(85) KARTINI DAN KEISLAMANNYA
KARTINI DAN KEISLAMANNYA
Oleh Uki Lestari
Bertanggal 6 November 1899, R.A. Kartini menuliskan surat kepada sahabat penanya yang bernama Stella Zihandelaar. Kartini mencurahkan kerisauannya terhadap agama Islam yang dianutnya.
Ia mengkritik pemuka agama yang saat itu melarang penerjemahan Al-Qur'an ke dalam bentuk bahasa mana pun. Pemangku agama tersebut hanya mengajarkan membaca Al-Qur'an tanpa menyampaikan artinya.
_"Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca, tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya. Aku pikir, tidak jadi orang saleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu, Stella?” tulis R.A. Kartini pada Stella._ (Republika.co.id)
Keadaan ini memang peraturan yang ditetapkan oleh penjajah. Bahwa tidak boleh menerjemahkan Al-Qur'an ke dalam bahasa lokal, termasuk bahasa Jawa. Begitu sulit situasi saat itu dalam mempelajari agama secara mendalam.
Di saat itu Al-Qur'an hanya sebatas dijadikan bacaan, tanpa diketahui arti dan makna yang terkandung di dalamnya. Akibatnya, umat Islam saat itu tidak mengenal dan memahami agama dengan baik, termasuk R.A. Kartini.
Namun, di tengah kegelapan mencari penerangan dalam terjemahan kitab suci agama Islam tersebut, R.A. Kartini dipertemukan dengan Kiai Sholeh Darat. Pertemuan itu terjadi di acara pengajian di rumah pamannya, yang merupakan Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat.
Seperti gayung bersambut, Kiai Sholeh Darat saat itu menafsirkan surah Al Fatihah ke dalam bahasa Jawa. Kartini haru, ia tak mau melewatkan satu lengah pun tatapan dari kiai tersebut. Ia begitu terkesima dan menangkap kata demi kata kiai tersebut.
Kiai Sholeh Darat merupakan guru dari dua ulama karismatik, K.H. Ahmad Dahlan dan K.H. Hasyim Asy’ari, dua permata Nusantara pendiri ormas Islam terbesar, Muhammadiyah dan Nadhlatul Ulama (NU). K.H. Shaleh Darat lahir di Desa Kedung, Jumbleng, Mayong, Kabupaten Jepara pada sekitar 1820. (Republika.co.id)
Setelah pengajian usai, R.A. Kartini merengek kepada pamannya untuk dipertemukan kembali dengan kiai tersebut. Ia ingin menyampaikan rasa penasarannya selama ini. Kegundahan yang ia rasakan.
Mereka pun menemui Kiai Sholeh Darat. Di pertemuan itu, R.A. Kartini menanyakan segala yang menjadi pertanyaan besar di kepalanya. Mengapa Al-Qur'an tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa?
Menurutnya, Al-Qur'an merupakan bimbingan untuk hidup bahagia dan sejahtera bagi umat Islam. Kitab suci tersebut pasti sarat makna dan petunjuk.
Kiai Soleh tertegun mendengar curahan hati Kartini. Dari hasil pertemuan tersebut, beliau menerjemahkan Al-Qur'an ayat demi ayat, juz demi juz.
Kiai Sholeh pun selesai menerjemahkan Al-Qur'an sebanyak 13 juz. Adapun surah yang diterjemahkan tersebut surah Al Fatihah hingga surah Ibrahim.
Beliau menghadiahi R.A. Kartini terjemahan tersebut. Beliau sebut ini merupakan hadiah perkawinan R.A. Kartini dengan R.M. Joyodiningrat, Bupati Rembang saat itu.
R.A. kartini pun sangat bahagia atas kado tersebut. Ia menyebutnya hadiah ini sebagai hadiah pernikahan yang tak bisa dinilai manusia.
Namun, R.A. Kartini tak bisa melanjutkan menikmati terjemahan surat berikutnya. Ini dikarenakan Kiai Sholeh telah berpulang ke rahmatullah tak berapa lama setelah kejadian itu.
Kartini mempelajari terjemahan tersebut di setiap waktu senggangnya. Ia belajar dengan serius. Dari situ, Kartini memulai memahami Islam dari arti sesungguhnya.
Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur'an itu diberi nama _Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur'an_. Tafsir pertama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab Pegon agar tidak menimbulkan kecurigaan pihak Belanda. (Republika.co.id)
Kitab tersebut pun memudarkan pandangan sinis R.A. Kartini terhadap agama dan budayanya. Meski tak diekspos secara tajam, R.A. Kartini sangat kuat memegang agama Islam.
Hal itu diketahui ketika ia melayangkan sebuah surat untuk sahabatnya Ny. Van Kol tertanggal 21 Juli 1902.
_“Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama yang disukai," tulis R.A. Kartini kepada Ny. Van Kol._ ( Republika.co.id)
Melalui kitab itu juga, Kartini menemukan ayat yang sangat menyentuh hatinya. Yaitu surah Al Baqarah ayat 257 yang berbunyi, _Minaz zulumaati ilan nuur. _Yang artinya: _"Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)."_
Ayat tersebut sangat berkesan olehnya. Ayat tersebut mewakili apa yang ia rasakan dan membuat perubahan besar pada dirinya.
Kisah ini sahih, dinukilkan dari Prof. K.H. Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Sholeh Darat.
Kartini juga banyak mengulang terjemahan ayat yang disukainya tersebut, saat mengirimkan surat kepada sahabatnya, J.H. Albendanon, di Belanda. Kalimatnya, _"Dari Gelap Kepada Cahaya"_.
Sayangnya, dalam bahasa Belanda istilah tersebut berbunyi, _"Door Duisternis Tot Licht"_, menjadi kehilangan makna setelah diterjemahkan Armijn Pane dengan kalimat _"Habis Gelap Terbitlah Terang"_.
Solok, 21 April 2020
Selamat Hari Kartini.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap Ki...trims informasinya.
Makasih, Buk. Sama-sama, Buk.
MasyaAllah.. Selalu tajam ulasannya.. saya setuju terjemah "Minadzdzulumaati ilannuur"
Makasih, Mas Bro. Siap!
Keren, bu. .
Makasih, Bu.
Mantap bana ko artikel kawan ambo untuk memperingati Hari Kartini. Perkembangan Islam pada masa perjuangan R.A. Kartini
Mokasih banyak motivasinyo, Saudara Milenial ambo yang tak kalah mantap ko. Bra vo!
Selamat bu Uki Lestari, Kartini Milenial. dan Barokallah. Aamiin.Terima Kasih informasinya
Terima kasih, Pak Suprapto. Wabarakallah ya, Pak. Aamiin.