakan diri membiarkan mimpi-mimpiku bersambung.
Kebiasaanku dalam bulan ini, hal pertama yang kulakukan setelah bangun adalah menuju cermin besar yang tergantung di dinding kamarku. Subhanallah, wajahku sembap. Kelopak mataku bengkak. Tangisanku tadi malam menyisakan tanda. Aku tersenyum, entah senyum apa. Mungkin aku coba meyakinkan masihkah ada senyum manis di wajah perempuan bercucu dua ini. Ah, wajah ini tak menyisakan kesegaran.
Bergegas kubasahi wajah dengan air wudu. Nyes, air dari kran lebih dingin daripada hari kemarin. Segar menyusup ke setiap pembuluh nadiku. Subhanallah! Ya, Rabb, bersihkan wajahku dengan cahaya-Mu.
Melewati cermin di dinding kamarku, kutatap kembali sekilas wajahku. Rasanya lebih segar. Kudirikan shalat malam, bermesraan dengan Sang Pencipta. Seperti melanjutkan sebuah cerita bersambung, air mataku tumpah. Kejadian tadi malam seolah tak terjeda oleh lelap tidurku. Sang trainer muda yang tampan dan saleh menggiring sukmaku. Membenturkannya pada sebuah kesadaran tentang hidup, dan tugas penghambaanku pada Rabb Pemilik Semesta. Kesadaran tentang betapa kecilnya aku di tengah semesta. Trainer muda itu memaksaku untuk membuka kembali lembaran-lembaran hidup, membaca jejak-jejak kelam masa laluku.
Entah mengapa, sujudku kali ini terasa lebih lezat. Aku tidak ingin pagi ini beranjak pergi. Aku ingin gelap lebih lama memelukku. Aku tak ingin cepat-cepat bertemu dengan terang yang seringkali menggelapkan. Ada damai yang menjalar menghangatkan. Ada kebahagiaan aneh yang kurasakan. Kumandang adzan subuh memecah heningku.
Bergegas kujemput tawaran Allah untuk menggenggam dunia dan seluruh isinya. Aku berdiri menyembah-Nya dan membesarkan nama-Nya. Hingga sinar matahari menerobos sela-sela jendela rumahku. Rabb, akan kumulai hari ini dengan penuh kebahagiaan.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
cerpen yang teramat keren. Dahsyat
Ibuuuuuuuu..... Ah puitis bangeeet.... Siti hrs banyak belajar... :)
Luar biasa bu... semoga selalu dalam lindungan Allah SWT aamiin...
Trm kasih. Aamiin ya Robbal alamin
Cc Haji Tuti ,cerpen ini sangat baik jadi kita ini ingat dalam kehidupan kita sekarang.