Adik Ku, Anak Ku
Pondok pesantren salafiah Batu kurung tempatku menimba ilmu agama selama 4 tahun ini dengan terpaksa akan aku tingglkan. Ku tatap kitab-kitab yang setiap hari aku pelajari. Tak terasa air mata mengalir membasahi pipiku...ya... hari ini harus berpamitan kepada guru dan teman teman sepondok . Suatu keputusan yang sangat berat dalam hidup ku karena mondok adalah suatu impian besar sejak aku masih duduk d kelas 5 SD. Sengaja aku memilih pesantren salafi karena aku paham keadaan ekonomi keluarga .aku bukanlah dari keluarga yang berkecukupan. Jadi akhirnya salafi menjadi pilihan.
Sejak ibu ku dinyatakan gagal ginjal oleh dokter, aku memutuskan berhenti mondok satu. persatu teman sepondok ku memeluk dengan derai air mata.tak lupa aku berpamitan pada kiyai pondok.
Walau sudah 2 tahun aku tinggalkan pondok tapi pikiran ku tak lepas dari suasana pondok. Kini kegiatan ku dari hari ke hari hanya mengurus ibu.bapak dan Adi ku yang masih duduk di kelas 3 SD.
"Zainab..." Terdengar suara ibu yang parau memanggilku." Ya...Bu" aku menghampiri ibu ku."Apa fajar sudah berangkat sekolah " tanya ibu menanyakan keberadaan adikku. "Sudah Bu..ayo ibu sekarang mandi.terus sarapan dan makan obat ya" jawabku. Itulah kegiatan stiap hari aku.mengurus adiku. Memandikannya.menyiapkan sarapan dan baju sekolahnya.setelah adiku berangkat barulah aku mengurus ibu ku.sedangkan ayahku yang sudah tua masih tetap menarik ojeg untuk mencukupi kehidupan kami. Iya namaku Siti Zainab.mudah mudahan aku sekuat wanita yang bernama Zainab Al Gozali Al Zabili seorang wanita Mesir yang hebat memperjuangkan agama Islam.
Kutatap mata ibu yang semakin cekung…...tapi dihadapan ibu aku harus tetap Kuat walau kadang secara sembunyi - sembunyi aku sering menangis karena tak kuat melihat penyakit yang di derita ibu. Setiap bulan ibu harus melakukan cuci darah,dengan biaya yang tidak sedikit.satu persatU perhiasan ibu dan barang yang layak di jual kami jual untuk keperluan berobat. Seharusnya Minggu ini ibu dibawa ke rumah sakit untuk cuci darah.tapi kami tak sedikitpun memiliki biaya,aku hanya bisa memijit mijit bagian tubuh ibu ketika dirasa ada yang sakit, dan pasrah pada Yang Kuasa
Malam itu ketika aku sedang shalat tahajud aku mendengar ibu merintih.cepat cepat aku selesaikan doaku dan menghampiri ibu.’Apa yang sakit Bu..." tanyaku..."ini perut ibub tersa melilit nab" segera aku gosok perut ibu dengan kayu putih...tak lama terdengar sayup sayup suara adzan subuh. Nab..bangunkan adik dan bapak mu tuk sholat ya !” ku jawab hanya dengan anggukan kepala.”Zenab sholat dulu ya Bu”.
.ibupun menjawab dengan anggukan kepala.
“Nab....nab....!” suara ibu memanggil nama ku. “ yaaa Bu!” mukena yang masih aku pakai cepat cepat aku gantungkan dan menghampiri ibu, “sakit lagi Bu perut nya?” tanyaku. “engga nab...mana fajar.dan bapa ? “ ibu menanyakan adiku dan bapak
“ Masih di masjid Bu!” jawabku sambil memijit kaki ibu. “ Zainab...maaf ibu selalu merepotkan kamu..." “ Ibu jangan berkata begitu kewajiban zenab mengurus ibu”.
“Jaga fajar ya nab...rasanya ibu tidak kuat lagi!" kata ibu suaranya makin lirih
“Ibu jangan berkata begitu..Insya Allah ibu akan sembuh" tangan ibu meraih jemariku ku " anak ibu semakin cantik." Kulihat ada senyum si sudut bibir ibu.” Ibu titip fajar Nab...Allahu Akbar!” suara ibu semakin melemah mengucapkan takbir.ku dekap erat tubuh ibu yang semakin kurus. Aku berteriak memanggil ayah yang baru datang dari mesjid. “Innalilahi wa inailahi Raji'un" ayah bergumam dan duduk bersimpuh di hadapan ibu yang masih dalam pangkuan ku. Tangis ku pecah seketika fajar bertanya “kak ibu kenapa kak ?”
Sejak kepergian ibu seluruh tanggung jawab pekerjaan rumah aku kerjakan. Kadang aku merasa rendah diri ketika melihat teman seusia ku .mereka bisa tertawa, sambil jalan sore sore atau nongkrong nongkrong di depan rumah mereka.sedangkan aku gadis yang berusia 18 tahun, harus bekerja dari satu pekerjaan pindah ke pekerjaan yang lainnya. Tak terasa kepergian ibu sudah 3 tahun kini fajar adik ku sudah duduk di kelas 6 SD,hubungann kami semakin dekat bahkan fajar menganggap aku ibunya. Kadang mulut tetangga yang nyinyir ngomong masih gadis udah punya anak.tapi itu semua aku hadapi dengn senyum dan kesabaran, karena demi Fajar, ku korbankan segalanya. S e l e s a i
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar