AYAH, JANGAN HARI INI (2)
AYAH, JANGAN HARI INI (2)
Oleh Uki Lestari
Esoknya, Pak Ihsan pun sampai di rumah. Ia menitikkan air mata di saat melihat sesuatu yang membuat hatinya pilu. Ia tak tahu harus bagaimana. Apakah harus tetap di sana atau segera balik ke kampung. Cepat-cepat ia hapus buliran bening yang tak sadar mengalir di pipinya tersebut.
Pak Ihsan, ayah Reyhan tak dapat menahan tangis karena ia melihat isi kulkas anaknya yang kosong. Hanya es batu dan seikat sayur kangkung di sana. Ia tak sengaja melihat saat hendak ingin memakan buah. Barangkali ada buah-buahan yang bisa dimakan seperti beberapa bulan lalu, kulkasnya penuh. Ia tutup kulkas tersebut. Mengajak Rangga ke warung yang sedang duduk di teras. Kebetulan Yesi dan Zulaikha pergi ke tempat kerja Reyhan, mengantarkan bekal untuk makan siang.
Di perjalanan pulang dari kantor Reyhan, Yesi melihat pempek Mas Peto. Ia lihat uang di dompetnya tersisa dua lembar uang Rp100 ribu. Ini bekal untuk keperluan makan seminggu ke depan. Ditambah lagi, beras hanya tinggal 5 gelas di rumah. Namun niat hatinya untuk membelikan mertuanya pempek kesukaannya tak bisa dibendung.
"Da Peto, bungkus pempeknya Rp10.000 ya, Da. Campur aja."
Yesi menunggu beberapa menit sampai Uda Peto selesai. Ia pulang dengan senang hati, tak sabar menyuguhkan pempek yang terkenal gurih dan kuahnya menggigit tersebut buat bapak mertuanya. Tak salah bila pempek tersebut menjadi makanan favorit keluarga Reyhan. Bahkan, ayahnya dari kampung pun ikut-ikutan mencandu gara-gara kelezatannya yang super.
Saat Yesi memarkirkan sepedanya di teras, terlihat Rangga dan ayah mertuanya sedang asyik ngobrol sambil memakan semangka. Rangga yang sangat menggemari buah merah manis tersebut dengan lahap memakannya. Yesi heran, rasanya buah-buahan di kulkas sudah pada kosong.
"Wah makan semangka nih Rangga sama kakek. Semangka dari mana ya, Yah? Rasanya Yesi gak ada nyetok semangka di rumah," tanya Yesi penasaran pada Pak Ihsan.
"Oh, ini dikasih teman kamu Muliati tadi. Waktu kamu pergi tadi. Dia antar ini ke rumah. Chu dan Fitra juga ngasih jeruk. Semua ayah masukkan ke kulkas."
Yesi mengangguk mengiyakan. Dalam hatinya bingung, Mul, Chu, dan Fitra tetangga yang juga lebih sederhana hidupnya darinya memberinya semangka dan jeruk. Kalau soal ayah tahu nama mereka tentu tahu. Karena saat acara doa bersama mereka bersama kelurganya datang ke rumah. Pada waktu itu ayah juga sedang berkunjung ke rumah.
Ayah yang pensiunan TNI adalah sosok yang kuat daya ingatnya. Jika pergi satu kali ke suatu tempat, beliau akan langsung hafal. Begitulah saking kuatnya ingatan ayah. Makanya ia masih ingat nama sahabat sekaligus tetangga Yesi.
"Mungkin Mul sedang panen semangka kali di kampungnya. Chu dan Fitra juga mungkin mendapatkan harga jeruk yang lumayan di pasar tadi," batin Yesi.
"Yah, ini pempek kesukaan Ayah. Yuk dimakan, Yah," sambung Yesi.
"Alhamdulillah, kamu memang menantu paling baik ya, Si. Tahu aja kesukaan Ayah," jawab ayah.
"Rangga, Zulaikha, ada pempek enak nih. Yuk kita makan sama-sama," lanjut kakeknya itu.
Yesi pun sibuk menyelesaikan pekerjaan rumah yang masih terbengkalai. Setelahnya, ia ke warung membeli bahan untuk makan malam. Ia membeli daging, ayam, udang basah dan sayur-sayuran untuk keperluan selama ayah mertuanya di rumah. Tak lupa kerupuk kulit kesukaan ayah mertuanya juga. Yesi ingin memberikan hidangan terbaik bagi ayah mertuanya selama beliau di rumah. Yesi dan Reyhan tak ingin ayahnya tahu kesulitan yang mereka hadapi, takut menambah pikiran orang tua yang seharusnya sudah bahagia dan tak mesti memikirkan hal-hal rumit seperti itu lagi. Cukup menikmati hari tuanya dengan sesekali berkunjung ke rumahnya, Yesi tak ingin pelayanan yang diberikan biasa saja.
Selama tiga hari ayah Reyhan bermukim, Yesi selalu memasak masakan yang enak. Ia hanya berdoa agar Allah meridai dan mencukupkan hari-hari berikutnya meski uang belanja yang untuk seminggu ke depan hanya tersisa Rp20 ribu di dompetnya.
Reyhan yang tahu keadaan ekonomi keluarganya yang tengah pailit, sangat bahagia istrinya turut serta tidak menampakkan kesusahannya pada orang tuanya. Ia bahagia Yesi memberikan pelayanan terbaik selama ayah di rumah. Dan hari ini Pak Ihsan akan balik ke kampung.
"Reyhan... Yesi... Ayah balik ke kampung dulu, ya. Terima kasih atas pelayanannya selama Ayah di sini. Kalian memang anak-anak yang sangat ayah banggakan. Jaga cucu-cucu Ayah. Tanamkan pada mereka sifat syukur dan pantang menyerah sejak kecil layaknya kalian orang tuanya," ucap Pak Ihsan sambil menunggu mobil travel yang telah dipesankan Reyhan.
Reyhan, Yesi, dan anak-anaknya melepas orang tua itu dengan berurai air mata. Rangga yang dekat dengan kakek, memeluk erat kakeknya tersebut. Diikuti Zulaikha yang memeluk Pak Ihsan dari belakang. Pertemuan haru itu pun harus berakhir setelah mobil jemputan telah tiba.
Lambaian tangan orang tua 70-an itu tambah membuat tangis kembali pecah. Sebenarnya Reyhan dan Yesi ingin ayah lebih lama di sini. Namun, mereka tak tahu harus dengan apa membeli bahan makanan karena ekonominya saat ini benar-benar sedang di bawah.
Sepulang kepergian ayah, Reyhan yang libur kerja pada hari itu, membantu istri tercintanya membersihkan rumah. Kamar Rangga tempat ayahnya tidur dibersihkan. Saat membereskan tempat tidur, Reyhan mendapati sebuah amplop. Ada sepucuk surat dan seikat uang lembaran merah di dalamnya. Dibacanya surat tersebut yang ternyata dari ayahnya.
Untuk Anak dan Menantuku Tersayang
Assalamualaikum wr wb
Nak, Ayah sangat berterima kasih atas jamuan kalian di saat Ayah berkunjung ke rumah ini. Ayah sangat beruntung memiliki permata seperti kalian. Kamu juga mesti bersyukur memiliki istri seperti Yesi. Tak ada keluh kesah sedikit pun di wajah kalian. Kalian layani Ayah dengan sebaik-baiknya layanan. Meski kalian dalam keadaan sulit. Ayah tahu keadaanmu. Ekonomi keluargamu sedang tidak baik-baik saja. Namun, kalian tetap memberikan yang terbaik untuk Ayah. Ini ada sedikit uang untuk kalian. Kemarin Ayah baru saja menerima sedikit rezeki. Semoga ini dapat meringankan ekonomimu sekeluarga. Penuhilah kulkasmu dengan bahan makanan seperti dulu dan belilah beras untuk mengisi tempatnya yang tak sengaja Ayah lihat terakhir kemarin telah kosong. Kamu dari kecil memang kuat dan mandiri, Rey. Tidak mau menyusahkan orang tuamu. Namun, jangan pendam kesulitan ini sendiri. Jika kamu butuh bantuan, bilang sama Ayah, ya. Titip ucapan terima kasih Ayah pada menantu kesayangan Ayah yang baik dan telah menyayangi Ayah seperti orang tuanya sendiri. Yesi benar-benar menantu yang sempurna. Kamu benar-benar beruntung memilikinya. Jaga istri dan anak-anakmu selalu.
I love you, Putraku.
Reyhan terpaku dan netranya tak sanggup lagi menahan bendungan air yang hendak keluar dari tadi. Ia lihat uang pemberian ayahnya tersebut. Tiga puluh lembar uang Rp100 ribu diikat dengan karet.
"Alhamdulillah yaa Rabbi... Terima kasih Engkau telah memberikan ayah yang seperti itu padaku. Ayah yang mengerti keadaanku meski aku tak memberitahunya. Berilah keberkahan di sisa umurnya. Liputilah ia dengan kebahagian dan kesehatan di hari tuanya. Aamiin."
Reyhan keluar kamar memberi tahu istri dan anak-anaknya. Ia peluk anak-anak dan istrinya penuh cinta. Mereka menangis haru dan tertawa bersama menghabiskan sore jingga pada senja itu. Azan pun berkumandang, mereka segera ambil wudu dan salat berjamaah.
Solok, 7 September 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Yo ndak ado duonyo minantu sayang ko do. keren bana caritonyo...baper mintuo dek nyo
Mokasih, Montuo sayang. Mintuo sepatu mintuo lah dibawoan dek adiak mintuo tadi, eh kironyo baliau pai manjanguak. Besok diantaan ka dinas dih mintuo. Hihihi
Ciek ko minantu nan model iko nyo mintuo, kok ado ciek lai, ambuangan ka Padang ketua geng ko
Keren Bunda, semoga sukses selalu.Barokalloh
Makasih, Bu. Aamiin. Wabarakallah.
Mantap surantap. Nano nano perasaan membacanya....
Mokasih, Bunda.
Keren salam Literasi salam sehat selalu dan salam sukses selalu
Makasih, Bu. Salam literasi, Bu Mila cantik.
Keren.Mbak Uki...TOP lah...
Makasih, Bu Irma sayaaang.
Keren bunda..apakah yessy sang menantu pujaan mertua itu bunda ?
Mksih, Bu. Iya, Bu. Hehehe
Alurnyo mantap, jernih
Mokasih, Sanak.
Keren Bu... Salam sukses selalu
Aamiin. Makasih, Pak.
Keren Bunda Uki Lestari. Semangat berliterasi, semoga sukses selalu.
Aamiin... Makasih, Pak Edi
Keren, Ibu. Terharu. Semoga sukses selalu.
Walau terlambat membacanya,namun sangat mengharukan,sukses selalu,salam.
Alhamdulillah. Tulisan yg keren. Aku ikut terharu membacanya. Sukses ya Bunda cantik
Aamiin. Makasih, Ibu sayang.
Keren ceritanya buncan, udah di follow
Makasih, Bu.
Keren! Salam kenal bu Uki! Senior di MGI, saya follow ya,
Makasih, Bu. Salam kenal juga ,Ibu. Wah, saya masih belajar, Bu. Baru anak kemarin sore soal literasi. Masih terus belajar. Jauh dari kata senior, Bu. Hehe. Silakan, Ibu sayang.
Alurnya bagus, meski ide ceritanya seperti tidak asing...Salam literasi, bunda...!
Makasih, Bu. Iya ini terinspirasi dari sebuah kisah, Bu.